Akhir-akhir ini, atau lebih tepatnya beberapa hari ini, saya lebih sering memikirkan tentang proses serta hubungannya dengan pengalaman. Menurut saya, proses merupakan langkah atau cara kita untuk mencapai sebuah tujuan. Belakangan ini, ada beberapa hal yang membuat saya kembali memahami tentang istilah proses ini. Seperti halnya aktivitas yang setiap hari saya lakukan selepas kepergian Tante. Kesibukan saya kini bukan hanya bekerja dan kuliah saja, tapi juga mengurus Rizky dan segudang embel-embel kegiatan yang menyertainya. Di mata orang lain, mungkin mereka punya anggapan sendiri dengan segala aktivitas rutin yang harus saya lakukan. Tapi bagi saya, ini adalah sebuah proses. Proses dalam hal apa? Ya proses dalam menjalani kehidupan demi mencapai sebuah kebaikan hidup. Meskipun tidak semua proses yang ada dapat berjalan dengan baik, namun yang harus dilakukan adalah menikmati proses itu, maka dengan sendirinya kita akan menemukan sebuah pengalaman yang sangat berharga.
Tempo hari sempat blogwalking ke blognya Mbak Reni dan menemukan postingan ini. Di akhir tulisannya Mbak Reni mengungapkan kalau saja beliau yang berada di posisi si tokoh yang beliau ceritakan, mungkin beliau akan merasa ragu menjawab “Ya” ketika ditanya sanggupkah menerima kenyataan tersebut. Tapi saya sempat berkomentar bahwa Allah itu lebih tahu kemampuan hamba-Nya. Dan kenapa Allah memberikan ujian yang berbeda-beda kepada setiap hamba-Nya, karena Ia tahu bahwa kapasitas kemampuan kita pun berbeda-beda. Dan mengapa Allah tidak memberikan ujian itu pada Mbak Reni, karena Allah tahu "mungkin" Mbak Reni tidak akan sanggup menerima ujian itu. Dan mengapa Sari dan suaminya bisa mencintai anaknya tanpa syarat? Karena mereka hanya memiliki dua pilihan. Mengeluhkan keadaan atau ikhlas menerima kenyataan. Dan pada akhirnya Sari memilih untuk ikhlas, makanya Sari terlihat mampu menghadapi ujian yang diberikan Allah padanya. Dan patut diingat, bahwa memilih untuk ikhlas itu bukanlah hal yang mudah untuk diputuskan dan dilaksanakan, Keikhlasan itu harus terus dijaga agar tidak berubah di kemudian hari. Dan hal itu merupakan bagian dari proses menuju kebaikan hidup di hadapan Sang Khaliq.
Kembali ke masalah proses dan pengalaman tadi, jujur, dua hal yang paling saya senangi adalah menikmati proses dan mencari pengalaman. Mengapa demikian? Karena dengan kedua hal itu bisa membuat kita lebih dewasa dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Satu quote yang saya simpulkan dalam hal ini adalah,
Analoginya begini, kita selalu merasa tidak akan pernah bisa merasa sanggup atas sebuah ujian yang diberikan Allah pada orang lain. Padahal, yang mengetahui sanggup atau tidaknya kita atas ujian itu hanyalah Allah semata. Kalaupun kita merasa tidak sanggup, tapi jika Allah memilih kita untuk menerima ujian itu, maka itu artinya Allah lebih tahu kalau kita sanggup. Dan jika kita sudah dihadapkan dengan kenyataan tersebut, mau tidak mau kita "dipaksa" untuk merasa sanggup menerima ujian hidup tersebut. Disinilah proses itu mulai memainkan perannya. Maksudnya?
“Kita tidak akan pernah merasa mampu jika kita tidak dihadapkan dengan sebuah ujian hidup”
Analoginya begini, kita selalu merasa tidak akan pernah bisa merasa sanggup atas sebuah ujian yang diberikan Allah pada orang lain. Padahal, yang mengetahui sanggup atau tidaknya kita atas ujian itu hanyalah Allah semata. Kalaupun kita merasa tidak sanggup, tapi jika Allah memilih kita untuk menerima ujian itu, maka itu artinya Allah lebih tahu kalau kita sanggup. Dan jika kita sudah dihadapkan dengan kenyataan tersebut, mau tidak mau kita "dipaksa" untuk merasa sanggup menerima ujian hidup tersebut. Disinilah proses itu mulai memainkan perannya. Maksudnya?
Ketika kita mendapat ujian dari Allah, hanya ada dua jalan yang harus kita pilih. Yang tadi sudah saya katakana: mengeluhkan keadaan atau ikhlas menerima kenyataan. Jika kita mengeluhkan keadaan, maka yang ada hanya perasaan tidak sanggup yang terus menghantui kita, yang pada akhirnya akan membuat kita menyalahkan takdir yang ditetapkan Allah. Tapi jika kita lebih memilih untuk ikhlas menerima kenyataan, maka yang ada dalam benak kita hanyalah pikiran positif bahwa Allah pasti akan memberikan derajat yang lebih tinggi bagi hamba-Nya yang mau ikhlas dan berusaha menghadapi kenyataan yang ada. Dan lagi-lagi, keikhlasan ini jelas membutuhkan sebuah proses yang tidak sederhana. Namun jika kita mau menikmati prosesnya, maka semuanya akan terasa mudah. Karena apa? Karena Allah akan selalu ada untuk hamba-Nya yang mempercayai janji-Nya. Dan dengan menikmati proses ini, maka kita akan diajarkan untuk memilih hal-hal yang terbaik dalam kehidupan kita. Menikmati proses pun akan membuat kita memperoleh pengalaman yang sangat berharga. Yaitu pengalaman menjadi sosok yang lebih dewasa dan bijaksana dalam memandang setiap masalah dan ujian yang Allah berikan.