Ada seorang sahabat yang pernah berkata kepada saya: “Menjadi anak-anak
adalah sebuah fase kehidupan, itu benar. Tapi kalau menjadi tua adalah sebuah
kepastian, itu salah. Bagaimana dengan mereka yang belum mengalami masa tuanya,
tapi sudah keburu meninggal? Bukankah tua itu artinya belum pasti?” Saya hanya
tersenyum dan membalas kata-katanya dengan jawaban yang intinya begini: Yang
disebut tua bukanlah dari lamanya seseorang hidup atau bayaknya angka yang
mewakili usianya. Tapi menurut saya, yang disebut tua adalah bertambahnya usia
seseorang dari hari ke hari. Sebab tidak ada batasan usia antara yang tua dan
yang muda. Seseorang dengan usianya yang 30 tahun akan merasa muda bila
dibandingkan dengan mereka yang usianya 50 tahun. Tapi seseorang yang usianya
20 tahun, akan mengatakan bahwa mereka yang berusia 30 tahun sudah terbilang
tua. Jadi, yang menjadi masalahnya di sini adalah faktor bertambahnya usia,
bukan banyaknya usia.
Para orang tua yang seharusnya sudah bisa menjadi dewasa, malah justru
terlambat menjadi dewasa. Banyak laki-laki pengecut yang maunya enak sendiri
memainkan perasaan perempuan tanpa berani bersikap dewasa untuk mengambil
keputusan tanggung jawab pernikahan. Atau pelaku-pelaku kemungkaran yang tak
pernah berani bersikap dewasa untuk jujur terhadap hati nuraninya yang dalam,
bahwa kemungkaran akan tetap menjadi sebuah tindakan tercela walau ditutupi
dengan kebaikan-kebaikan yang semu. Juga pemimpin-pemimpin yang tidak pernah
bersikap dewasa menerima takdirnya sebagai pelayan rakyat. Banyak anak-anak
yang menghabiskan masa mudanya hanya untuk bersenang-senang tanpa mau bersikap
dewasa mengubah paradigma mereka menjadi pemuda/pemudi yang lebih aktif dan
produktif. Atau pedagang-pedagang culas yang hanya memikirkan keuntungan
pribadi mereka semata tanpa pernah berani dewasa bahwa menerima hukum usaha
yang adil adalah lebih baik untuknya. Dan juga orang-orang yang tidak berani
dewasa, bila miskin ia mengeluh, angkuh, dan kufur, bila kaya ia tak bersyukur,
bila bodoh ia menipu, dan bila pintar ia membodohi orang.
Berani dewasa adalah keputusan jiwa yang tidak sederhana. Sebab seringkali
ia berada pada posisi yang sangat kontras dengan fitrah lahiriyah seseorang.
Berani hidup harus berani dewasa. Berani dewasa harus berani mengambil
sikap dan keputusan untuk kehidupan yang lebih baik. Berani dewasa juga perlu
perngorbanan yang tidak mudah. Harus berani mengalah untuk menang. Harus berani
mengambil resiko, menerima tantangan, mencari ilmu yang bermanfaat, memberikan
contoh yang baik, berani berbuat tidak hanya bicara, memberikan kebaikan di manapun
ia berada dan berani menatap kehidupan di masa mendatang.
Berani hidup harus #BeraniLebih dewasa. Hidup ini memang tidak mudah.
Namun lebih tidak mudah lagi jika hidup tanpa berani menjadi dewasa. Bahwa fase
demi fase adalah kepastian. Setiap usia punya jenjangnya, ada situasinya, sulit
dan mudahnya. Tapi keberanian menjadi dewasa adalah sebuah keniscayaan yang
dengannya kita lalui segala fase itu, kita kejar cita-cita akhir kita, di
puncak keridhoan Allah swt.
Jumlah kata: 436
Facebook: Nurlaila Zahra
Twitter:@sarah_kecee