30 Juni 2009

:: Syairku ::


Terlihat kecemasan hati dari wajah seorang hamba
Tak nampak jelas namun mudah dirasa
Merajut asa ditengah kekosongan jiwa
Merasakan kehidupan yang terlalu sulit dirasakan
Adakah sebongkah hati yang turut serta menghiburnya??
Mungkin jawabannya bisa dicari di dasar hati

Seperti purnama yang tak bisa terlihat
Mengharapkan sebuah harapan yang sulit untuk diharapkan
Atau mungkin, harapan itu tidak bisa diharapkan?
Entahlah...

Tapi semua itu, pasti akan berlalu dengan izin-Nya
Walaupun air surga tak kunjung tiba menyejukkannya
Tapi aku yakin, kecemasan hati itu akan sirna
Dan akan timbul kembali disana
Kesejukan hati dari wajah seorang hamba
Dan semua itu...
Sudah tertulis rapi
Dalam catatan surga dari-Nya..


by NZ (Sarah)
30 Ags 06

Mom, Ibu, Ummi, Mama, Bunda, apapun itu namanya...


Tuhan menciptakan seorang wanita, karena wanita adalah sosok makhluk yang sangat mulia. Bahunya yang kekar berguna untuk menopang semua beban dunia. Di balik tangannya yang lembut, disanalah anak-anaknya di rangkul dan dijaga.

Dibawah naungan wanita shalihah, anak-anak dididik agar menjadi khalifah-khalifah yang bijaksana di dunia. Menjadi jundi di hadapan Tuhannya, dengan segala kelembutan hati dan ketawadhuan.

Wanita,
Perasaannya sangat peka dan sensitif. Ketika dilihat anaknya menentang perkataannya, tak sedikitpun perasaan dendam menggelayuti dirinya. Yang ada hanya doa, doa, dan doa yang terselubung dari balik bibirnya yang selalu menyebut nama-Nya.

Dialah seorang wanita...


NZ (Sarah)

29 Juni 2009

Memandang Masalah dari Sudut P4nd4ng yang Berbeda

Pernah ga sih kita merasa terganggu atau ngerasa ga nyaman gitu sama seseorang yang kesehariannya selalu bersama kita? Yang cerewetlah, yang bikin kesellah, bikin repot, selalu nyusahin, dan beribu-ribu alasan yang membuat kita jadi bete sama mereka. Padahal sejatinya, apa yang mereka lakukan sebenarnya wajar saja. Tapi karena kita sudah kerap kali berinteraksi atau bahkan hidup dengan mereka, jadi sedikit perbuatan mereka yang menurut kita ga wajar, bisa membuat kita kesal atau bete pada mereka.

Tapi pernah ga sih kita berpikir jauh kedepan, bagaimana kalau suatu hari atau suatu saat nanti, mereka yang kita sempat benci atau bete karena kelakuannya yang selalu membuat kita gerah, hilang dari kehidupan kita alias meninggal?? Padahal sejatinya kita menyayangi mereka?

Kenapa hanya karena hal-hal sepele, kita bisa sebegitu kesalnya pada mereka? Kenapa hanya karena orang tua kita ingin tahu kemana saja kita seharian ini, lantas membuat kita kesal dan membentak jawabannya dengan alasan ibu kita cerewet? Kenapa hanya karena kakek kita kurang mendengar, lantas ketika dia berulang-ulang bertanya kepada kita, kita menjawabnya dengan nada tinggi seolah membentaknya dengan alasan kalau kita capek ngomong panjang lebar? Kenapa hanya karena suami kita tidur mendengkur, lalu kita merasa terganggu dan mengeluh dengan dengkurannya? Kenapa hanya karena orang tua kita mengambil secuil makanan yang kita makan tanpa izin, lantas kita mencaci maki mereka bagaikan maling yang merampas harta kita?? Padahal sekali lagi, sejatinya kita menyayangi mereka bukan??

Lalu bagaimana jika datang hari dimana mereka harus kembali pada Sang Maha Pencipta? Apa yang akan kita perbuat? Menyesalkah kita atas apa yang telah kita lakukan pada mereka?

Bukankah sebuah pertanyaan dari orang tua kita akan keingintahuan mereka atas kegiatan kita seharian ini, akan menjadi sebuah pertanyaan yang amat sangat kita rindukan tatkala mereka telah tiada? Bukankah pertanyaan yang berulang-ulang yang dilontarkan kakek kita karena mereka kurang mendengar, akan menjadi sebuah kebiasaan yang amat sangat kita kenangkan tatkala mereka telah menutup mata? Bukankah kita akan sangat teramat rela memberikan apa yang kita makan dan kita punya pada orang tua kita, ketika kita hanya ingin melihat mereka bernafas kembali walau hanya sekejap saja, setelah Allah memutuskan untuk memanggil mereka? Bukankah dengkuran sang suami akan menjadi sebuah suara terindah yang akan menjadi sebuah kenangan pada akhirnya, jika ia telah tiada?? Bukankah semau itu hanya akan menjadi sebuah kenangan pada akhirnya???

Lantas mengapa kita tidak pergunakan waktu-waktu itu untuk mensyukuri semuanya? Meskipun kesal karena selalu ditanya kemana kita seharian ini, meskipun kita bete karena harus selalu mengulang-ulang jawaban pada kakek kita yang kurang mendengar, meskipun kita harus selalu berbagi makanan pada orang tua kita, bersyukurlah!!! Karena paling tidak, mereka masih ada dihadapan kita. Bagaimana kalau sudah tidak ada? Bisakah kita menyuruhnya untuk bangun kembali dari tidur panjangnya? Tidak bisa. Dan semua sudah berlalu...

Intinya, kebanyakan dari kita melihat masalah itu dari sudut pandang yang negatif. Cobalah rubah sudut pandang kita terhadap masalah yang kita hadapi. Niscaya, masalah apapun yang kita hadapi, akan menjadi indah pada akhirnya. Karena masalah itu, akan menjadi sesuatu yang akan kita rindukan, saat si pembuat masalah (menurut kita), telah tiada.

Renungkanlah...


NZ (Sarah)
& Yang masih harus banyak belajar dari kehidupan &

Pu1s1 4s4L,,,,,,,


Asal melihat dia tersenyum
Itu sudah lebih dari cukup buatku

Asal melihat dia ada
Itu sudah membuat aku tenang

Asal melihat dia terdiam
Itu sudah membuat hatiku tenteram

Asal melihat dia tertawa
Itu sudah membuat aku ceria

Asal melihat dia bahagia
Itu sudah membuat aku bahagia
walau sejatinya...
Aku menangis

Karena kebahagiaannya
Sesungguhnya adalah kepedihan untukku

Asal melihat dia baik-baik saja
Aku percaya,,
Seseorang disana tengah menjaga dirinya...


NZ (Sarah)
% Untuk mereka yang tak tersampaikan cintanya %

CiNt4 T4k H4RuS M3m1L1k1.....


Bila Cinta itu hadir
Biarkanlah ia terukir
Di dalam jiwa
Di dalam dada

Bila cinta itu salah
Biarkanlah ia mengalah
Karena keadaan
Karena kehidupan

Bila cinta itu terlarang
Biarkanlah ia menghilang
Jauh dari hati
Jauh dari sisi

Bila cinta itu terlambat
Biarkanlah ia bermunajat
Pada kekuatan hati
Pada keteguhan nurani

Bila cinta itu pergi
Biarkanlah ia ikhlas menjalani
Karena
CiNt4 T4k H4RuS M3m1L1k1.....

NZ (Sarah)
* Bagi mereka yang tengah jatuh cinta *
* Namun terlambat tuk mengungkapkannya *

PuiSi CiNt4.....


Sekalipun aku memaksa cinta itu
untuk datang kepadaku
Namun jika ia telah menemukan peraduannya
Aku takkan sanggup
Mengalihkan ia padaku

Sekalipun aku membuat seindah mungkin hatiku
Namun jika ia telah menaruh hatinya pada bunga lain
Aku takkan mampu
Merampas kebahagiaannya untukku

Cinta itu miliknya
dan bukan milikku
Kasih itu untuknya
dan bukan untukku

Maka dari itu,
Aku akan merelakan kebahagiaannya
Menari diatas penderitaanku
Walau sesungguhnya,
Dia tidak menyadari itu...


NZ (Sarah)
^ Bagi mereka yg tengah jatuh cinta ^
^ namun tidak tersampaikan ^

22 Juni 2009

SeTeLaH iNi......

Setelah ini...
Tak dapat lagi aku melihat dirinya

Setelah ini...
Aku tak dapat lagi mendengar suaranya

Setelah ini...
Hanya akan ada sebuah kenangan
yang selalu terukir dihatiku
bahwa dia pernah ada dalam fase
kehidupanku

Setelah ini...
Tak ada lagi dia
Tak ada lagi kata
Tak ada lagi canda
tak ada lagi tawa

Setelah ini...
Dapatkah kulewati waktu tanpanya?

NZ (Sarah)
Terinspirasi dari seorang istri yang
ditinggal oleh suaminya

19 Juni 2009

Ukhti, Hatimu di Jendela Dunia,,,,,


Ukhti,
Jadilah wanita Suci
ditengah ilalang duniawi
Engkau terlahir ke dunia ini
Untuk membangun peradaban suci

Ukhti,
Ketika kau menemui pasangan hati
Tetaplah penuhi hati dengan cinta Ilahi
Ingatkan diri bahwa hari ini
Akan dipertanggung jawabkan di akhirat nanti

Ukhti,
Ketika kau hendak menjemput asamu
Jangan lupa srtakan Allah di setiap langkahmu
Sebab hanya Dia yang bisa dan mampu
Melindungimu di setiap waktu

Ukhti,
Ketika ada kehidupan baru dalam rahimmu
Sertakanlah ia dalam setiap doa malammu
Mintalah pada Sang Maha Pemberi Hidup
Agar kelak ia dapat menjadi Bintang Kecilmu
Yang bisa menerangi gelapnya langit hatimu

Ukhti,
Ketika kehidupan di rahimmu terlahir ke dunia
Sesungguhnya amanah besar tengah menantimu
Dia tak hanya menjadi penyejuk pandanganmu
Tapi juga menjadi penentu kehidupan akhirmu

Ukhti,
Di tanganmu kelak mereka kan kau bina
Kau beri pengetahuan tentang Tuhan mereka
Rasul teladan tercinta mereka
Dan tentang kehidupan yang fana ini

Ukhti,
Baik buruk mereka engkaulah yang mencipta
Pilihkanlah yang terbaik untuknya
Bermohonlah pada-Nya di sepertiga malam
Agar kau bisa memasuki surga-Nya
Bersama mereka dengan tenteram

Ukhti,
Ketika usiamu mendekati senja
Selalulah bekali mereka dengan iman dan taqwa
Agar kelak kau bisa menghadap Ilahi
Dengan senyum dan bangga di hati...

NZ (Sarah)
Di Suatu malam sambil mendengarkan nasyid
di radio

Puisi Tanpa Judul...

Saudariku,
Disaat kau memiliih berbelok pada jalan hidupmu
Aku memutuskan untuk tetap lurus menempuh jalanku
Untuk apa kau belokkan dirimu di jalan itu
Kalau dengan lurus saja bisa membawamu pada kebaikan

Saudariku,
Ketika kau memilih untuk menampakkan auratmu
Aku memutuskan untuk terus berhijab suci
Untuk apa kau berpakaian seksi
Kalau dengan berpakaian muslimah bisa membuatmu mulia
Serta bisa membuatmu berharga dan lebih dihargai

Saudariku,
Kala kau memilih kaca mata dunia sebagai hiasan pandanganmu
AKu memutuskan untuk menundukkan pandanganku
Untuk apa kau memakai kaca mata itu
Jika dengan menundukkan pandangan
Bisa membuatmu lebih terjaga

Saudariku,
Disaat kau memilih bermacam-macam kosmetik
Aku memutuskan untuk memoles wajahku dengan rasa malu
Untuk apa kau memakai kosmetik itu
Jika dengan rasa malu bisa mengangkat derajatmu

Saudariku,
Disaat Kau membersihkan diri dengan sabun terwangi
Aku memilih istighfar sebagai pembersih diri
Untuk apa kau pergunakan sabun terwangi
Jika dengan istighfar bisa menghapus semua dosa dan kesalahan diri

Saudariku,
Ketika kau memilih menggerai rambut hitammu
Aku memutuskan untuk mengenakan jilbabku
Untuk apa kau membiarkan orang menikmati indah rambutmu
Jika dengan berjilbab bisa membuatmu menjaga diri
dari pandangan laki-laki asing

Saudariku,
Ketika kau memilih menghabiskan waktu dengan kesibukan duniawi
Aku putuskan untuk menyeimbangkan hariku dengan aktivitas ukhrowi
Untuk apa kau masih berdiam diri tanpa membekali hari
Jika ajal semakin dekat dan aktivitas ukhrowi lebih bermanfaat

Saudariku,
Ketika kau lebih memilih jauh dari fitrah dirimu
Aku putuskan untuk tetap mendo'akanmu
Untuk apa kau memilih jalan yang jauh dari-Nya
Jika bersama-Nya bisa membawamu ke surga-Nya
Amiin

NZ (Sarah)
Yang masih harus banyak belajar dari kehidupan...

17 Juni 2009

OpTiMiS.............

Satu waktu, kini telah aku rasakan
Hidup sebagai seorang mahasiswi
Allah memang selalu menepati janji-Nya
Bahwa Dia akan memberikan yang terbaik

Tirai senja kini hampir setiap hari aku nikmati
Bisingnya jalan raya, terkadang menjadi teman
dalam setiap langkah Tholabul 'ilmu-ku

Pekatnya malam tak ubahnya menjadi selimut
Bagi diriku yang selalu pulang dikegelapan malam

Pohon-pohon bagaikan berlari saat aku didalam mobil
Lampu-lampu tak jarang terlihat menari di mataku
Angin malam seperti malu-malu menyapaku
Untuk buktikan mereka selalu ada dalam fase hidupku

Kini aku baik-baik saja
Allah selalu memudahkan langkahku
Setelah aku merasa menjadi yang termalang di dunia
Aku akan melanjutkan fase ini
Untuk buktikan kalau aku BISA!!!!

NZ (Sarah)
Di awal2 kuliah...
^_^

Perhiasan Terindah Di Dunia


Saudariku, apakah kau termasuk ia yang disampaikan Rasul tercinta tentang yang terindah di dunia?

Indahnya menjadi seorang wanita. Terlebih lagi jika shalihah. Keberadaannya selalu dinanti oleh setiap insan di segala masa. Ia bagaikan permata terindah yang dimiliki oleh dunia. Semua orang memujinya. Tak ada satu orang pun yang membencinya kecuali orang-orang yang tidak suka pada kebenaran dan kemuliaan.

Orang yang membenci wanita shalihah berarti dia membenci dirinya sendiri. Rasulullah Saw pernah bersabda, "Cintailah saudaramu seperti kamu mencintai diri kamu sendiri". Itu artinya jika kita mencintai orang lain berarti kita mencintai diri kita sendiri. Begitupun sebaliknya.

Wanita shalihah tak hanya mulia hatinya tapi juga raganya. Hatinya senantiasa ia tata dengan perisai keimanan. Dan raganya senantiasa ia jaga dengan balutan pakaian muslimah. Lalu apalagi yang kurang jika semua kebaikan sudah ada padanya. Dunia ia genggam di tangannya, Allah di hatinya, dan suami di sisinya.

Wanita shalihah senantiasa menundukkan pandangan sebagai hiasan kedua matanya. Kedua belah pipinya dipoles dengan rasa malu. Diapun senantiasa membersihkan seluruh tubuhnya dengan istighfar untuk menghapus semua dosa dan kesalahannya. Rambutnya selalu dirawat dari gangguan pandangan laki-laki asing dengan jilbab islami. Kedua belah telinganya senantiasa dihiasi dengan ketawadhuan. Jari-jari tangannya selalu dihiasi dengan rasa persaudaraan. Untaian kesucian tidak pernah terlepas dari tubuhnya sebagai untaian kalung yang terbaik bagi "Wanita Shalihah"

NZ(Sarah)
yang selalu berusaha untuk menjadi yg terbaik

Melangkah diawan


Bagaikan melangkah di awan
semua hanya angan angan
tak mudah meraih bahagia
dua rasa berbeda

bagaikan rembulan dan mentari
tak mungkin seiring sejalan
simfoni ini sebuah elegi
dua irama di satu jalanan

disini kubernyanyi sendu
nuansa biru cinta kasih
tersibak tirai kelam malam
menepis sinar fajar pagi

laguku kan berlalu sendu
menjadi bingkai dua hati
melambai angan yang melayang
kujelang esok .. kan kujelang

Song by Ronnie Sianturi
download

16 Juni 2009

Pesan untuk Saudariku....

Saudariku,
Kala malam telah menjemput kita, Kulihat kau masih asyik dengan ponsel ditanganmu. Kau mainkan seluruh jari tanganmu Diatas tombol-tombol yang dapat membawa kabar dan beritamu Pada orang yang ada di seberang sana. Tanpa sadar azan Isya sudah berkumandang Sejak tiga jam yang lalu. Waktu terus saja bergulir namun kau tak sedikitpun beranjak dari peraduanmu kini, untuk menunaikan kewajibanmu sebagai seorang muslim dan hamba Allah atau sekedar menyentuh surat cinta-Nya yang hanya kau jadikan sebagai hiasan belaka. Menit sudah berganti jam dan matamu kini sudah tak dapat lagi dipaksa untuk menatap layar ponselmu. Kau putuskan untuk beralih pergi ke dunia lain dan berharap malam ini bisa menemukan mimpi-mimpi indah di duniamu itu. Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Isya??

Saudariku,
Kala fajar sudah memancarkan sinarnya, kulihat kau masih asyik berkelana di duniamu yang kau bilang indah. Kau tak lagi menghiraukan sang mentari pagi yang sudah hadir untuk kembali menyambut hari. Kau tak lagi menghiraukan pekerjaan rumah yang tengah menanti uluran tanganmu. Begitu sang mentari menggeser sedikit tubuhnya kearah barat, kau baru tersadar dari mimpi-mimpi indahmu. Setelah sebentar menatap sinar sang mentari, kau segera bergegas dari peraduanmu kini. Membersihkan diri, merapikan raga, menata jiwa, untuk kembali mendulang rizki di hari ini.
Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Shubuh??

Saudariku,
Kala mentari tengah berada di ujung angkasa, kau senantiasa menikmati santap siangmu dengan segala rizki yang kau miliki hari ini. Bersama teman, kawan, sahabat, kerabat. Kau menikmatinya tanpa pernah kau berpikir, ada siapa dibalik semua rizki yang kau miliki kini. Saat kau makan, kau mendengar seruan Tuhanmu tengah memanggilmu untuk bergegas menunaikan kewajiban. Tapi apa yang kau perbuat? Seusai makan siang, kau masih terus berbincang dengan sahabatmu tentang kehidupan yang tak bertujuan. Kau kembali melanjutkan aktivitasmu tanpa menghiraukan seruan Zat penciptamu.
Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Zuhur??

Saudariku,
Kala senja tengah menaungi langit kita, kau melangkah pulang mendulang banyak uang. Peluh disekujur tubuhmu segera hilang oleh usapan sabun wangi yang baru saja kau beli. Kau kembali membersihkan diri, merapikan raga, menata jiwa. Kau santap hidangan sore sambil menyaksikan tv kita. Kau habiskan kepunyaanmu saat itu, sampai senja kembali meredup di peraduannya. Dari tv kita terdengar lantang azan maghrib berkumandang. Kau beranjak dari tempatmu kini, untuk istirahat barang sejenak.
Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Ashar dan Maghrib??

saudariku,
Kala malam menjemput kita kembali, Kulihat kau masih asyik berceloteh ria di depan rumah kita dengan beberapa pria. Kau leburkan jiwa ragamu bersama angin malam, tanpa pernah tahu kemana angin itu akan bermuara. Kau terus saja menghabiskan waktu disana tanpa sadar bahwa hari sudah terlalu malam untuk kau berada dibawah naungan langit kelam. Ketika waktu semakin merambat naik, kau tepiskan rasa kantukmu dibawah hangatnya selimut mimpi.
Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Isya??

Saudariku,
Tak semestinya kau hidup seperti itu. Mengawali hari tanpa doa, dan menutup hari tanpa bekal. Apa kau bisa menjamin bahwa esok masih milikmu? Apa kau bisa menjamin bahwa esok kau masih disini? Hidup tak hanya di dunia. Ada masanya kau mempertanggung jawabkan perbuatanmu. Disana, di akhirat nanti. Kelak, kau kan menyesali atas apa yang kau lewati dalam mengisi hari-hari. Kau selalu melupakan kewajibanmu, tapi kau selalu menuntut hakmu pada sang pemberi hidup. Kau selalu mengeluh pada-Nya tatkala sulit, namun kau selalu terlupa untuk bersyukur kala bahagia tengah menyambangi hidupmu. Kau selalu tak mau mengingat bahwa kehidupan ini ada akhirnya.

Lalu banyak pertanyaanku untukmu,
Sudahkah kau mengingat Sang Maha Pemberi Hidup??
Sudahkah kau mempunyai bekal untuk menghadap-Nya??
Sudahkah kau bersyukur pada-Nya??
Tak sadarkah kau bahwa nikmat yang kau rasakan selama ini itu datangnya dari zat pencipta Kau dan Aku??
Lantas mengapa kau lupakan Dia dengan kesibukan-kesibukan duniamu??
Tak sadarkah kau bahwa hidup ini akan bermuara pada dua tempat yang rasanya sangat kontras??
Tempat mana yang akan kau pilih saudariku??
Surga yang nikmatnya tiada terkira??
Atau neraka yang panasnya 7000X panas dunia??

Saudariku,
Tak dapatkah aku berharap agar kelak kita bisa memasuki surga-Nya secara beriringan??

Jakarta,
Kamis, Juli 2008, 00:26

(Untuk saudariku yang saat ini entah berada dimana)
Semoga Allah selalu melindungmu. Amin...

NZ (Sarah)

Yang Menguatkanku


Bunda,
Hanya cintamu
yang dapat menguatkanku
dalam galau pikirku
Dalam rapuh jiwaku

Bunda,
Hanya kasihmu
Yang dapat menguatkanku
Dalam bimbang hatiku
Dalam gontai langkahku

Bunda,
Hanya sayangmu
Yang dapat menguatkanku
Dalam jenuh hariku
Dalam sepi waktuku

Bunda,
Hanya senyummu
Yang dapat menguatkanku
Dalam binar mataku
Dalam ketenangan batinku
Hanya ada kau dihatiku
Setelah Allah dan Rasul-Nya

Bunda,
Aku mencintaimu..

(Dalam harap cemasku)
NZ (Sarah)

Munajatku


Kuadukan kegundahanku hanya pada-Mu
Agar Kau pun tahu
Betapa berartinya Engkau
di dalam relung hatiku...

Kuceritakan semua keluh kesahku
Lagi-lagi hanya Pada-Mu
Agar Kau pun mengerti
Beningnya hati dengan cinta-Mu yang suci

Kubersimpuh di hadapan-Mu
Memohon dengan sangat
Belaian lembut kasih-Mu
Kecupan hangat cinta-Mu
dan dekapan erat tangan agung-Mu
Yang membentang melanglang buana
Ke seluruh pelosok dunia

Kuberanikan diri untuk menengadahkan kepalaku
Melihat indah penuh cahaya Kasih-Mu
Disini...
Disana...
Dimana-mana....

Kubuncahkan segala isi hatiku hanya untuk-Mu
dan kini....
Aku pun menyadari
Di kedalaman samudera indah di lautan jiwaku
Di kerlipan cahaya bintang di langit hatiku
Cinta tertinggi hanya untuk-Mu
Disini...
Di dalam hatiku...

NZ (Sarah)

Jakarta, 14 Okt 2007
Puisi untuk-Mu, dengan
segenap rasa syukurku
bermunajat Kepada-Mu

Hijab Putihku


Indah hariku karena dirimu
Yang selalu menemaniku
Kemanapun aku melangkah

Kehadiranmu sangat berguna
Hari ini dan untuk selamanya

Engkau selalu melindungiku
Di setiap sudut ketakutanku
Belaian lembutmu menghangatkan jiwaku
Memberi rasa aman di kalbu

Hatiku selalu bahagia
Bila bersama dirimu
Masa-masa remajaku
Terasa sangat terharu

Hijab putihku...
Jangan pernah kau tinggalkanku
Bantulah aku mengarungi kehidupan
Yang penuh rintangan dan perjuangan

Kau sahabat sejati
Sahabat baru yang kurindu
Berjuanglah bersamaku
Mencari cinta Allah yang hakiki

NZ
(puisi dari tahun 2003)

15 Juni 2009

Sajak dari Hati

Ketika kehidupan memberimu seribu alasan untuk menangis
Tunjukkan bahwa kamu mempunyai sejuta alasan untuk tersenyum
Nikmati setiap detik waktu dan akhiri kelelahan hari ini dengan ikhlas.
Tetap semangat saudaraku, sesungguhnya Allah selalu beserta kita.

(Yulia Ghumaisha)

---------------------------------------------------------------------------------

Sambut pagi dengan tadabur QS. 3:133-136. Sungguh Allah menyediakan surga yang sangat luas itu bagi yang sungguh-sungguh totalitas jadi pelaku bukan penonton untuk membangkitkan Islam. Tidak ada tempat peristirahatan paling nyaman dan indah selain surga-Nya.

(Mbak Dian)

-----------------------------------------------------------------------------------

Musuh-musuh Islam akan terus mengintai. Kelengahan kita membuat mereka senang
Bagai mangsa yang siap diterkam kapanpun. Kelengahan terjadi karena kurang ilmu, tidak ada aktivitas, ibadahpun tertinggal...
Ukhti, kita adalah mujahidah negeri ini, calon ibu-ibu mujahid negeri, istri-istri mujahid negeri, relakah jika musuh-musuh Allah tertawa bahagia karena kita ingin selalu ditempat yang aman dan santai Ukhti??

(Khorina)

-----------------------------------------------------------------------------------

Sungguh aku merindukannya Rabb, ingin aku bertemu kembali dengannya, ingin aku bercengkrama lebih dekat lagi dengannya, ingin aku menggapai semua keberkahannya, melantunkan bait-bait cinta kami dalam janji-Mu. Pertemukanlah kami Ya Allah...
Amiin..

Allahumma bariklana fi rojaba wa sya'ban, wa balighna Romadhon...

Menyambut Romadhon yang sudah kita persiapkan...

(Khorina)

------------------------------------------------------------------------------------

Katakan pada hatiku agar berhenti berdetak
Katakan pada pikiranku agar berhenti berfikir
Lempar sebuah batu ke lautan dan katakan agar dia berhenti tenggelam
Dan Katakan pada langit agar dia tidak indah membiru
Seperti itulah agar diriku mensucikan cintaku kepada Rabbku..

(Reza Prima)

------------------------------------------------------------------------------------

Dalam urusan cinta, aku sangat jarang menang
Tapi ketika cinta itu tulus, meskipun kalah,
Aku tetap menang, hanya karena aku berbahagia
dapat mencintai seseorang, lebih dari aku mencintai diriku sendiri
tanpa ia ketahui...
Akan tiba saatnya dimana aku harus berhenti mencintai dia
Bukan karena orang itu tidak mencintaiku
Melainkan karena aku menyadari bahwa orang itu
Akan lebih berbahagia apabila aku melepaskannya
Tanpa ia sadari...

(Reza Prima)
Sedang dalam dilema...

-------------------------------------------------------------------------------------

Hijabku...


Janjiku dihari itu
Akan selalu bersamamu
Berdua kita lalui bersama
Suka duka takkan terasa

Demi nama baikku
Kusandangkan dirimu di tubuhku
Kuselipkan namamu di hatiku
Demi hari esok kehidupanku

Banyak manusia lupa padamu
Banyak wanita lalai terhadapmu
Jangan menangis wahai sobatku
Kau harus tegar sebagai hijabku

Kita berjuang bersama
Arungi samudera kehidupan
Cinta hakiki yang kita cari
Demi mendapat ridho Ilahi..

Amiin..

NZ

12 Juni 2009

Ketika Cinta Harus Bersabar



Kata orang, novel mini punyaku ini lebih mirip ke Pudarnya Pesona Cleopatra milik Kang Abik. Mungkin secara garis besar, Ya. Memang saya akui juga. Tapi jujur saja, tema novel ini sudah saya tanamkan dalam otak saya jauuuuuuuuuuuuuuhhh, sebelum saya tahu adasebuah novel Kang Abik dengan tema yang hampir sama dengan yang saya punya.

Ketika Cinta Harus Bersabar...
Novel ini mengisahkan perjalanan cinta seorang akhwat bernama Dinda yang berjuang untuk menemukan cinta sejatinya. Seorang laki-laki sholeh telah bersedia menikahinya namun semua itu hanya sandiwara belaka. Suaminya tidak pernah mencintainya sedikitpun. Alhasil, jadilah Dinda menjadi seorang istri yang tidak pernah merasa dirinya menjadi seorang istri untuk suaminya. Meskipun sikap dan perilaku suaminya tidak pernah membuatnya bahagia, namun perjuangan dan cinta setianya kepada suaminya itu, telah membukakan mata hati suaminya bahwa memang Dinda lah anugerah terindah yang Allah berikan untuknya. Perjalanan Dinda ini juga tidak begitu saja dapat sitempuh olehnya dengan mudah. Ada kerikil-kerikil kecil dan cobaan yang mengharuskan ia memilih. Suaminya atau hidup orang lain??

Penasaran dengan kisahnya? Langsung saja download novel mini saya ini disini

Semoga akan ada banyak hikmah yang terdapat disana...
Ditunggu pendapatnya ya...
Syukron...

Nurlaila Zahra

Komitmen di Jalan Da'wah


Ketika telinga ini mendengar sebuah kisah yang dituturkan oleh seorang ibu yang baru saja pulang dari Cilacap dan Pasuruan untuk meninjau dan mengunjungi pesantren2 disana, hati ini begitu miris dan tersayat. Bagaimana tidak? Saya mendengar, ada beberapa pesantren yang sudah berdiri sejak tahun 1955 sampai sekarang, namun mereka belum mempunyai akta. Uang SPP yang dibayarkan oleh murid2nya pun mungkin tidak sebanding dengan uang yang kita keluarkan saat ini setiap harinya. Bayangkan, mereka cukup membayar Rp 300/hari. Dan guru2 disana hanya digaji berkisar antara Rp 50000 sampai Rp 100000 per bulan. Bisa dibayangkan betapa pengorbanan mereka sangat tulus dan ikhlas. Hanya demi untuk melihat murid2 yang mereka didik dan mereka bina bisa menjadi orang yang sukses di kemudian hari.

Ustadz2 yang ada di pondok pesantren itu sangat tidak bisa dikenali sebgai seorang kiyai besar pendiri pesantren. Pakaian mereka sangat lusuh dan kumal. Kemeja putih yang mereka gunakan seperti sudah tidak layak disebut putih karena warnanya yang memang sudah berubah menjadi kuning kecoklatan. Tapi semangat mereka untuk tetap mengabdi kepada umat, patut kita acungi jempol.

Ibu tadi yang mengunjungi pesantren itu datang dengan seorang temannya. Temannya itu laki-laki. Sebutlah si bapak. Ketika bertemu dengan kiyai besar di pesantren sana, si bapak itu langsung mencium tangannya dengan penuh ta'zhim. walaupun si bapak itu sudah S2, namun rasa hormat yang mendalam terhadap kiyai itu mengalahkan rasa angkuhnya sebagai seorang sarjana yang jaringan silaturahimnya sudah sampai tingkat menteri.

Ibu itu tanpa sadar mengutarakan rasa takjub dan bangganya pada si bapak tadi, kepada saya. Namun tiba-tiba ibu itu mengutarakan rasa kecewanya pada sebuah komunitas yang mungkin dari kita semua para pembaca - termasuk saya - bergabung dengan komunitas ini. Ya, ibu itu mengatakan kalau di tempat tinggalnya di daerah Depok, dia juga akrab sekali dengan para umahat2 dan kader2 dari Partai Keadilan Sejahtera. Namun perkataan beliau yang sangat membuat saya berpikir kembali adalah, beliau mengatakan "seshalih apapun org2 yang ada di PKS, namun saya belum pernah melihat orang2 PKS begitu menghormati orang tua sampai sebegitu ta'zhim nya".

Seperti tersambar petir telinga ini mendengarnya, namun saya hanya bisa tersenyum parau. Hati ini begitu tersentak. Namun saya katakan kepada beliau kalau semua hal itu kembali lagi kepada individunya masing2, dan jangan melihat dari komunitasnya. Ibu itu terus bercerita dan bercerita dan saya hanya mendengarkan lalu sedikit menanggapi kalau ada hal yang bisa saya tanggapi.

Namun di sisi lain di kedalaman hati ini, ada beribu tanya yang begitu menyesakkan dada. Apakah benar orang2 PKS seperti itu? Terkadang memang saya menangkap sebuah kejanggalan dalam langkah kita berda'wah. Kita, yang orang lain kenal adalah sebuah komunitas partai, dimana bila dilihat dari kacamata luar, orang2 tahunya kita menggunakan agama untuk berpolitik. Padahal mungkin kalau kita kaji lebih jauh, sebenarnya tujuan utama kita bukanlah sebuah kedudukan yang bisa melenakan kita, tapi sebuah pemerintahan yang bisa dibangun dengan asas yang baik dari semua segi apapun.

Tapi kembali lagi ke tujuan awal kita, apakah memang kita masih lurus melangkah di jalan da'wah ini? Apakah kita masih ikhlas berjalan di barisan da'wah ini? Apakah niat kita masih jernih untuk melakukan segala aktivitas di jalan da'wah ini? Jawabannya hanya diri kita sendiri yang tahu. Para guru2 dan ustadz2 yang ada di pesantren2 yang terpencil jauh di dalam hutan di sebrang laut sana, mereka tidak pernah memikirkan dunia luar atau jabatan sekalipun. Mereka hanya berpikir, bagaimana membagi ilmu mereka kepada anak2 yang ada di sekitar mereka, sehingga ilmu yang mereka tularkan bisa bermanfaat dengan baik dan bisa menjadi pahala bagi mereka. Mereka begitu ikhlash dan tanpa pamrih mengajarkan, mendidik, dan membina anak2 itu.

Namun kita disini? Bisakah kita seikhlas dan setulus mereka? Sudah berapa banyak kebaikan2 yang kita berikan kepada orang lain yang tanpa pamrih dan ikhlas? Sudah berapa banyak tetangga2 kita yang merasakan kebaikan dari kita? Seberapa bermanfaatnya kita untuk orang2 yang ada disekitar kita? Seberapa sering kita berkumpul dan bersua dengan tetangga2 kita, walaupun hanya sekedar menegurnya jika kita lewat di depan rumah mereka? Seberapa kenal kita pada tetangga2 kita? Ataukah kita hanya sibuk da'wah di luar tanpa sempat melihat kalau di sekitar kita masih banyak yang perlu kita benahi?

Kita mungkin bangga dengan kinerja da'wah kita selama ini. Militansi dan dedikasi kita yang tinggi di jama'ah, serta sibuknya kita mengisi kajian2 kesana kemari, namun pernahkah kita berpikir, bahwa selama ini ternyata kita hanya berda'wah di garis besarnya kehidupan ini saja? Pernah kah kita melirik cabang2 dari kehidupan ini?

Saudaraku di jalan da'wah ini,
Pernah kah kita melirik anak2 jalanan yang sejatinya perlu uluran tangan kita? Anak2 pemulung yang seharusnya menjadi tanggung jawab kita bersama? Tetangga kita yang kurang mampu yang seharusnya kita dahulu yang menolong mereka. Seberapa seringkah kita meleburkan diri bersama dengan warga lain di sekitar rumah kita? Ataukah mungkin kita hanya mau berbaur dengan teman2 kader kita saja, sehingga menimbulkan statement kalau orang2 PKS adalah orang2 yang sombong? Masya Allah.....

Betapa buruknya diri ini jika kita menyebut diri kita seorang kader da'wah, seorang aktivis da'wah, seorang pejuang keadilan, seorang mujahid, kalau pada kenyataannya kita hanya berda'wah untuk kalangan kita sendiri. Kalau kita hanya mementingkan visi misi kita kedepan tanpa mau melirik ke kanan dan ke kiri kalau ternyata masih banyak ladang2 da'wah di hadapan kita yang sesungguhnya telah kita lewati namun tidak kita sentuh.

Kita terlalu asik berjalan sehingga kita keluar dari jalur da'wah ini. Da'wah bukan hanya milik kader semata. Da'wah juga milik orang2 yang belum paham akan da'wah itu sendiri. Sudah tugas kita memperkenalkan da'wah pada mereka yg belum paham. Masihkan kita melupakan mereka yang ada di dekat kita, hanya karena kita lebih mementingkan tujuan kita di pemerintahan?

Memiliki ambisi untuk menjadi penguasa di negeri ini sangatlah mulia. Terlebih lagi negeri ini memang sangat butuh pemimpin yang bersih, peduli, dan profesional. Tapi jangan sampai tujuan itu membuat kita menyingkirkan tujuan dan esensi kita berada di jalan da'wah ini. Komunitas partai hanyalah sebuah wasilah kita dalam berda'wah, namun da'wah itu sendiri, sejatinya bisa kita lakukan dimana saja dan kapan saja. Seharusnya kita malu pada ibu2 yg setiap pekannya menghadiri majelis ta'lim, karena semangat mereka untuk tetap mengaji masih ada. Mungkin mereka lebih hafal shalawat nabi ketimbang kita. Seharusnya kita juga malu pada ibu2 yg tergabung di yayasan2 Islam. Semangat mereka untuk membangun peradaban umat lebih tinggi ketimbang kita yg bergabung di komunitas ini. Hanya bermodalkan semangat dan kemauan, mereka sambangi gubuk2 para pemulung hanya sekedar untuk memberi mereka ilmu yg tiada batas. Tekad mereka seharusnyalah kita contoh.

Jangan sampai kita sibuk mensosialisasikan partai kita, namun di lini2 terkecil di kehidupan kita, justru kita lupakan. Berda'wah lah dengan seimbang wahai saudara/iku. Ingatlah, orang yang baik di mata Allah bukanlah mereka yang hanya bergabung di sebuah komunitas berasaskan Islam, tapi mereka yang senantiasa dapat menempatkan diri mereka sesuai dengan kondisi dan situasinya, dan dimana ada mereka, maka disitu kebaikan tertanam. Sehingga kelak di kemudian hari, akan ada sebuah benih yang dapat kita semai hasilnya.

Afwan jika ada yang tidak berkenan.

Amin, Amin, Ya Rabbal alamin.

Dari seorang yang masih harus banyak belajar....
NZ

Saya Sedang Futur


Saya ini sedang Futur
Terbukti dengan ogah-ogahan saya datang ke pengajian tiap pekan
Dengan alasan klasik :
Kuliahlah, lelahlah, kerjalah, sibuklah, inilah, itulah

Saya ini sedang Futur
Lihat penampilan saya yang banyak berubah
Tak lagi pandai menjaga pandangan dan sering cari sasaran

Saya ini sedang Futur
Jarang baca buku tentang Islam, lagi demen chating2an
Dulu.., tilawah nggak pernah ketinggalan, sekarang satu lembar udah lumayan
Lumayan daripada manyun…
Tilawah sudah tak lagi berkesan, nonton “Layar Lebar“ ketagihan

Saya ini sedang Futur
Walau takut Adzab tak pernah sekalipun terisak
Malah seringnya terbahak

Saya ini sedang Futur
Mulai malas solat malam dan jarang bertafakur
Ba’da subuh, kanan kiri salam lantas kembali mendengkur

Apalagi waktu libur sampai menjelang dzuhur

Saya ini sedang Futur

Lihat perut saya makin buncit karena junkfood dan pangsit
Kalau infaq…, suka sedikit dan mulai pelit
Apalagi shaum sunah perut rasanya begah

Ente tau, ane…
Ente tau, ane lagi Futur
Sedikit dzikir banyakan tidur
Belajar ngawur IP pun hancur
Sohib-sohib kagak ada yang negur

Ente tau, ane lagi Futur
Ati beku otak ngelantur
Mikirin orang sedulur-sedulur
Diri sendiri kagak pernah diukur

Ente tau ane sekarang
Seneng duduk di kursi goyang
Perut kenyang otak ngelayang
Mulut sibuk ngomongin orang
Aib sendiri kagak kebayang

Ente tau lah ane bengal
Bangun malam sering ditinggal
Otak bebal banyak ngehayal
Udah lupa yang namanya ajal

Ente tau ane begini
Udah sok tau seneng dipuji
Ngomong sok suci kayak murobbi
Kagak ngaca diri sendiri

Ente tau ane sekarang
Udah kalah di medan perang
Ane pengen pulang kandang
Ke tempat dulu ane datang

Saya ini sedang Futur
Sibuk ngurusin kerjaan, ogah nanganin binaan

Saya ini sedang Futur
Tak lagi pandai bersyukur
Seneng disanjung…, dikritik murung

Saya ini sedang Futur
Malas ngurusin Da’wah
Rajinnya bikin ortu marah
Sedikit sekali muhasabah
Sering sekali mengghibah

Ya…, memang saya sedang Futur
Mengapa saya Futur ?
Mengapa tak ada seorang pun yang menegur dan menghibur ?
Kenapa batas-batas sudah mulai kendur ?
Kepura-puraan, basa-basi dan kekakuan makin subur
Kenapa di antara kita sudah tidak jujur
Kenapa ukhuwah di antara kita sudah mulai luntur ?
Kenapa di antara kita hanya pandai bertutur

Ya Allah, berikan hamba-Mu ini pelipur
Agar saya tidak semakin Futur apalagi tersungkur. Aamiin.

(Dari milis psm_adilsejahtera@yahoogroups.com)

How To Be a Beautiful Muslimah?


Menjadi cantik adalah dambaan setiap wanita, tul ga seh? Tapi kecantikan yang abadi bukanlah kecantikan fisik, karena kecantikan fisik tidak akan bertahan lama. Tapi kecantikan yang lahir dari dalam hati (atau istilah kerennya seh Inner Beauty), akan abadi walau tubuh telah peot atau tak lagi indah. Nah gimana sih rumus CANTIK ini?

1. Cerdas

Muslimah harus cerdas, bukan berarti harus dapat juara di kelas atau jadi pemenang lomba fisika se-Jakarta. Cerdas di sini adalah muslimah yang mandiri dan bisa menjadi solusi, dan sangat meminimalisir ketergantungan pada orang lain, juga tanggap akan situasi. Bagaimana menjadi cerdas pastinya dengan ilmu, yang utama adalah ilmu agama dan juga ilmu dunia. Ilmu agama membawa guidance tentang arah kemandirian dan solusi dalam nilai syari'ah, sedangkan ilmu dunia adalah cara untuk meraih tujuan tersebut dengan mengikuti guidance di atas. Muslimah juga harus mempunyai wawasan luas biar ga kuper, bukan berarti harus menjadi "muslimah gaul" loh, tapi membuka cakrawala fikir kita akan perkembangan dunia sekitar kita, sehingga bisa lebih waspada akan hal-hal yang mungkin membahayakan diri dan aqidah kita.

2. Amanah

Kunci kedua adalah amanah atau bisa dipercaya, bagaimana supaya bisa dipercaya? Kuncinya tentu saja jujur, karena kejujuran adalah gerbang utama membagun kredibilitasmu. Orang yang ketahuan berbohong akan sulit bagi orang lain untuk mempercayainya, tapi orang yang mempunyai nilai kejujuran yang tinggi akan mudah membangun kredibilitas di mata orang lain. Dalam kapasitas sebagai ibu rumah tangga, sifat amanah ini sangat utama, untuk membangun keluarga yang diidamkan.

3. Tegas

Tegas bukan berarti galak loh, tapi ketegasan karena mempertahankan prinsip. Seorang muslimah mungkin emang lebih pas dengan sikap yang lemah lembut, namun ada kalanya ketegasan sangat diperlukan dalam menyelesaikan berbagai persoalan, terutama menyangkut aqidah. Seperti Rasulullah SAW yang tidak pernah marah ketika orang menghina dirinya, tapi akan sangat marah ketika orang menghina agama kita. Kita boleh bergaul dengan temen dari berbagai agama, suku atau ras, tapi ini dalam konteks muamalah. Dalam hal aqidah kita harus bersikap tegas, jangan sampai hubungan kita membuat aqidah menjadi lemah, atau mengikut aqidah orang (na'udzubillah). Sering mungkin kita harus bergaul dengan teman walau satu agama namun lain pemikiran, misalnya kita punya temen yang gaul abiz, yang masih sering dugem, dan sebagainya. Katakan dengan tegas menolak ketika dia mengajak kita ke hal-hal yang merusak aqidah kita. Dan orientasikan hubungan itu untuk berdakwah, memberikan sedikit demi sedikit pemahaman yang kita miliki. Jangan sampai kita yang mengikut mereka, kalau kita tidak bisa membawa mereka ke yang lebih baik. At least, jangan sampai kita yang kebawa mereka.

4. Impressive

Impressive atau mengesankan. Ga harus dandan menor atau berpakaian mewah untuk memberikan kesan pada orang yang kita jumpai, karena kesan secara fisik akan mudah terhapus oleh waktu. Namun kesan yang ditorehkan karena pribadi kita, maka insya Allah akan selalu diingat. Seorang ustadz berkata, bahwa untuk membangun Islam salah satu syaratnya adalah membangun citra, artinya bahwa menjadi pribadi muslimah yang mengesankan karena kebaikan akan membangun citra Islam yang baik. Dan dari sinilah kita akan tunjukkan pada dunia bahwa seperti inilah Islam itu.

5. Kuat Iman

Kuat iman ini menjadi dasar utama dan terakhir. Fondasi utama artinya hanya iman yang akan membawa kita ke jalan yang benar, dan iman pula yang akan mengembalikan kita ketika kita keluar dari guide line yang benar. Kita ga akan lepas dari khilaf. Tapi bagaimana kita menyikapi khilaf? Di situlah peran keimanan kita.

Dengan iman yang kuat, maka insya Allah akan terarah ke mana visi dan misi hidup kita ini akan dibawa. Lalu langkah-langkah apa yang harus diambil? Bagaimana cara memperkuat iman? Nah, ikuti terus majelis-majelis ilmu untuk mengetahuinya lebih lanjut.

(Penulis : Sri Mulyani Dari : Kotasantri.com)
NZ

11 Juni 2009

Mengajar


Mengajar...
Ya, Itu adalah profesi pertamaku sejak aku lulus SMK 3 (tiga) tahun lalu. Bahkan sebelum lulus SMK pun, aku sudah sempat mengajar privat baca iqro seorang anak kecil yang rumahnya tak jauh dari tempat tinggalku.

Awalnya malu, grogi, dan beribu perasaan lainnya yang mengawali karirku sebagai 'guru ngaji'. Sempat tidak percaya diri juga sebab latar belakangku bukanlah lulusan tsanawiyah, Aliyah, apalagi pesantren. Aku hanya membuat sebuah komitmen pada diriku sendiri bahwa aku harus menjadi seorang wanita muslimah yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya. Sejak saat itu aku mulai mengenakan jilbab.

Berbekal kemampuanku membaca Al Qur'an, disamping dulu aku juga pernah ikut TPA pada masa kanak-kanak, dan masih liqo' (ngaji) sampai sekarang, Alhamdulillah sudah tiga tahun lebih aku menjalani sebagian waktu dalam kehidupanku sebagai seorang guru ngaji.

Membosankan? Mungkin titik itu pernah aku alami, tapi itu tak berlangsung lama. Sebab melihat kemajuan murid-muridku dalam membaca iqro dan Al Qur'an dari hari ke hari, membuat bosanku hilang, dan kelelahanku pun terbayar sudah dengan kebanggaanku terhadap diriku sendiri karena sudah bisa bermanfaat bagi orang lain, seklaipun mereka hanya anak-anak kecil, yang suatu saat akan tumbuh besar dan dewasa dan akan menemukan sendiri kehidupan barunya di luar sana.

Aku senang bisa menemani pertumbuhan mereka dalam hidup, meskipun bertemu mereka paling hanya 2 atau tiga kali saja dalam sepekan.

Dulu, pernah aku mengajar 4 orang sekaligus. Lalu setelah itu keluar karena aku sudah mendapat pekerjaan yang layak, kemudian sebelum itu, aku juga pernah mengajar seorang anak SD kelas 2. Aku mengajar dia sejak dia belum sekolah dan sampai dia kini kelas 2 SD. Tapi sekarang aku sudah berhenti mengajar dia karena kesibukanku dalam pekerjaan dan juga kuliah.

Yang kini masih aku jalani adalah mengajar seorang anak laki-laki yang masih duduk di bangku SD kelas 4 dan kelas 3 di sekolah yang berbeda, rumah yang berbeda, dan jadwal mengajar yang berbeda pula. Dari masing anak-anak itu, memiliki karakter sikap yang berbeda-beda. Ada yang suka ngambek kalau lagi ga mood ngaji, ada yang maunya selalu bercanda jika sedang mengaji, ada yang nurut, ada yang ngeyel jika diberitahu, ada yang kurang ajar, dan masih banyak ada-ada lainnya yang jika aku sebutkan, tak cukup waktu ini untuk menulisnya.

Tapi yang pasti, setelah aku menjalani sebagian waktuku sebagai seorang guru privat, aku mulai menyadari bahwa tidak semua anak itu mau diperlakukan sama. Tidak semua anak itu sikapnya selalu baik terhadap gurunya. Dan lucunya, perbedaan karakter sikap mereka itu membuat aku jadi lebih belajar dalam bersikap dan menghadapi sikap mereka masing-masing.

Kalau yang sikapnya seperti ini, aku bisa menghadapi dia dengan seperti ini. Oh...kalau sikap anak ini seperti itu, aku bisa menyikapinya dengan cara yang lain pula pastinya.

Belajar...belajar...dan belajar...
Itulah yang kini masih terus aku lakukan pada setiap detik dalam kehidupanku. Mengajar, bukanlah sebuah pekerjaan lagi bagiku, tapi mengajar adalah ajang dalam proses pendewasaan diriku. Dimana, dengan mengajar aku jadi bisa lebih banyak tahu bagaimana karakteristik dari masing-masing anak muridku. Dan dengan mengajar, aku bisa belajar untuk bisa mencintai anak-anak, dan bisa belajar untuk selalu sabar dalam menghadapi anak-anak yang sikapnya selalu berubah-ubah setiap menitnya.

Dan dengan mengajar, aku bisa belajar untuk kelak, aku akan menjadi seorang ibu bagi anak-anakku. Mengajari mereka banyak hal, dengan hati yang tulus dan ikhlas.

Soooo,
Kesimpulannya adalah, dari masing-masing kita sebenarnya adalah seorang guru bagi orang lain jika kita mampu memberikan contoh yang baik pada mereka. Kakak kepada adiknya, orang tua kepada anaknya, atasan terhadap bawahannya, senior kepada juniornya, dan masih banyak lagi.

Jadilah guru bagi seisi alam ini, sehingga ilmu yang kita berikan bisa bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan, dan kita akan selalu diingat sampai kapanpun, sampai kita menutup mata.

Itulah perjalanan hidupku sebagai seorang guru, bagaimana dengan anda? Sudahkah anda menjadi guru bagi diri anda sendiri? Renungkanalah...

9 Juni 2009

Kata dalam Diam


Rabb,
Tak ada yang lebih kuasa melebihi Engkau
Kini aku sadari,
Segala sesuatunya adalah atas kehendak-Mu

Tak dapat aku melangkah
Melebihi langkah yang telah Engkau gariskan
Untuk hidupku

Aku ingin kembali pada-Mu Rabb...
Betapa hinanya aku
Ketika aku merasa jauh dari-Mu

Tak sadar diriku
Saat pijakan langkahku
Telah keluar jalur
Yang telah Engkau tetapkan

Kini aku dilema,
Sungguh dilema
Dengan kelalaianku sendiri
Dengan kealpaan yang kualami

Ya Allah,
Jangan lepaskan genggaman-Mu
Dari rapuhnya jiwaku
Sebab aku tak sanggup
Jika harus melangkah
Tanpa tuntunan dari-Mu

Aku ingin kembali pada-Mu
Jadikan aku hamba-Mu yang senantiasa istiqomah
Menjemput pahala dan ridho-Mu
Amiin...

Jakarta, 09 Juni 2009
(Banyak kata yang kusimpan dalam diam)
NZ

Alam Barzakh

Anda baru saja melewati pintu masuk bertuliskan “Kematian” (Maut). Petugas pencabut nyawa, Malakul Maut sudah menyelesaikan tugasnya dengan sangat sempurna. Anda adalah orang yang sukses menjalankan Misi Ibadah dan Visi Khilafah dengan baik ketika hidup di atas bumi Allah ini. Sebab itu Malakul Maut datang dengan penampilan yang sangat sopan, berpakaian putuh bersih dengan aroma harum kasturi. Sambil tersenyum ia mencabut nyawa dari badan Anda dengan sangat hati-hati sehingga nyaris tidak Anda rasakan. Ketika Anda menghembusakan nafas terakhir sambil mengucapkan لآ الــه الا اللــه (Tiada tuhan yang pantas disembah selain Allah), orang-orang di sekitar Anda akan melihat wajah Anda yang berseri-seri sambil tersenyum simpul. Anda bisa tersenyum karena mengetahui bahwa Anda adalah orang yang akan meraih The Great Success (Kesuksesan Tanpa Batas).

Suasana di sekeliling Anda tiba-tiba berubah menjadi isak tangis dan kesedihan yang mendalam diekspresikan oleh anak, istri, karib kerabat, sahabat, teman sejawat Anda yang sempat hadir menyaksikan peristiwa perpisahan sementara dengan Anda. Suasananya sangat kontras dengan ketika Anda memasuki fase kehidupan dunia, yakni ketika lahir sekian tahun yang lalu. Ketika itu, Anda yang berteriak menangis sejadi-jadinya, sedang orang-orang yang ada di sekitarnya malah tersenyum dan teretawa. Sekarang suasana jadi terbalik, giliran Anda yang tersenyum dan mereka yang menangis sejadi-jadinya. Anda telah melewati pintu masuk Alam Barzakh yang bernama Kematian (Maut) dengan cepat dan amat bahagia. Tempat penginapan sementara yang bernama Barzakh sudah sejak lama disiapkan untuk Anda dengan situasi dan kondisi nyaris seperti yang akan Anda dapatkan ketika kembali kepada Tuhan Pencipta di Akhirat nanti; ketika Anda meraih The Great Success, yakni Syurga.

Bagi Anda yang gagal menjalankan Misi Ibadah dan Visi Khilafah semasa mendapat jatah hidup di dunia, Izrail (Malakul Maut) telah datang kepada Anda dengan wajah yang marah, garang, hitam pekat dan berbau busuk. Ia telah memperlakukan Anda dengan sangat kasar sambil dibentak-bentak dan berkata : Wahai Hamba Allah, Inilah balasan awal dari kegagalanmu dalam menjalankan Misi Ibadah dan Visi Khilafah, karena kesombongan diri, pembangkangan dan kedurhakaan pada Tuhan Pencipta. Ia telah pula mencabut nyawa Anda dengan kasar sekasar-kasarnya. Sulit untuk dibayangkan. Dengan melihat kondisi Anda yang sedang sekarat, gelisah, meregang nyawa, tenggorokan Anda mengeluarkan suara yang menakutkan orang di sekitar. Anda membolak balikan badan ke kiri dan ke kanan, serta mata yang terbelalak ketakutan. Wajah Anda mengekspresikan suasana sesungguhnya yang sedang Anda hadapi; ketakutan, kengerian, putus asa, namun Anda tidak bisa lari dari suasana itu. Begitulah seterusnya sambil nafas Anda turun naik mengeluarkan suara yang menyeramkan. Kondisi dan suasana serta tingkat kesulitan yang sudah Anda alami setimpal dengan tingkat kegagalan Anda menjalankan Misi Ibadah dan Visi Khilafah serta tingkat kedurhakaan Anda pada Tuhan Pencipta semasa Anda hidup di dunia. Sebab itu, sering kita melihat orang-orang seperti ini ada yang sekaratnya berjam-jam, dan bahkan berhari-hari.

Bagaimanapun sulitnya Anda menghadapi Sakratulmaut dan melewati pintu Kematian, namun Anda pasti sampai juga ke Alam Barzakh. Karena Anda mustahil bisa menghindar, apalagi kabur menjadi buron sebagai the most wanted seperti ketika Anda masih hidup di dunia. Dengan demikian, berakhirlah riwayat singkat Anda di dunia tanpa meninggalkan kesedihan, kerinduan dan kecintaan dari orang yang tadinya sangat baik dan akrab dengan Anda hanya karena kepentingan pribadi atau mengharapkan sesuap nasi dari Anda. Mungkin sebagian mereka ada yang merasa lega atas kepergian Anda, karena mereka tahu betul semasa di dunia Anda adalah koruptor kelas kakap, tukang tilap uang negara, pezina, pemabok, suka berbuat curang dalam melaksanakan proyek atau perdagangan. Atau mungkin Anda suka memberikan kesaksian palsu. Ijazahpun Anda palsukan untuk meraih kursi bupati, wali kota atau anggota legislatif liannya. Atau mungkin Anda tokoh pornografi dan pornoaksi, serta paling anti pada sistem dan aturan main Ilahi, Tuhan Pencipta Anda dan jagad raya.

Atau sebagai atasan yang suka menindas bawahan. Atau pengusaha yang suka menggusur tanah masyarakat dengan kekerasan, serta dibeli dengan harga yang jauh di bawah harga pasar, dengan menggunakan preman dan oknum aparat hanya untuk kepentingan bisnis pribadi atau bisnis Bos Anda. Atau mungkin Anda orang yang diberi Allah rezeki yang berkecukupan bahkan kaya raya namun menelantarkan anak yatim dan tidak peduli terhadap derita kemiskinan yang melanda mayoritas masyarakat. Atau Anda seorang pejabat legislatif yang dengan bangganya pergi pelesiran ke luar negeri dengan dalih studi banding sambil membawa istri dengan menggunakan uang rakyat begitu saja di tengah derita musibah (ujian) dari Tuhan Pencipta, dan kemiskinan yang melanda mayoritas konstituen yang memilih Anda ketika pemilu beberapa tahun. Atau Anda memakan uang rakyat dengan dalih lainnya seperti jatah pembelian mesin cuci, gaji ke 13, asuransi, dana untuk memperoleh aspirasi rakyat, dan apapunlah nama dan alasannya…

Atau Anda pejabat dan pegawai pemerintah yag suka mempersulit masyarakat mengurusi berbagai macam urusan dan keperluan mereka seperti, pajak, KTP, paspor dan keperluan lainnya. Anda sudah terbiasa memeras mereka dengan berbagai cara agar Anda memperoleh harta secara tidak halal, padahal Anda sudah digaji negara. Atau Anda seorang pejabat pajak yang menggelapkan tagihan pajak sesungguhnya dari masyarakat dan tidak menyetorkannya ke kas negara kecuali sebagiannya. Atau anda tekan pengusaha agar mereka terpaksa bernegosiasi dengan Anda, lalu dengan mudah Anda bisa memangkas jumlah pajak yang sebenarnya karena Anda menerima bayaran (sogokan) dari para wajib pajak itu. Atau Anda yang tidak mau membayar zakat, kendati sudah diundang-undangkan. Atau Anda sebagai pengacara yang jelas-jelas membela para pelaku kejahatan tindak pidana korupsi, atau pengusaha bajingan yang sering merugikan negara dan rakyat dengan memanfaatkan celah hukum dari hukum yang tidak berwibawa dan mudah dibolak-balikkan isi dan pasal-pasal karetnya. Anda dengan sukacita membagi-bagikan fee (baca : sogokan) kepada para penegak hukum seperti polisi, jaksa dan hakim yang bertugas. Hal itu Anda lakukan murni karena Anda mendapat bayaran yang besar dari para pelaku kejahatan itu, bukan sama sekali karena idealisme penegakan keadilan dan kebenaran.

Aatu Anda seorang menteri, asisten menteri atau siapa sajalah yang memiliki hubungan dengan menteri sehingga dengan mudah menjadi broker penjualan aset-aset negara yang menjadi miliki rakyat itu. Anda tidak peduli kerugian negara dan rakyat dari tindakan kejahatan seperti itu. Yang penting bagi Anda adalah meraup keuntungan besar yang menurut hawa nafsu Anda adalah halal karena masih dalam kategori FEE belaka.

Atau Anda broker-broker politik dan hukum yang bergentayangan di gedung-gedung Legislatif, Instansi Pemerintahan, Mahkamah Agung, Kejaksaan, Pengadilan dan hotel-hotel berbintang karena mengejar brokerage fee (baca : White Crime Fee) yang mempercepat Anda kaya, padahal Anda seorang pejabat negara, atau petinggi Partai Politik yang tidak berhak melakukan itu semua. Atau Anda seorang Jendral ABRI atau Jendral polisi yang menjadi backing pengusaha-pengusaha hitam di mana mereka tidak bisa hidup dan berbisnis kecuali bisnis haram atau dengan cara yang haram sehingga mereka dengan aman dan mudah berkeliaran tanpa tersentuh hukum sedikitpun. Atau Anda pemilik media cetak ataupun elektronik yang setiap saat menyebarkan kemungkaran, kemusysikan, khurafat, kebohongan, pornografi, pornoaksi, judi, penyakit sosial seperti ghibah (gosip), budaya hedonisme dan budaya merusak lainnya.

Atau Anda Presiden dan Pemimpin negara yang curang selama puluhan tahun mengurusi negara dan rakyat sehingga negara dan rakyat bangkrut sampai ke titik nadir yang paling bawah. Pada waktu yang sama, Anda, keluarga dan kroni-kroni hidup dalam kemewahan dan harta berlimpah…Atau Presiden yang merasa paling pintar dan pemimpin yang congkak tapi tidak becus mengurusi urusan rakyat sehingga beban hidup mereka semakin hari semakin menumpuk dan semakin berat… Aaach…. Siapa sajalah Anda, bagaimanapun kehebatan, kekuatan dan kedudukan Anda semasa di dunia, Malakul Maut tidak mempedulikan itu semua. Yang pasti, Anda sudah bertekuk lutut di hadapan bentakan dan hentakan prajurit Tuhan Pencipta yang bernama Izrail atau Malakul Maut. Ia hanya terfokus bagaimana ia mengakhiri jatah hidup Anda di dunia ini tepat pada waktunya dan dengan cara yang paling kasar dan menyakitkan.

Semua persoalan di atas sudah Anda lihat dan rasakan hasilnya. Orang-orang yang semasa di dunia berhasil menjalankan Misi Ibadah dan Visi Khilafah, telah mendapat kemudahan dan sambutan yang begitu meriah dari malaikat yang bertugas ketika mereka menerima voucher Sakratulmaut dan memasuki pintu Barzakh bernama Kematian. Bagi orang-orang yang gagal, telah pula melihat dan merasakan hasil kegagalan mereka. Pertanyaan berikutnya ialah : Di manakah Anda menginap sekarang wahai orang yang sukses atau orang yang gagal? Anda sekarang berada di tempat penginapan ketiga yang bernama Alam Barzakh. Apakah Anda dikuburkan ke dalam tanah setelah melewati pintu Kematian atau tenggelam dalam laut atau menjadi debu karena hangus terbakar atau dibakar saudara atau teman Anda sendiri? Apakah Anda melewati pintu Kematian disebabkan gempa bumi, tsunami, atau disebabkan tabrakan dan narkoba? Apakah Anda melewatinya sendiri dengan bunuh diri atau dengan berjihad di jalan Allah atau di jalan Setan? Anda semuanya sekarang sedang berada pada penginapan sementara bernama Barzakh. Anda sudah tidak bisa lagi kembali ke dunia kendati sudah menyesali kekeliruan jalan hidup semasa di dunia.. Anda akan tinggal di sini sampai hari Kiamat tiba, yaitu hari kehancuran alam semesta dan pergantian alam baru bernama Akhirat. Begitulah ketetapan Tuhan Pencipta. Tidak mungkin lagi Anda membantah dan menjauh seperti ketika Anda melewati kehidupan dunia.

Pertanyaan berikutnya adalah : Berapa lama Anda tinggal di Alam Barzakh? Jawabannya ialah sampai hari kebangkitan, yakni hari saat semua manusia yang berada dalam kubur atau tidak dalam kubur dibangkitkan dan dihidupkan kembali untuk meneruskan perjalanan wisata berikutnya. Persisnya berapa lama Anda akan mendiami Alam Barzakh? Hanya Allah Tuhan Pencipta yang tahu, karena peristiwa Kiamat adalah salah satu rahasia-Nya dan tidak seorangpun di antara makhluk-Nya yang diberi ilmu tentang itu, kedati Nabi terakhir Muhammad Saw. terbukti ketika ditanya Jibril tentang kapan terjadinya hari Kiamat itu, Nabi menjawabnya dengan diplomatis: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”. (Al-hadits)

Lalu, bagaimana situasi dan kondisi kehidupan Anda di Alam Barzakh itu? Fenomenanya dapat diketahui saat menerima voucher Sakratulmaut dan ketika melewati pintu Barzakh yang bernama “Kematian”. Jika Anda diperlkaukan dengan baik oleh malaikat petugas kematian, Malakul Maut ketika itu, berarti itu pertanda Ada bernasib baik dan beruntung. Jika perlakuan yang Anda dapatkan tidak baik, berarti Anda tidak akan beruntung dan akan mengalami berbagai persoalann besar, bukan hanya di Barzakh, tetapi juga akan berlanjut dalam perjalanan berikutnya. Mari renungkan informasi Tuhan Pencipta berikut ini :

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100)

Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: Ya Tuhan Penciptaku, kembalikan aku kembali (ke dunia)(99) agar aku berbuat amal shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja (tidak akan didengar Tuhan Pencipta). Dan di hadapan mereka ada barzakh (pembatas) sampai hari mereka dibangkitkan (100). (Q.S. Al-Mu’min (23) : 99-100)
Bila Anda sudah berada di Alam Barzakh, tidak ada lgi yang dapat membantu dan melindungi kecuali seperti yang dijelaskan Nabi Muhammad Saw. berikut ini.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda : “ Apabila manusia mati maka putuslah semua amalannya melainkan tiga perkara; shodaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang shaleh yang mendoakannya.
(Hadits Riwayat Muslim, No. 3087)

(Sumber: www.eramuslim.com)

1 Juni 2009

Kedewasaan yang Tergadaikan...


Manusia hidup sudah dengan jatah usia, kadar kemampuan, dan kelebihan serta kekurangannya masing-masing. Manusia dengan kadar intelektualitas dan kedewasaannya, terkadang masih belum bisa menunjukkan siapa dirinya. Kebanyakan para manusia yang mengatakan dirinya sudah dewasa, justru dirinya belumlah pantas dikatakan dewasa. Mengapa? Karena kebanyakan dari mereka belum paham apa yang dimaksud dengan kedewasaan.

Salah satu contohnya, sudah banyak kita temui para karyawan yang mengambil kuliah malam untuk meningkatkan pendidikan mereka tanpa mengganggu pekerjaan mereka. Karena saya adalah salah satu dari mereka. Tapi saya heran, bahkan sangat-sangat heran. Ketika dosen memberikan sebuah tugas pada kami, dan kebanyakan dari kami ada yang tidak bisa mengerjakannya, mereka dengan cepat menyontek / menyalin jawaban teman mereka yang sudah mengerjakan. Demi sebuah nilai, mereka rela menggadaikan kedewasaan mereka. Persis seperti anak SD. Apakah hal itu masih bisa dikatakan sebagai orang yang dewasa?

Saya kadang merasa bingung, sebenarnya apa yang dicari oleh mereka semua dengan mengambil kuliah malam? Apakah hanya mencari nilai bagus semata? Mencari ilmu yang bermanfaatkah? Atau mencari keduanya? Atau mungkin mereka hanya ingin mencari nilai bagus semata tanpa mau berusaha dengan keringatnya sendiri? Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus secara instan. Ya, lebih tepatnya lagi, menggadaikan 'kedewasaan' mereka dengan sebuah nilai.

Padahal kalau saja mereka mau jujur bahwa mereka memang belum mengerti tugas yang diberikan, dosen pun akan mengerti dan tidak akan menghukum mereka yang belum mengerjakan. Bukankah kejujuran itu salah satu ciri orang yang dewasa? Lalu mengapa mereka dengan mudah menyingkirkan kejujuran itu sebagai alat untuk menggadaikan kedewasaan mereka? Apakah hina bagi orang-orang yang belum bisa mengerjakan tugas lantaran dia belum mengerti? Saya rasa tidak. Saya pribadi lebih senang dengan mereka yang mau menyampaikan ketidakbisaan mereka pada dosen, lalu meminta dosen untuk menjelaskan ulang kembali apa yang belum ia mengerti, barulah ia coba kerjakan tugas itu kembali. Itulah manusia dewasa. Bisa mempertahankan kedewasaan tanpa malu mengungkapkan kekurangan mereka dengan kejujuran.

Ilmu dapat, nilai dapat, dan kedewasaan pun dapat. Semua itu hanya menjadi salah satu pilihan bagi seorang anak manusia. Satu catatan dari saya, bahwa ketidakbisaaan bukanlah sebuah kehinaan bagi seseorang. Namun jika ketidakbisaan itu dibalut dengan ketidakjujuran, hinalah seseorang itu karena menggadaikan kedewasaannya. Dan sebaliknya, jika ketidakbisaan itu dibalut dengan kejujuran, maka tidak hanya kedewasaan yang ia pertahankan, namun ilmu dan nilai pun juga bisa ia dapat.

Itulah, kegagalan dan ketidakbisaan kita dalam mengerjakan sesuatu adalah kesuksesan kita yang tertunda, jika kita bisa belajar dari kegagalan dan ketidakbisaan itu lalu mengambil hikmah sesudahnya.

yang masih harus banyak belajar...
-sarah- NZ