18 Agustus 2014

Hakikat Berjilbab

Sahabat muslimah saya yang dirahmati Allah Swt,

Salah satu kewajiban kita dalam menjalankan syariat agama kita adalah berjilbab. Saya yakin kita paham dan mengerti bahwa hal itu merupakan kewajiban beragama yang mutlak harus kita laksanakan. Terlepas dari apapun akhlak dan sifat kita dalam hidup, berjilbab tetap saja keharusan yang mesti kita lakukan. Karena jilbab dan akhlak merupakan dua hal yang berbeda dan tidak ada keterkitan satu sama lain. Namun jika kita ingin menelaah lebih lanjut, nyatanya dengan berjilbab, akan mampu membuat kita berusaha untuk menjadi muslimah yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Dengan berjilbab, kita akan malu jika kita tidak bisa shalat, sehingga kita 'mencambuk' diri kita untuk mau belajar shalat. Dengan berjilbabpun, kita akan malu jika kita tidak bisa membaca al qur'an, sehingga kita 'memaksa' diri untuk mau belajar membaca Al qur'an. Dan dengan berjilbab, nyatanya mampu memotivasi diri kita sendiri untuk menciptakan akhlak yang lebih baik lagi. Dan saya yakin, dengan kita memulai memberanikan diri mengambil keputusan untuk berjilbab, maka seiring berjalannya waktu, akhlak yang baik itu perlahan akan mengiringi keseharian kita dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama, bahkan pada Rabb semesta alam, Allah azza wajalla. Yang pasti jika niat kita tulus, serta diiringi dengan keteguhan iman yang memukau, Allah Swt akan mempermudah langkah kita dalam menapaki kehidupan ini. Ingatlah, saat kita menjaga kewajiban kita terhadap Allah Swt, maka Allah Swt akan pula menjaga hak-hak kita di dunia dan akhirat kelak. Jangan pernah takut dengan ancaman duniawi, karena menunaikan kewajiban kita kepada Allah akan mengundang cinta dan ridho Allah, sehingga in syaAllah, Ia akan mempermudah langkah kita dalam menapaki kehidupan ini.

11 Agustus 2014

Pentingnya Kasih Sayang Akhlak dan Moral Pada Anak

Seorang anak merupakan anugerah terindah dan terbesar yang diberikan oleh Allah Swt. Kehadirannya mampu membuat hati menjadi sejuk serta menyempurnakan kehidupan berumah tangga. Seorang anak sudah pasti menjadikan orang tuanya sebagai tempat menuntut ilmu yang paling utama sebelum sekolah ataupun lembaga pendidikan lainnya. Maka dari itu, sebagai orang tua atau yang sebentar lagi akan menjadi orang tua, memahami arti kehidupan itu sangatlah penting. Bagaimana kita menerapkan hal-hal baik kepada anak dengan cara yang baik dan benar, namun tidak serta merta membuat mereka merasa digurui, atau bahkan tertekan dengan pemahaman yang kita berikan dengan cara yang salah.

Di rumah, saya mengajarkan pemahaman hidup kepada Riski dengan cara yang pelan-pelan namun pasti masuk ke dalam pikirannya. Saat ia salah, saya tidak mengatakan tidak apa-apa kepadanya, namun saya ajarkan ia untuk meminta maaf pada orang yang ia sakiti. Atau saat ia menginginkan sesuatu namun saya belum bisa memberikannya saat itu juga, saya berikan ia pemahaman bahwa hidup itu tidak melulu harus selalu seperti apa yang kita inginkan. Ada saat di mana kita harus merasa kecewa dan menyikapinya dengan sabar. Sabar dan sabar, hal itu yang selalu saya tanamkan kepadanya. Meski awalnya ia menangis karena tidak mampu sabar, namun saya tetap pada pendirian saya bahwa mengajarkan konsep sabar pada anak memang tidak mudah, kalau tidak ia yang menurut, mungkin saja saya yang jadi tidak sabar padanya. Tapi alhamdulillah semua proses saya jalani dengan nikmat, agar beban dalam hidup saya tidak terlalu berat.

Selain hal di atas, kebiasaan memberikan hukuman pada Riski juga terkadang saya terapkan. Misalnya saja saat ia berkata atau berbuat yang tidak semestinya, saya ajak ia ke dalam kamar lalu saya nasehati ia secara perlahan. Saya katakan kalau setiap perbuatan salah pasti ada hukumannya, tapi setiap ia salah saya selalu menyerahkan hukumannya padanya, terserah hukuman apa yang ia inginkan, agar ia juga belajar untuk mengintrospeksi dirinya sendiri. Kesalahan-kesalahan kecilnyapun tak luput dari hukuman, hanya saja porsinya tidak berat, bahkan cenderung ringaaan sekali, paling tidak hal itu bisa mengajarkannya tentang pentingnya mengakui kesalahan dan introspeksi diri.

Alhamdulillah komunikasi yang lancar antara saya dan Riski, mampu membuatnya memiliki kemajuan dalam mengakui setiap kesalahan kecil yang ia lakukan. Sudah beberapa kali ini ia berani mengakui kesalahan yang ia lakukan, pada saya. Saat saya pulang kerja ia segera meminta maaf karena hari itu ia sempat berbuat sesuatu yang tidak semestinya pada saudari sepupunya. Padahal kalau ia mau tidak jujur, bisa saja ia tidak ceritakan kesalahan kecil tersebut, namun ia lebih memilih untuk segera meminta maaf atas apa yang sudah ia perbuat. Juga saat hari ini saya bekerja, tiba-tiba ia menelepon saya dari rumah kalau di sekolah tadi ia sempat berkata yang tidak semestinya, bukan, bukan kata-kata kotor atau kasar, hanya kata-kata yang antara kami - saya dan Riski - sudah sepakat untuk tidak boleh diucapkan, namun tiba-tiba saja terlontar dari mulutnya. Ia segera meminta maaf pada saya lewat ponsel dengan suara yang terdengar sangat menyesal. Saya pahami hal itu, dan sayapun memaafkannya. Dan saya katakan untuk tidak lagi mengulangi hal itu, dan ia pun berjanji.

Alahmdulillah, seperti itulah konsep pendidikan akhlak dan moral yang saya ajarkan pada Riski. Semoga saja para orang tua di luar sana juga bisa lebih bisa belajar dari hal-hal kecil dalam keseharian kita, dan mengajarkannya kembali pada buah hati kita. Agar kelak anak-anak kita tumbuh, tidak hanya pintar dalam hal intelektualnya saja, namun juga diimbangi dengan kemuliaan akhlak dan moralnya. Aamiin :)

7 Agustus 2014

Disiplin Menjadi Ibu

Ternyata saya belum bisa jadi orang tua yang baik. Belum mampu menjadi ibu yang baik untuk Riski. Saya baru sadar kalau selama ini saya hanya mampu menyayanginya sebatas apa yang dia inginkan, namun belum mencapai apa yang dia butuhkan. Saya memang menyayanginya sehingga saya jaga ia betul - betul jangan sampai ia terjatuh ataupun terluka dan menangis. Saya jaga ia benar-benar agar ia merasa nyaman berada di dekat saya dan tidak merasa kehilangan sosok ibunya. Apa yang sekiranya ia inginkan, lebih sering saya turuti hingga akhirnya ia tumbuh menjadi karakter yang seolah tidak boleh kecewa sedikitpun. Namun alhamdulillah sedikit demi sedikit, saya selalu tanamkan dalam hatinya tentang kesabaran dalam segala hal. Belajar tentang rasa kecewa saat apa yang ia inginkan tidak bisa saat itu juga ia dapatkan. Semuanya butuh proses, dan proses itu hanya bisa dinikmati keberadaannya saat kita bersabar.

Namun ada satu hal yang terlewat dari penglihatan batin saya. Ada sebuah kesadaran yang menyeruak keluar dari jiwa saya saat saya dapati bahwa kasih sayang yang saya berikan selama ini tidak, atau belum mampu menyentuh ke dalam hati kecilnya. Saat saya sadari kalau menjadi orang tua itu juga harus menjadi sosok yang disiplin bagi sang buah hati. Harus tahu kapan waktunya ia bermain, dan kapan waktunya ia menuntut ilmu untuk dirinya sendiri. Dan dalam hal ini, sayangnya saya selama ini lebih banyak menyerahkan urusan pendidikannya pada lembaga bernama sekolah, bahwa saya yakin kalau lembaga itu pasti mampu membuat Riski pintar dan cerdas dalam segala bidang. Baik dari segi akhlak, moral, dan intelektualnya. Namun sekali lagi saya tegaskan, kalau ternyata saya salah. Salah BESAR!!

Saya sedih, saya merasa kerdil karena selama ini saya selalu menyuguhkan Riski dengan hal-hal yang berbau kekinian. Gadget, makan di resto, uang, dan berbagai keinginannya yang saya harap mampu membuatnya senang dan terkadang mampu sedikit meredakan rasa kecewanya. Namun tak ada kata terlambat selama saya yakin kalau saya pasti bisa menjadi ibu yang baik baginya. Saya akan coba mendisiplinkan diri agar kelak Riski tumbuh menjadi anak yang pintar dan berakhlak baik. Aamiin

6 Agustus 2014

Keajaiban Bersedekah

Teman-teman yang budiman, seberapa jauh pemahaman kita tentang pentingnya bersedekah? Sudahkah kalian merasakan betapa besar dan nikmatnya keajaiban bersedekah? Saya yakin kita semua sudah pernah merasakannya. Entah bersedekah dengan nominal yang kecil, atau bahkan besar sekalipun. Sesungguhnya nominal sedekah tidak menjadi ukuran seberapa besar pahala yang kita dapat dari Allah, karena sedekah yang bernilai di hadapanNya adalah yang diberikan dengan hati yang tulus dan ikhlas. Juga disertai dengan niat yang suci Lillahita ala bahwa bersedekah hanya karena Allah, dan bukan karena balasan pahala dariNya ataupun ganjaran rejeki yang berlipat ganda setelah kita bersedekah.

Memang tidak mudah untuk meluruskan niat kita karena Allah, meski sebenarnya mengharap ganjaran yang lebih dariNya juga tidak melulu salah, namun alangkah lebih baiknya jika kita dapat menjaga keikhlasan kita dalam bersedekah. Karena itu adalah hal utama dalam esensi bersedekah.

Mungkin kita pernah mendengar bahwa jika ingin kaya, maka bersedekahlah. Karena dengan bersedekah akan membuat banyak pintu rejeki kita semakin terbuka, asalkan satu syaratnya terpenuhi, yaitu ikhlas lillahi ta'ala. Kalaupun kita tidak ikhlas karena Allah, dan hanya karena kita ingin mendapat rejeki yang berlipat dariNya, bisa saja Allah mengabulkan apa yang menjadi harapan kita dalam bersedekah tersebut, namun tetap saja sedekahnya tidak bernilai ibadah di sisiNya dan tidak mengundang keberkahan di dalamnya. Untuk itulah mengapa sangat dianjurkan sekali untuk kita bersedekah disertai dengan niat yang tidak menyimpang dari tujuan awal, yaitu mengharap keridhoanNya.

Keajaiban sedekah itu memang bukan omong kosong belaka, bahkan saya sendiri pernah merasakannya. Dan Allah bukanlah Dzat yang ingkar janji, saat saya dapati rejeki nomplok datang menghampiri saya tiga puluh kali lipat dari uang yang sebelumnya saya sedekahkan dengan niat ingin membantu seseorang. Bahkan saya juga pernah dalam satu hari mendapat rejeki dua kali lipat dari uang yang saya sedekahkan di hari yang sama. Alhamdulillah. Maaf, bukan saya bermaksud untuk riya, tapi saya ingin menunjukkan bahwa Allah memang tak pernah ingkar terhadap semua janjiNya. Bahwa Ia akan memberikan setiap kebutuhan hambaNya, jika hambaNya mau menjaga keikhlasan dalam hatinya demi mengharap keridhoan dari Rabbnya....

5 Agustus 2014

Rahasia Keberkahan Usia

Mendapatkan usia yang melebihi usia Rasulullah, merupakan berkah dari Allah Swt yang patut kita syukuri. Bahkan saya pun saat usia sudah mencapai seperempat abad pada tahun ini, rasanya syukur ini tak henti-hentinya mengalir. Hingga pada akhirnya saya menyadari kalau keberkahan usia seseorang itu bukan terletak dari besarnya bilangan yang mewakili usia seseorang, namun karena kebermanfaatan yang sudah ia lakukan dalam hidupnya hingga waktu yang ia lalui semasa usianya tidak ada yang sia-sia.

Keberkahan sebuah usia, sudah selayaknya dijaga dan dihargai karena bisa jadi itu merupakan salah satu bentuk kepercayaan Allah Swt terhadap hambaNya atas pinjaman usia yang Ia berikan agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Atau bisa mungkin itu merupakan sebuah kesempatan untuk kita, agar bisa mengintrospeksi diri dan bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu.

Bagi saya, menjaga keberkahan usia yang saya miliki tidak harus rumit dan susah. Semuanya dibuat simple saja seperti yang Rasulullah ajarkan dalam sebuah haditsnya, "Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya panjang maka hendaknya ia bersilaturrahim.”(HR. Bukhari) Yup, silaturahim adalah salah satu usaha yang saya lakukan agar Allah Swt berkenan memperpanjang usia saya, atau minimal menyisipkan sebuah keberkahan di dalam bilangan usia yang saya lalui, agar hidup yang saya miliki tidak hanya bermanfaat untuk diri saya sendiri, tapi juga mampu berbagi pancaran kebaikan untuk keluarga dan orang-orang yang ada di sekitar saya.

Seperti artikel yang saya baca di sini bahwa antara tahun 1965–1974 ada dua orang ahli epidemi penyakit yang melakukan riset pada gaya hidup dan kesehatan penduduk Alameda County, California yang berjumlah 4.725 orang.

Hasil menarik dari riset itu adalah bahwa mereka menemukan bahwa angka kematian tiga kali lebih tinggi pada orang yang eksklusif (tertutup) dibandingkan orang-orang yang rajin bersilaturrahim dan menjalin hubungan.

Pada artikel tersebut juga disampaikan bahwa ada sebuah riset yang pernah dilakukan pada penduduk Seattle ditahun 1997. Riset tersebut menyimpulkan bahwa biaya kesehatan lebih rendah didapati pada keluarga yang suka bersilaturrahim dengan orang lain, dan konon keluarga yang seperti ini jauh lebih sehat dibandingkan keluarga-keluarga lain.

MacArthur Foundation di AS mengeluarkan kesimpulan sejalan yang menyatakan bahwa manusia lanjut usia (manula) bisa bertahan hidup lebih lama itu karena disebabkan mereka kerap bersilaturrahim dengan keluarga dan kerabat serta rajin hadir dalam pertemuan-pertemuan. Subhanallah!!

Di zaman yang serba modern dan canggih seperti sekarang ini, silaturahim tidak hanya dapat dilakukan dengan cara bertatap muka dan berjabat tangan secara langsung, karena hal itu juga bisa dilakukan dengan bantuan internet, contohnya saja menyapa sahabat-sahabat blogger melalui blog, komentar di postingan, say hello melalui telepon, chatting, personal message, atau semacamnya. Silaturahim itu akan berguna memperpanjang usia kita saat energi-energi yang saya, atau orang lain bagikan satu sama lain, merupakan energi-energi positif yang mampu membangun pikiran dan sugesti positif pula pada tubuh. Sehingga kesehatan tubuh akan lebih terjaga dan stamina kembali meningkat.

Selain bersilaturahim, usaha yang saya lakukan untuk dapat membawa saya ke bilangan usia yang lebih besar adalah dengan bersedekah. Yang saya yakini dalam konsep bersedekah adalah, bahwa bersedekah bukan hanya membuka lebih banyak keran rejeki kita, tapi juga mampu mengundang doa dari para malaikat untuk senantiasa menjaga kita dalam keadaan yang lebih baik lagi. Saat saya bersedekah dengan tulus pada sesama, in syaAllah hal itu juga akan mengundang banyak doa dari mereka agar saya dapat selalu sehat dalam kebaikan dan ketaatan kepadaNya.

Selain dua hal di atas, menjaga pola makan dan minum juga merupakan hal terpenting yang saya lakukan saat ini, dan in syaAllah sampai masa mendatang. Sebab makanan dan minuman adalah salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit dalam tubuh. Saya harus bisa menyeimbangkan berbagai makanan dan minuman yang masuk dalam tubuh saya agar saya bisa tetap sehat, minimal tidak terlalu lemah saat saya harus diberi cobaan penyakit.

Setelah usaha-usaha yang saya lakukan di atas, sisanya, saya hanya harus banyak ikhtiar dan tawakal kepadaNya karena sekeras dan sekuat apapun usaha saya dalam memperpanjang usia dan keberkahan usia saya, tetap saja Allah Swt lah yang memiliki segala keputusan. Untuk itu, terakhir yang mampu saya lakukan adalah selalu bermunajat padaNya agar senantiasa memberi saya panjang usia dan memberi saya kesempatan serta keistiqomahan untuk dapat terus melakukan kebaikan sepanjang usia saya.

Tidak lupa juga senantiasa saya berusaha menjalani setiap perintahNya agar Allah Swt berkenan ikhlas dan meridhoi setiap langkah kebaikan yang saya pilih selama ini. Akhirnya, Semoga Allah Swt berkenan memperpanjang usia saya dalam kebaikan dan ketaatan hanya kepadaNya. Aamiin...

4 Agustus 2014

Tentang Hak dan Kewajiban Seorang Muslim

Sebagai seorang muslim, tentunya kita memiliki hak dan kewajiban yang harus kita terima dan kita jalani di dalam kehidupan ini. Sebagaimana manusia pada umumnya, tentu kita juga ingin agar hak-hak kita sebagai manusia dipenuhi oleh Allah Swt. Tapi apakah kita sadar, dan senantiasa menyadari bahwa sebelum kita menuntut hak kita, kita juga harus menjalani kewajiban kita sebagai seorang muslim?

Kewajiban seorang muslim adalah menjalankan segala perintah Allah Swt dan meninggalkan semua laranganNya. Mungkin kelihatannya mudah, namun ternyata dalam menjalaninya itu sangat, sangat butuh perjuangan dan proses yang tidak mudah. Banyak nafsu duniawi yang menghalangi langkah kita untuk dapat mampu menggugurkan kewajiban kita hingga pada akhirnya kita terlena oleh kenikmatan dunia dan melupakan kewajiban kita sebagai seorang muslim yang sesungguhnya.

Jika kita ingin menjadi muslim yang taat dalam beragama dan beribadah, sebaiknya kita tunaikan dulu kewajiban kita kepada Allah Swt. Dengan melaksanakan rukun iman dan rukun Islam secara baik, benar, dan kaffah (menyeluruh). Kita harus senantiasa istiqomah dan harus sering-sering memuhasabah diri jikalau ada perbuatan kita yang tidak sesuai dengan syariatNya.

Dalam menjalani kehidupan ini, sudah pasti akan ada ujian-ujian serta kondisi di mana kita harus memilih antara melaksanakan kewajiban kita kepada Allah atau melaksanakan kewajiban kita kepada sesama manusia. Sering juga kita mengalami kondisi di mana kita harus memilih antara menunaikan kewajiban kita kepada Allah atau mencari hak kita sebagai seorang muslim. Contohnya saja saat azan sudah berkumandang sementara urusan muamalah kita demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, belum selesai, terkadang bagi sebagian orang, kondisi seperti ini sangat membuatnya dilema. Mereka terlalu bingung untuk memilih antara menunaikan shalat atau meneruskan kegiatan duniawinya. Dua-duanya bernilai ibadah karena bermuamalah demi keluarga juga merupakan ibadah jika diniatkan karena Allah. Namun ada juga sebagian yang lain tetap memilih untuk bermuamalah karena mereka pikir, jika kegiatan itu mereka tinggalkan karena harus shalat, rejeki akan hilang. Dan mereka menyayangkan hal itu. Tapi ada sebagian kecil yang lain, tetap memilih untuk shalat dan meninggalkan kegiatan muamalahnya lantaran ia meyakini bahwa rejeki datangnya dari Allah, maka mintalah rejeki tersebut dengan cara yang sudah ditentukan olehNya.

Kita harus menyadari bahwa segala hak kita sebagai muslim itu datangnya HANYA dari Allah, dan bukan dari manusia, ataupun karena diri kita sendiri. Kita dan manusia yang lainnya hanya sebagai sarana untuk rejeki itu datang, namun sumber dari rejeki tersebut adalah Allah. Maka dari itu jika kita menjaga kewajiban kita terhadap Allah Swt secara ikhlas, maka Allah pun juga tak segan-segan menjaga dan akan tetap mempertahankan hak kita, atau malah menambahnya dengan yang lebih banyak dan lebih berkah. Maka dari itu, mintalah kepada Allah apa-apa yang kita butuhkan, dengan shalat dan sabar, juga dengan tetap menjaga kewajiban kita kepadaNya. Niscaya Ia akan selalu ada untuk kita, kapan, dan di manapun kita berada.......