Mungkin pertanyaan itu kini tengah mengusik hati ikhwan dan akhwat sekalian. Lantaran seringnya bertemu dalam kinerja da'wah yang membutuhkan komunikasi dan interaksi antar dua insan yang berbeda jenis tersebut. Seorang akhwat pernah bertanya pada temannya, "Boleh ga sih jatuh cinta?" Sang teman menjawab, "Boleh". Lalu si akhwat bertanya lagi, "Lalu penyikapan yang baik yang seperti apa yang harus dilakukan oleh seorang akhwat yang sedang jatuh cinta?" Sang teman menjawabnya lagi, "Kalau memang kamu sedang jatuh cinta, maka pendamlah cinta itu dalam-dalam di lubuk hatimu. Kalau memang jodoh, pasti ga akan kemana". Lantas si akhwat kurang puas dengan jawaban temannya itu dan berpendapat begini: "Ok. Katamu penyikapan yang baik bagi seorang akhwat yang tengah jatuh cinta adalah memendamnya dalam hati. Bukankah memendam cinta itu sama artinya dengan menaruh bayang-bayang seseorang selain Allah di hati kita? dan bukankah itu dosa?". Sang teman berpikir sejenak lalu menyahut, "Ya berarti si akhwat itu harus membuang jauh-jauh sosok si ikhwan itu dari hatinya. Karena khawatir hatinya itu akan terkotori oleh cinta kepada selain Allah". "Kalau akhwat itu harus membuang sosok ikhwan yang dia cintai, itu artinya seorang akhwat ga boleh jatuh cinta?" Sang teman hanya diam seribu bahasa tanpa bisa berkata apa-apa lagi. Dia pun juga tengah berpikir, "Apa iya akhwat tidak boleh jatuh cinta?"
Pertanyaan tersebut sudah sejak lama bersemayam dalam diri saya. Namun beberapa hari ini, saya telah menemukan jawabannya. Namun sebelum kita mengetahui jawaban itu, ada baiknya kita mengulas sedikit tentang jatuh cinta itu sendiri. jatuh cinta antara ikhwan dan akhwat kerap terjadi karena interaksi mereka yang cukup sering. Dimana ada ikhwan, disitu pasti ada akhwat. Sebab tidak mungkin di suatu acara, ikhwan yang memandu acara, ikhwan pula yang menyiapkan makan siangnya. Dan tidak mungkin pula akhwat yang menyiapkan konsumsinya, akhwat pula yang memasang tenda dan spanduk disana-sini. Kalaupun ada, mungkin acara itu hanya untuk kalangan ikhwan saja atau akhwat saja.
Yang awalnya tujuan berda'wah adalah untuk Allah, perlahan-lahan tujuan itu mulai bergeser. Datang ke acara Rohis yang awalnya ingin membantu ikhwah-ikhwah yang lainnya dan ingin berkontribusi disana, kini tujuannya ditambah, jadi sekalian ketemu dengan "si dia" yang kini bersemayam dihati. Yang awalnya masuk Lembaga Da'wah Kampus karena ingin menjadikan LDK sebagai wasilah da'wah kini tujuannya ditambah karena "si dia" juga masuk LDK. Dan mungkin masih banyak lagi tujuan-tujuan lain yang awalnya karena Allah, kini jadi ada penambahan karena "si dia".
Nah, jatuh cinta itu beragam penyebabnya. Ada yang jatuh cinta karena zahirnya, hartanya, keshalihannya, kebaikannya, atau mungkin karena suaranya yang ketika membaca Al Qur'an amat sangat merdu. Padahal mengenal orangnya secara dekat saja juga belum, hanya namanya saja. Hal-hal seperti itu yang tanpa kita sadari bisa membangun harapan dalam diri kita untuk bisa menjadikan "si dia" partner kita, baik dalam da'wah maupun dalam kehidupan. Alasannya sih mudah saja, "Karena 'dia' itu seorang aktivis da'wah, dia juga shalih, baik hati, jaga pandangan, baca qur'annya juga bagus. Jadi bisa dikatakan kalau aku itu jatuh cinta padanya karena Allah". Nah lho! Kalau sudah bawa-bawa nama Allah, bisa berabe nih urusannya. Asal tahu saja ya, jatuh cinta karena Allah itu bukan hanya karena "si dia" itu aktivis da'wah, dia shalih, dia baik, dan seratus dia-dia lainnya yang menimbulkan statement kalau kita jatuh cinta padanya karena Allah. Jatuh cinta karena Allah itu adalah jatuh cinta yang bisa membuat diri kita itu menjadi lebih baik dan lebih mencintai Allah. Kalau hanya karena keshalihannya semata tapi dia tidak bisa membuat diri kita menjadi shalih, maka bukan jatuh cinta karena Allah, tapi jatuh cinta (hanya) karena dia shalih (titik).
Nah sekarang, terkait pertanyaan diatas tadi, "boleh ga sih jatuh cinta?". Jawabannya, "Sekarang jatuh cintanya itu karena siapa dan karena apa?" (nah lho, bingung kan. Dikasih pertanyaan malah balik nanya). Seorang akhwat pernah menjawab, "Ya karena saya mencintai ikhwan itu. Ga ada alasan lain. Jatuh cinta ya jatuh cinta". Masya Allah!! Cinta seperti itu yang dinamakan cinta buta. Cinta yang tidak tahu asal usulnya darimana dan kemana tujuannya. jadi, kalau kita merasa tengah jatuh cinta pada seseorang, kita harus tanyakan dulu pada hati kita, "kenapa saya mencintai dia? Karena siapa dan karena apa?". Kalau jawabannya adalah karena Allah, patut kita pertanyakan lagi, "Apakah benar cinta itu karena Allah? Apa hanya karena dia itu seorang yang shalih dan alim, lantas kita menamai cinta kita itu karena Allah?". "Apa karena dia itu seorang ikhwan, atau akhwat berjilbab lebar?". Patutlah kita bertanya pada diri kita masing-masing. Kalau jawaban yang timbul dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah karena "keduniawian", maka jawabannya adalah "TIDAK BOLEH JATUH CINTA". Karena apa? Seseorang yang tengah jatuh cinta pasti akan melakukan hal-hal yang tidak dilakukan oleh mereka yang tidak sedang jatuh cinta. Meskipun para aktivis da'wah tahu betul bagaimana menjaga sikap dan pergaulan, tapi dari jatuh cinta dan memendam "si dia" dalam hati, itu akan membuat hati jadi terkotori dan ternodai. Seperti mencuri-curi pandang, membayangkan "si dia" kalau seandainya bisa menikah dengannya, mengkhayalkannya, membuat pusi-puisi indah untuknya yang tak ada satu orangpun yang tahu karena disimpan didalam buku harian, dan masih banyak lagi hal-hal yang sebenanrnya kecil dan sepele, tapi karena kita tanam rasa itu, lalu kita siram dan kita beri pupuk, maka semakin lama rasa itu terus tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya akan membuat zina di hati kita. Dan tanpa disadari, kita menjadikan Allah yang kedua di hati kita. (Na'udzubillah).
Kalau sudah seperti itu keadaannya, maka pantaskah kita jatuh cinta? Masih bolehkah kita jatuh hati pada seseorang? Jawabannya adalah, Hanya diri kita yang bisa menjawab pertanyaan itu. Tapi sekali lagi, mengutip perbincangan dua orang sahabat yang memperincangkan soal jatuh cinta tadi, maka bisa ditarik kesimpulannya. Jawabannya ada dua, penyikapan yang baik yang harus dilakukan oleh seorang akhwat yang tengah jatuh cinta adalah Pertama: mengatakan pada si ikhwan, kalau dia mau menjadi istrinya, atau yang Kedua: Melupakan si ikhwan tanpa memendamnya dalam hati karena khawatir takut mengotori hati. Tinggal dipilih yang mana. Dan jawaban atas pertanyaan, "Boleh ga sih jatuh cinta?" Jawabannya adalah, Boleh (ketika sudah menikah).
Wallahu 'Alam.
Nurlaila Zahra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar