13 Januari 2015

Titik Lemah

Setiap manusia pasti memiliki titik lemah dalam hidupnya. Titik lemah ini adalah satu titik dalam dirinya yang bila diuji dengan sesuatu hal, titik ini bisa jadi sangat lemah atau bahkan bisa membuat seseorang itu sangat tidak berdaya lantaran sesuatu yang disebut ujian tadi. Ujian dalam hidup ini bermacam-macam bentuknya. Bisa berupa harta, tahta, jabatan, ataupun pasangan hidup. Dari tiap-tiap ujian itu bisa saja menghampiri kita sebagai makhluk lemah yang tidak memiliki daya upaya apapun jika hati dan jiwa kita jauh dari Rabb semesta alam, Allah Azza Wajalla.

Setidaknya ada empat hal yang wajib kita waspadai terkait ujian hidup yang mungkin saja salah satu di antara empat hal itu merupakan titik lemah kita sebagai manusia. Yang pertama adalah, jika kita diuji dengan syahwat dan hawa nafsu, bisa mungkin ada yang tidak beres dalam sholat kita. Mengapa sholat? Sebab dalam QS. Maryam ayat 59, Allah SWT berfirman yang artinya, “Maka datang sesudah mereka suatu keturunan yang mereka telah melalaikan sholat dan memperturutkan syahwat hawa nafsunya.”.

Sebagai manusia yang berakal, jika hal pertama tadi adalah titik lemah dalam diri kita, ada baiknya kita segera periksa sholat kita. Apakah selama ini menunaikan sholat hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban, hanya untuk dipuji orang lain, atau semata-mata hanya karena Allah? Apakah kita sudah cukup khusyuk dalam melaksanakannya, atau masih sering memikirkan hal-hal lain saat sholat? Sudah tepat waktukah, atau malah sering mentakhirkannya? Atau bahkan kita sering lalai dalam menjalankannya? Patutnya kita periksa semua hal itu.

Hal yang kedua adalah, jika kita merasa keras hati, berperangai akhlak buruk, sial, sengsara, dan seolah tidak ada kemudahan, periksalah hubungan kita dengan ibu dan bakti kita terhadapnya. Mengapa demikian, sebab dalam QS. Maryam ayat 32, Allah SWT berfirman, “dan (Dia jadikan aku) berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” Dari ayat tersebut sudah sangat jelas, jika kita ingin merasa mudah dalam melangkah di kehidupan, maka berbakti pada orang tua adalah hal yang paling utama yang harus dilaksanakan. Sebab satu hal yang mesti diingat, bahwa ridho orang tua adalah ridhoNya Allah. Tidak akan pernah kita merasakan nikmatnya kemudahan dalam segala hal jika orang tua kita tidak ridho pada apa yang kita lakukan. Nauzubillahi minzalik.

Yang ketiga adalah, jika kita merasa depresi, tertekan, dan kesempitan dalam hidup, maka sebaiknya kita memeriksakan interaksi kita dengan Al Qur’an. Karena dalam QS. Thaha ayat 124, Allah SWT telah berfirman, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku (Al Qur’an – berzikir), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” Bukankah ayat tersebut sudah sangat jelas memberitahu kita, bahwa jika ingin hidup lapang, maka jangan pernah sekali-kali kita melupakan Al Qur’an. Bacalah setiap hari meski tidak bisa membaca banyak dalam sehari. Paling tidak jika kontinuitas interaksi kita dengan Al Qur’an sudah cukup bagus, maka dengan sendirinya hati kita akan merasa lapang dan satu per satu masalah akan terselesaikan dengan baik. Jadikanlah Al Qur’an sebagai teman sehari-hari bukan malah hanya menjadi pajangan di dalam buffet rumah kita, hanya karena Al Qur’an yang kita miliki boleh kita beli di Mekkah. Ingatlah, bahwa rumah yang senantiasa diperdengarkan Al Qur’an setiap harinya, akan membuat para penghuninya selalu diliputi perasaan aman, nyaman, dan tenteram. Karena Al Qur’an itu adalah obat dari segala penyakit hati.

Dan yang terakhir adalah, jika kita merasa kurang tegar dan teguh di atas kebenaran dan gangguan kegelisahan, maka periksalah bagaimana pelaksanaan kita terhadap nasihat yang kita dengar. Allah SWT berfiman dalam QS. An Nisa ayat 66, “Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih meneguhkan (iman mereka).” Maka dari itu, apabila kita mendengar suatu kebaikan dari mulut seorang alim ulama, hendaklah kita mendengar dan melaksanakannya dengan ikhlas. Sebab orang yang mengetahui sebuah kebaikan namun ia tidak melaksanakannya, maka ia termasuk pada golongan orang-orang yang munafik.

Semoga keempat hal tadi bisa menjadi peringatan untuk kita sebagai hamba yang lemah, bahwa titik lemah dari masing-masing kita berbeda-beda, sehingga kita diharuskan untuk introspeksi diri setiap hari agar kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tidak beruntung sebab dari hari ke hari tidak ada perbaikan yang kita lakukan.

9 Januari 2015

Epilog Seorang Hamba

Tuhan,
Setiap orang pasti memiliki masalah dan beban hidup masing-masing. Setiap masalah seseorang, juga bergantung pada kadar keimanan dan kemampuan setiap hamba. Aku tahu, Tuhan, bahwa kadar keimanan dan kemampuanku masih belum terlalu tinggi, jadi aku mohon Tuhan, tolong kuatkanlah aku dalam menghadapi semua beban hidup ini. Segala amanah dan tanggung jawab yang Kau pikulkan di pundakku, tak pernah sedikitpun aku meminta untuk Kau kurangi, tapi aku hanya berharap kekuatan, kesabaran, serta keikhlasan hati dan jiwaku untuk dapat melewati semua itu.

Tuhan,
Kepergian sosok Ayah dalam hidupku selama hampir dua puluh enam tahun perjalanan hidupku, juga bertubi-tubi amanah, serta tanggung jawab yang ada di pundakku, telah menjadi cobaan terberat dalam hidupku. Jika semua cobaan ini merupakan ganjaran dariMu atas segala salahku di masa lalu, lalu sampai kapan aku harus menebus semua salahku, Rabb?

Tuhan,
Terkadang aku merasa kuat dan tegar menghadapi semua ini, namun ada saat di mana aku terlalu lelah menghadapi semuanya sendiri, hingga hanya ada air mata yang selalu menemani kesendirianku. Aku merasa lemah, aku terlalu letih, Rabb.

Tuhan,
Mohon ampuni semua salah dan khilafku. Aku hanya seorang hamba yang terkadang hanya tidak mampu menahan segala beban yang menggelayut di bahuku. Aku hanya ingin sedikit bercerita dan bersandar padaMu, itu saja. Terima kasih, Rabb….

6 Januari 2015

Menjemput Rezeki dengan Cara yang Allah Ridhoi

Mencari rezeki atau mencari nafkah untuk keluarga, bagi kita merupakan sebuah pilihan yang memang harus kita lakukan demi menyambung kelangsungan hidup kita maupun orang-orang yang kita cintai. Mencari rezeki, sejatinya adalah kita melakukan sebuah pekerjaan, entah itu kita bekerja pada pemerintah, perusahaan swasta, atau bisnis serta membuka usaha sendiri. Semuanya bisa kita lakukan demi mencari rezeki yang halal guna memenuhi kebutuhan hidup.

Dalam mencari rezeki, ada beberapa hal yang mungkin harus kita ketahui dan pahami agar rezeki yang kita dapat tidak hanya bernilai dari segi kuantitas saja namun juga bisa mengandung keberkahan di dalamnya. Satu hal yang harus kita sadari bahwa semua rezeki yang kita dapatkan itu datangnya dari Allah. Semua rezeki dan nikmat yang kita rasakan, semata-mata karena atas izinNya. Tidak mungkin kita dapat menikmati manisnya rezeki jika bukan atas izinNya. Maka dari itu, patutlah bila kita mengutamakan kehalalan dari setiap rezeki kita. Sebab segala yang halal di mata Allah adalah baik.

Selain kehalalan rezeki, cara untuk mendapatkan rezeki juga merupakan kunci utama dalam proses mencari nafkah. Rezeki yang halal mungkin belum tentu didapat dengan cara yang Allah sukai. Tapi rezeki yang didapatkan dengan cara yang diridhoi Allah, sudah pasti rezeki itu adalah halal.

Ada berbagai cara yang dapat kita lakukan dalam mencari rezeki. Salah satunya saja adalah berdagang. Membuka usaha sendiri, di kalangan masyarakat saat ini sudah menjadi hal yang wajar, karena bisa dikatakan sebagian besar penduduk ibu kota memiliki profesi berdagang. Berdagang adalah sebuah pekerjaan baik yang in sya Allah akan menghasilkan rezeki yang halal bila dilakukan dengan cara yang baik pula. Tapi bisa juga rezeki yang dihasilkan dari berdagang itu berubah menjadi haram apabila cara yang dilakukan adalah cara-cara yang merugikan orang lain, atau bahkan bersifat musyrik (menduakan Allah).

Selain kehalalan dan cara yang dilakukan menjadi faktor penting dalam meraih rezeki, ternyata interaksi atau kedekatan kita kepada Allah juga menjadi kunci utama dalam mencari keberkahan rezeki. Cara dan kehalalan mungkin sudah kita lakukan, tapi apabila karena alasan mencari rezeki menjauhkan kita pada Allah, maka tanpa kita sadari rezeki yang kita dapatkan akan kehilangan esensi keberkahannya.

Katakan saja demi mencari rezeki yang banyak, seorang pedagang sampai rela meninggalkan sholatnya lantaraan takut kehilangan pelanggan apabila dagangannya ditinggal sebentar untuk sholat. Lalu demi sebuah gadget baru, seorang staf rela melakukan korupsi . Atau demi sebuah jabatan tinggi, seorang muslimah rela menanggalkan hijabnya. Hal-hal semacam itu adalah contoh bahwa kurangnya iman seseorang dalam proses pencarian rezeki, akan membuat rezekinya kehilangan keberkahan. Mungkin mereka akan mendapatkan apa yang mereka harapkan, tapi mereka tidak akan pernah cukup dengan semuanya karena yang ada dipikiran mereka hanya duniawi saja. Bagaimana caranya mendapatkan rezeki sebanyak mungkin, tanpa mengindahkan syariat dan aturan yang berlaku dari Tuhannya.

Mereka lupa bahwa rezeki yang mereka dapat datangnya dari Allah. Dan mereka seolah tidak mau menyadari bahwa untuk mendapatkan rezeki Allah, maka mereka haruslah melakukan apapun yang Allah perintahkan. Mereka hanya menuntut hak tanpa mau menunaikan kewajiban mereka sebagai muslim. Jika sudah seperti itu keadaannya, maka cepat atau lambat mereka akan kehilangan rezeki yang sudah mereka dapat, tanpa mereka sadari. Entah karena gaya hidup mereka yang hedonis hingga membuat mereka boros, atau mungkin mereka akan ditimpa kemalangan maupun kesakitan yang menyebabkan harta mereka terkuras untuk biaya pengobatan. Wallahu ‘alam.