11 September 2012

MasterChef Oh...... MasterChef


gambar dipinjam dari blognya Dian MasterChef 2 (ternyata Dianita itu blogger jg loh :D)


Temans, ngacung ya bagi yang suka menyaksikan acara MasterChef Indonesia 2. Karena itu artinya sama dengan saya. asal kalian tahu saja ya, saya adalah salah satu dari ribuan mereka yang favorit sekali menyaksikan acara ini. Selain karena memang suka dengan kuliner, acara kompetisi masak memasak ini memang lebih “nampol” ketimbang kompetisi-kompetisi pada umumnya.
Akhir-akhir ini, acara kompetisi memasak yang digawangi oleh Chef Degan, Chef Marinka, dan Chef Juna ini makin mendekati klimaksnya.


gambar dipinjam dari sini


Seperti yang beberapa pekan kemarin kita saksikan bahwa Chef Master Juna sampai menangis menyaksikan Baguzt harus tereliminasi lantaran hanya dapat menebak 8 bahan masakan dari 20 bahan yang ada. Mungkin Chef Juna agak merasa kecewa pada Baguzt sehingga ia sampai menangis. Saya pun sempat terkejut dibuatnya. Dan hal-hal seperti inilah yang membuat saya selalu menanti acara kompetisi memasak ini setiap weekend.


Dan tak kalah terkejutnya saat saya menyaksikan acara MasterChef Indonesia 2 pada episode tanggal 01 September 2012, di mana kesembilan kontestan harus membuat duplikasi makanan yang namanya agak sulit dihafal, tapi seingat saya “Nasi Goreng Jambal, Udang Pedas, dan Sup Tahu Sawi Putih” (kalau tidak salah ya....), di mana dari challenge ini, Benk lah yang menang dan mendapat hadiah.

Eits, tapi bukan itu saja. Selain ada yang terbaik, pasti ada juga yang terburuk. Dan kali ini Nurul lah yang harus menjadi bottom one. Hmm.....its okelah, sebab selama beberapa pekan terakhir ini memang agak merasa ‘gimana gitu’ dengan Nurul.

Ok. Kita lupakan sejenak soal keterburukan Nurul. Setelah kesembilan kontestan lelah memasak, mereka diperkenankan oleh ketiga juri untuk dinner together with Chef Degan, Chef Marinka, dan Chef Juna. Senanglah pasti mereka.

Setelah berdandan yang spektakuler – karena malam itu adalah malam istimewa bagi ke sembilan kontestan – mereka dinner di Restoran Hotel Bidakara. Singkat cerita, para pelayan menyuguhkan beberapa menu pada ketiga juri dan kesembilan kontestan, tanpa kontestan tahu siapa chef di balik masakan-masakan nikmat itu. kebanyakan dari para kontestan menyatakan masakan yang mereka nikmati malam itu sangat enak.

Setelah mereka melahap habis menu-menu tersebut, sampailah saat di mana para kontestan hendak bertemu ‘chef’ hebat yang bisa menciptakan masakan seenak yang mereka katakan saat memakannya. Dan ternyataaaaaaa..........chef-chef yang berada di balik makanan-makanan lezat itu adalahhhhh........lima kontestan yang sudah tereliminasi sebelumnya: Opick, Baguzt, Dian, Esach, dan Agus.

Terkejut?? Pasti. Sebab saya sendiri tidak menyangka bahwa mereka akan kembali lagi sebagai Black Team dan sudah siap menjadi shadow bagi kesembilan kontestan yang masih bertahan. Tapi...........

Ada tapinya, temans. Yang pada akhirnya saya tidak habis pikir, ternyata kompetisi ini adalah benar-benar kompetisi. Di mana antara kubu yang satu dengan kubu lainnya merupakan lawan yang memang benar-benar harus dilawan. Dan lebih parahnya lagi, bagaimana bisa kesembilan kontestan yang tadi jelas-jelas memuji masakan “Chef” misterius itu, tiba-tiba mengatakan kalau makanan yang mereka makan tadi, TIDAK ENAK!!! Bahkan ada yang mengatakan kalau ia hendak memuntahkan kembali makanan yang telah ia makan “Hanya Karena” ia tahu kalau yang memasak adalah ‘mereka’ yang sudah tereliminasi. What do you think?????

Hellllooooowww!!!! Ke mana saja tadiiiii???? Kenapa baru bilang tidak enak setelah tahu kalau yang memasak makanan tadi adalah lima orang kontestan yang sudah tereliminasi – yang mungkin saja – mereka keluar ‘bukan hanya’ karena tidak lebih baik dari yang lain, tapi juga faktor kekurang beruntungan saja.

Agak kecewa juga ya setelah mendengar statement beberapa kontestan yang ‘merasa’ dirinya lebih baik dari Black Team. Tapi saya mulai berpikir, ternyata kemampuan manusia yang satu TIDAK BENAR-BENAR bisa menjadi tolak ukur atas kemampuan manusia yang lainnya. Sebab menilik dari episode-episode sebelumnya, kemampuan semua kontestan itu selalu berubah-ubah. Pekan ini bisa saja menjadi yang terbaik, tapi pekan selanjutnya? Belum tentu. Challenge yang ini menang, tapi challenge yang lainnya?? Bisa saja membuat ia jadi masuk pressure test.

Oh Tuhan, masih layakkah manusia yang satu menyombongkan dirinya atas manusia yang lainnya hanya karena dirinya merasa jauh lebih baik dari yang lain?? Optimis boleh-boleh saja bagi setiap orang, tapi tampaknya akan lebih bijaksana jika optimisnya tanpa harus menjatuhkan ‘lawan’ yang ada di hadapannya. Istilahnya,


Atau istilah lainnya lagi, OmDo, Omong Doang. Di mana setiap perkataan yang terlontar, yang belum ketahuan benar atau tidaknya tapi sudah digembar-gemborkan, malah justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri jika apa yang dikatakan sangat jauh dari kenyataan.


Artinya, berjuanglah semaksimal mungkin karena kita memang benar-benar mengandalkan kemampuan kita, bukan karena kekurangan yang orang lain miliki sehingga kita merasa lebih baik atas kekurangan orang lain. Bukankah tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini? Bukankah setiap manusia itu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing? Bukankah yang ada hanyalah manusia yang berusaha menjadi sempurna dengan melengkapi kekurangan orang lain dengan kelebihannya?

Think of yourself, Guys :))

7 komentar:

Lidya Fitrian mengatakan...

Aku suka nonton master chef juga

Unknown mengatakan...

setuju. jgn mau jadi pemenang karena kekurangan orang lain.

lang lang blog mengatakan...

"tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini? Bukankah setiap manusia itu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing? Bukankah yang ada hanyalah manusia yang berusaha menjadi sempurna dengan melengkapi kekurangan orang lain dengan kelebihannya", saya setuju ini kata-kata peringatan ya mbak

ESSIP mengatakan...

Kalau saya lebih suka menang satu menang semua.. Terkenal satu terkenal semua mbak.

Artineke A. Muhir mengatakan...

Aku suka nontonnya tapi tak begitu mengikuti :)

Damar mengatakan...

kalimat pada alinea terakhir sangat menarik, bagaimana kita menempatkan diri pada keshalihan sosial. Karena yang untama bukan berbangga mejadi terbaik karena kekurangan orang lain.
Dan sebaik-baik orang adalah mereka yang bisa memberikan kemanfaatan pada orang lain.

agen trica jus medan mengatakan...

nonton juga ..


visit us !