22 Mei 2011

Surat Kecil Ke Barzah Part. 2

(gambar disamping: Abang Azmi dan Dede Rizky)

"Assalamu'alaykum.
Tante, apa kabar? seneng rasanya aku bisa nulis surat lagi buat tante. Tepat dihari ke 60, atau tepatnya sudah dua bulan lamanya tante pergi meninggalkan dunia ini, khususnya kami sebagai keluargamu. Jujur tan, sampai detik ini, baik aku, anak-anakmu, maupun keluarga yang lain masih benar-benar merasa terpukul atas kepergian tante menghadap Ilahi. Aku begitu merindukanmu tan, sangat rindu. Tak jarang aku menitikkan butir-butir air mata kala kuingat kenangan-kenangan bersamamu. Canda tawamu yang selalu ceria kurasakan, memberikan bekas luka tersendiri dihatiku, bahwa tak mudah untuk dapat melupakan semua kenangan kami bersamamu. Dan mungkin kenangan bersamamu tak akan pernah kami lupakan.


"Tan, beberapa hari lalu, lala menyuruh adik-adik untuk membuat surat buat tante. Ya, hanya sekedar membantu mereka biar mereka bisa menumpahkan segala rasa yang mereka rasakan atas kepergian tante. Lala harap tante membacanya dari atas sana. Ini dia surat mereka tan....

Intan

“Halo mamah, mamah lagi ngapain? Aku kangen nih sama mamah. Aku sedih nih, aku juga belum pernah diimpiin...”









Tiara Bila Atiti

“Surat Untuk Bunda”

“Bunda sedang apa sekarang? Aku sangat kangen. Mudah-mudahan kau berada di sisi-Nya dan amal baik mamah diterima Allah. Aku hanya ingin bilang ke mamah, aku sangat sayang padamu karna kau orang tua yang sangat berjasa. Ya Allah, kenapa Engkau ambil bundaku? Hanya ia yang aku punya. Walaupun ada ayah, tetapi sayangku pada mamah lebih besar dari apapun. Walaupun orang bilang sayangku hanya dimulut. Mungkin memang benar, tetapi aku sangat sayang samamu mamah. I love you mom. I miss you mom. Aku cinta dan sayang padamu...”


Ulfa Alawiyah

“Surat Untuk Mamah Tersayang”

“Mah, apa kabar? Semoga mamah dapat tempat yang indah karena semua pengorbanan mamah buat kita. Amiin :) Mamah kangen gak sih sama kita? Kita kangen banget loh mah. Bapak sekarang dagang setiap hari, upah tau sebenernya bapak juga gak kuat mah keliatannya, tapi demi kita, dia jadi ngerasain gimana ngurusin kita, ngerasain pengorbanan mamah buat kita juga. Mah, maaf ya atas segala kesalahan upah ke mamah. Upah gak banyak buat mamah tersenyum, tapi upah malah banyak buat mamah marah-marah bahkan nangis karena upah. Saat ini yang upah rasain cuma rasa sesal karna kesalahan-kesalahan upah. Maaf juga ya mah, waktu jenazah mamah sampe rumah, upah gak nemuin mamah, tapi upah yakin kalo mamah tau gimana rasa sakitnya upah ditinggal mamah. Maaf kalo sewaktu mamah sakit, upah gak bisa selalu ada di samping mamah. Upah gak bisa bantu apa-apa kecuali doa upah supaya mamah bisa sembuh. Tapi Allah berkehendak lain, ternyata Allah lebih sayang sama mamah. Oh iya mah, mamah tau kan sepulang sekolah upah selalu curhat sama mamah? Sejakan mamah gak ada, upah pulang sore terus, soalnya upah bingung mah kalo langsung pulang upah mau curhat sama siapa. Disini juga upah ngerasa kehilangan mamah banget. Mangkanya upah suka main dulu buat ngilangin rasa sakit upah....”

"Tante dah baca kan? Jujur saat mengetik tulisan mereka, ada rasa sesak yang tertahan di hati ini, karna lala pun bisa ngerasain apa yang mereka rasain tan. Bagi lala, kehilangan tante udah seperti kehilangan ibu sendiri, karna tante dah lala anggap seperti ibu lala sendiri, selain mama. Meski mungkin rasa yang lala rasain gak akan sama dengan rasa yang dirasakan anak-anak tante. Tapi lala harap tante tau, kalau lala amat sangat menyayangi tante dan merindukan kehadiran tante lagi ditengah-tengah kami. Meski hal itu udah gak mungkin lagi terjadi.

"Tan, jangan khawatir yah, anak-anak tante semua disini sehat-sehat selalu. Paling Rizky tan yang suhu tubuhnya sering turun naik, ya wajarlah tan, namanya juga masih usia segitu. Kata temen lala yang namanya Mbak Diana, kalo anak umur segitu emang sering panas, asal kitanya aja yang jangan panik menghadapi hal itu. Saat ini Azmi juga tengah kena cacar tan. Kasian. Tapi udah dibawa ke puskesmas sih sama nenek. mudah-mudahan cepet sembuh.

"Tan, tadi siang Rizky baru dibeliin sepeda baru sama A Iing. Dia seneeeng banget tan, demikian juga dengan lala dan anggota keluarga yang lain. Tapi tetep aja, tanpa adanya dirimu disisi kami, semua kebahagiaan itu akan terasa lain kami rasakan. Tapi mudah-mudahan aja tante juga ikut seneng ya atas hal ini.

"Udah dulu ya tan, dah malem. Besok masih harus KKN (kuliah, kerja, n ngajar, hehehe). Baik-baik disana ya tan, sering-seringlah datang dalam mimpiku dan mimpi anak-anakmu. Kan selalu kudoakan kau supaya selalu dapat tempat yang terindah disisi-Nya bersama dengan kakek dan dede jaenab. Miss u all...... :)"

"Oooh bunda, ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku....."

11 Mei 2011

Bahaya Sifat Konsumtif Pada Anak

Memanjakan anak adalah impian setiap orang tua. Memberikan kasih sayang dan cinta kasih memang menjadi sebuah kewajiban bagi setiap orang tua kepada anaknya. Tapi kebanyakan orang tua saat ini, mereka lebih memilih memanjakan anak-anak mereka dengan membiasakan mereka hidup dengan apa yang mereka inginkan. Para orang tua berprinsip, “asal anak senang, orang tua akan tenang.”. Prinsip itu memang tidak salah, namun juga tidak selamanya benar.


Orang tua yang baik seharusnya bisa menempatkan dirinya sebagai orang tua yang bijak dalam memilih mana yang terbaik untuk anak-anak mereka demi kebaikan mereka di masa mendatang. Memberikan apa yang anak-anak inginkan memang akan membuat mereka senang dan ceria, yang artinya itu akan membuat mereka tidak rewel karena apa yang mereka inginkan selalu dipenuhi oleh orang tua mereka. Namun pernahkah kita sebagai orang tua, memikirkan dampak apa yang akan terjadi di kemudian hari jika hal tersebut menjadi habbitual yang tak bisa kita pisahkan dari kehidupan anak-anak kita?

Ya, dampaknya bisa saja sangat fatal, karena hal itu akan menanamkan sifat konsumtif pada anak yang sulit dihilangkan sampai mereka besar nanti. Katakan saja kita sebagai orang tua, seringkali mengajak anak-anak kita pergi jalan-jalan ke mall atau ke tempat-tempat makan lainnya yang mungkin hal itu bisa membuat anak-anak menjadi senang dan merasa bahwa orang tua mereka sangat menyayangi mereka. Sekali atau dua kali saja mungkin masih bisa dikendalikan oleh orang tua dan masih bisa dipahami, namun jika hal tersebut sudah menjadi sebuah kebiasaan, maka ketika orang tua tidak mengajak anak-anak mereka pergi jalan-jalan untuk beberapa saat saja, maka si anak pasti akan menagih kapan mereka akan jalan-jalan lagi. Jika kondisi keuangan keluarga masih memungkinkan untuk menuruti apa yang diminta anak-anak mereka, mungkin hal tersebut masih bisa dilakukan, namun jika sebaliknya? Maka yang terjadi adalah sikap anak yang akan menjadi uring-uringan, ngambek, dan sebagainya, yang pada akhirnya akan membuat orang tua bingung sendiri menghadapi sikap anak mereka itu.

Namun sangat ditekankan sekali, kondisi keuangan yang masih terbilang cukup juga sebenarnya jangan dijadikan alasan para orang tua untuk tetap terus memanjakan anak-anak mereka dengan kesenangan-kesenangan semu yang tidak terlalu bermanfaat untuk anak-anak mereka. Prinsip “asal anak senang, orang tua akan tenang” sebenarnya lebih tepat ditempatkan jika kebiasaan anak lebih mengarah ke arah yang lebih bermanfaat untuk diri dan masa depan mereka. Katakan saja, orang tua terbiasa mengajak anak-anak mereka pergi ke toko buku ketimbang ke mall-mall atau tempat-tempat yang hanya memberikan mereka kesenangan tanpa adanya pembelajaran yang bisa mereka dapat.

Memiliki prinsip “merubah kebutuhan menjadi hal yang anak-anak inginkan” tampaknya bisa menambahkan prinsip yang pertama. Sebab jika anak sudah menginginkan apa-apa yang mereka butuhkan, otomatis mereka akan senang sekaligus bisa membuat orang tua akan lebih tenang. Dan untuk mengaplikasikan prinsip tersebut, maka para orang tua juga harus merubah paradigma mendidik anak dari yang selalu memberikan apa yang mereka inginkan menjadi membiasakan mereka dengan apa yang mereka butuhkan.

Contoh mudahnya saja, orang tua tidak melulu harus mengajak anak-anak mereka pergi jalan-jalan ke mall atau restoran-restoran yang harga makanannya bisa cukup untuk membeli keperluan sekolah mereka, hanya demi melihat senyum anak merekah setiap saat. Sesekali, mungkin bisa saja ditolerir, namun jika setiap pekan harus pergi ke tempat-tempat wisata atau semacamnya, tampaknya harus ada yang diperbaiki dari cara mendidik para orang tua yang semacam itu.

Memberikan apa yang anak-anak butuhkan tampaknya akan lebih bijak ketimbang selalu memberikan apa yang mereka inginkan. Karena apa yang mereka inginkan belum selalu menjadi apa yang mereka butuhkan. Selain hal itu bisa membuat anak tidak menjadi konsumtif, anak-anak juga akan lebih terbiasa mengutamakan kebutuhan mereka ketimbang keinginan mereka. Pastinya semua itu harus dibiasakan sejak kecil.

Faktor yang sangat utama dan lebih penting, sebaiknya para orang tua juga harus membiasakan diri mereka untuk tidak memiliki sifat konsumtif sejak dini. Hal itu pastinya akan berdampak pada tumbuh kembang anak nantinya. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola didik yang konsumtif, biasanya akan tumbuh sebagai anak yang pemaksa, pemarah, cuek, dan kurang dalam pendidikannya.

Dikatakan pemaksa, biasanya anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang konsumtif akan terus memaksa orang tua mereka agar mau membelikan apa yang mereka inginkan yang ujung-ujungnya mereka akan menjadi anak yang pemarah jika hal itu tidak segera atau bahkan tidak sama sekali dituruti oleh orang tua mereka. Mereka juga cenderung akan menjadi anak yang cuek dan kurang dalam pendidikannya. Bisa dibayangkan, bahwa anak yang seperti ini pasti hanya akan memikirkan segala hal yang mereka inginkan saja tanpa pernah mau memikirkan kebutuhan mereka. Jika mereka sudah acuh terhadap kebutuhan mereka sendiri, otomatis dalam hal pendidikan pun mereka akan acuh.

Sebaliknya, anak-anak yang tumbuh dan berkembang dalam asuhan orang tua yang memberikan kasih sayang akhlak dan moral serta tidak konsumtif, maka akan tumbuh sebagai anak yang penyabar, penurut, penyayang, disiplin, dan lebih maju di bidang akademik mereka.

Jika mereka tidak dibiasakan untuk bersifat konsumtif, maka ketika mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan untuk suatu alasan yang jelas, maka mereka akan lebih sabar dan bisa lebih menuruti apa kata orang tua mereka. Mereka juga akan menjadi insan yang penyayang karena orang tua biasanya mengajarkan bahwa setiap orang itu pasti memiliki kebutuhan, namun tidak semua orang itu bisa memenuhi setiap kebutuhannya, karena itu mereka harus bersyukur dan rasa syukur itu pasti akan menumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesama. Mereka juga akan lebih disiplin dalam mempersiapkan segala apa yang mereka butuhkan, yang pada akhirnya akan berdampak pada prestasi mereka di bidang akhlak, moral, dan akademik.


sblum tidur, sembari nonton Pesantren Rock 'N Roll :D