
Salah satu hobi saya adalah nonton. Kebetulan baru-baru ini nemu informasi dari internet kalo sekarang
Film Final Destination (FD) 5 dah tayang di bioskop 21. Tanpa berpikir panjang, kemaren sore sepulang kerja langsung ngiprit ke Depok Townsquare untuk nonton FD 5. Sendirian!
(Tolong jangan kasihani saya karena nonton sendirian tanpa teman ya? :D) Setelah searching jadwal di
Cineplex 21, akhirnya saya memutuskan untuk nonton yang jam 15.40.
(Jangan ditanya pulang kerjanya jam berapa ya? Itu urusan dalam negeri :D) Sampe di sana langsung beli tiket dan masuk ke studio satu. Karena filmnya nggak langsung diputer, nyempetin dulu deh baca buku novel “Cinta Untuk CeeCee” nya Beth Hoffman, hadiah dari
kontes bahasa cinta yang diadain
Mbak Nandini. Pas film nya diputer, masukin buku, silent ponsel, dan fokus ke depan.
Film FD 5 adalah salah satu film yang sangat saya gemari selain
Scream. Saya sudah menonton FD 1, 2, dan 3, tapi sayang yang ke 4 belum sempat nonton dan belum tayang juga di TV Indonesia. Tapi tak apalah, yang penting endingnya dah tau.
Film FD ini mengisahkan tentang seorang anak manusia yang bisa “melihat” sebuah kejadian yang kelak akan menimpa diri dan orang-orang yang ada di dekatnya. Di dalam film ini, kejadian yang dimaksud adalah sebuah kecelakaan yang sangat dahsyat. Di FD 1 kecelakaannya di pesawat, FD 2 kecelakaannya di jalan raya, FD 3 kecelakaannya di roller coaster, FD 4 kecelakaannya di sirkuit balap, dan FD 5 kecelakaannya di sebuah jembatan yang tengah di bangun.
Dari masing2 peristiwa itu pasti ada seseorang yang bisa “melihat” hal itu sebelumnya. Pada saat ia menyadari bahwa ia dan teman-temannya yang lain pasti akan celaka, maka ia akan menyuruh semua orang yang ada di dekatnya untuk “tidak jadi” melakukan sebuah aktivitas atau menaiki kendaraan yang akan membuat mereka celaka. Sebagian dari mereka ada yang percaya dan ada yang tidak. Bagi mereka yang percaya, maka akhirnya mereka selamat dan yang tidak, maka mereka sudah bisa dipastikan akan meninggal dengan akhir yang sangat tragis.
Nah, semuanya belum berakhir di situ. Justru hal ini baru akan dimulai. Saat mereka yang “seharusnya” meninggal dalam setiap kecelakaan itu akhirnya tetap hidup, maka ternyata kematian punya caranya sendiri dalam mengejar mereka. Mereka yang tetap hidup, akhirnya “harus” mati dengan pola kematian yang sesuai dengan “penglihatan” si empunya indera ke 6 itu, dengan “cara-cara” yang sangat tragis. Mengapa cara-cara nya saya kutip? Karena memang dalam film ini, cara-cara meninggal setiap korbannya selalu masuk akal (selalu ada sebab) dan terkesan tidak ada unsur mistis (misal pengaruh gaib dsb).
Ada yang meninggal karena lehernya terjerat tali di kamar mandinya setelah ia terpeleset, ada yang meninggal karena seluruh tubuhnya patah sampai tulangnya keluar menembus daging dan kulitnya akibat terpeleset pada saat melakukan senam, ada juga yang meninggal terkena sabetan lempengan seng yang terbang terhempas kereta api, ada yang meninggal tertabrak bis, kepalanya tersangkut alat pabrik yang bentuknya runcing, ada yang meninggal karena matanya kena laser dan bola matanya copot, ada juga yang meninggal akibat terpanggang di alat penghitam kulit di salon, ada yang kepalanya pecah karena tertimpa benda berat, ada yang matanya tertancap tangga besi, ada yang kepalanya terjepit lift, wah pokoknya penyebab2 kematian mereka itu nggak ada yang pernah bisa duga dan pastinya terjadi dalam waktu yang sangat singkat, jadi yang nonton gak pernah tau apa yang akan menimpa si korban dari satu korban ke korban yang lain.
Di FD 5 ini pun nggak kalah serunya. Meskipun konsep yang disuguhkan masih sama dengan konsep FD 1 s/d 4, tapi rasanya selalu ada yang membuat film ini lebih unggul ketimbang scary movie lainnya. FD 5 ini saya rasa adalah film terakhir dari serangkaian film Final Destination. Sebab akhir dari FD 5 ini merupakan awal dari FD 1. Bingung? Hehehe. Kalo yang udah nonton FD 1 sampe 4 gak akan bingung deh. Intinya, saya salut sama si tim pembuat filmnya. Sebab bisa menyatukan serangkaian kelima film tersebut secara apik dan gak berbelit-belit. Masalah yang dipaparkan simple tapi lebih menonjolkan detail. Alur dari tiap scene ke scene yang laen sangat rapi dan terkonsep dengan baik. Logikanya pun dapet. Pokoknya keren abis deh.
Terlepas dari mempercayai atau tidak dengan adanya takdir yang telah Allah gariskan, bagi saya ini hanyalah sebuah film yang bisa diambil hikmahnya jika ada pelajaran di dalamnya. Selepas itu, film ini hanya sebuah hiburan semata bagi orang-orang seperti saya yang suka pada film-film bergenre horor (but not a ghost movies).
Bagi yang penasaran, silahkan coba nonton, mumpung film nya masih di puter di bioskop. Tapi satu pesen saya, jangan makan cabe rawit terlalu banyak saat makan gorengan karena pedes (loh apa maksudnya? Hehehe kemarin sepulang nonton saya beli gorengan + cabe, pas makan cabenya terlalu banyak, pedesnya gak ketulungan :D)
Selamat Nonton !!!
(Mas Rahmat juga menulis artikel tentang ini
di sini :D) sedangkan gambar saya ambil dari
sini