Hampir
semua dari kita mengaku muslim, mengaku-ngaku menjalankan perintahNya dan
menjauhi laranganNya, namun nyatanya hanya sholat dan puasa wajib saja yang kita
lakukan, itu pun kalau ingat. "Yang penting agama saya Islam, dan saya
seorang muslim..." demikian hati kita bergumam.
Memang
ada sebuah hadits yang mengatakan demikian, Dari Abu Dzar, dia telah berkata bahwa sesungguhnya Nabi saw telah
bersabda, "Telah datang kepadaku malaikat Jibril dan memberi kabar gembira
kepadaku, bahwa barangsiapa yang meninggal di antara umatmu dalam keadaan tanpa
mempersekutukan Allah, maka pasti akan masuk surga, walaupun dia berbuat zina
dan mencuri." Nabi saw mengulangi sampai dua kali.
Hadits
tersebut memang menyampaikan bahwa setiap muslim pasti akan merasakan surga
nantinya. Tapi bukan berarti hanya dengan berstatus muslim, lantas Allah
membiarkan segala dosa yang telah kita perbuat selama ini di dunia, tanpa
adanya perhitungan di akhirat kelak. Status ‘muslim’ itu hanyalah sebuah kunci bahwa
pada akhirnya setiap hamba yang muslim pasti akan masuk surga, namun akan tetap
mengalami perhitungan dosa di akhirat sebelum pada akhirnya kita bisa mencicipi
manisnya surga.
Padahal
‘menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya' banyak sekali maknanya.
BANYAK! bukan hanya sekedar berstatus muslim dan mengaku beriman, lantas seolah
wajar bila seorang muslimah tidak memakai hijab, jangan mentang-mentang sudah
merasa muslim sejak kecil, lantas seolah wajar bila
seorang muslim membuang sampah sembarangan, jangan mentang-mentang sudah
merasa beriman, lantas seorang muslimah wajar
memakai rok mini membentuk tubuh, lantas wajar seorang muslim merokok, lantas
wajar seorang muslim tidak membaca Al Qur'an, lantas wajar bila seorang muslim
tidak tergugah hatinya saat mendengar azan berkumandang, atau saat melihat
saudara seimannya tengah kesusahan. Lantas....
Ah
... terlalu banyak hal yang pada akhirnya kita wajar dan lumrahkan hanya karena
berdalih, "Yang penting saya kan Islam, saya sholat, puasa, zakat, saya
tidak berzina, tidak mencuri, dan bla bla bla...." Banyak hal yang menjadi
toleransi untuk diri kita sendiri, sampai pada akhirnya larangan dariNya
menjadi tak berarti apa-apa di hadapan kita.
Padahal...
-
Sholat haruslah diutamakan. Tak boleh diundur-undurkan, apalagi
ditinggalkan.
- Puasa wajib pun juga harus disertai dengan ibadah-ibadah lainnya
agar puasanya bernilai lebih di mata Allah.
- Tidak berzina? Lalu apa artinya pegang-pegangan tangan,
berpelukan, cium kening, dan lain sebagainya dengan yang bukan mahrom? Yang
disebut zina bukan hanya melakukan hubungan suami istri dengan yang bukan
mahrom, tapi hal-hal yang disebutkan di atas juga termasuk ZINA!!
- Tidak mencuri secara harfiah, mungkin iya. Tapi apakah kita
sudah bersikap jujur dengan sebenar-benarnya? Mungkin banyak dari kita yang
tanpa sadar mengambil hak orang lain, meskipun hanya sebesar biji zarah. Hal itu
tetap saja dikatakan mencuri, meski jumlahnya sedikit namun sayangnya kita
tidak menyadari hal itu.
- Al Qur’an di rumah sebaiknya tidak hanya dijadikan hiasan bufet
belaka, namun harus dibaca dan dipahami artinya.
- Menutup aurat bukan hanya sekedar berpakaian, namun tetap ada
adabnya. Bagi wanita adalah menutup seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak
tangan dengan pakaian yang longgar. Sesuai dengan QS. An Nur: 31, “Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kerudung ke dadanya.” Sementara untuk laki-laki adalah menutup aurat dari
pusat ke lutut, longgar dan tidak tipis, serta tidak menyerupai perempuan.
Dan masih banyak lagi hal-hal yang kita
sepelekan hanya karena kita merasa aman dengan status muslim yang kita miliki.
Sebab perintahNya bukan hanya sekedar Rukun Islam belaka, tapi lebih dari
itu...