“Kamu
yakin, Mas, kita akan tinggal di gudang tua ini?” Tanya Sri sambil sesekali tangannya
menghalau sarang laba-laba yang mengenai wajahnya. Raut wajahnya sangat cemas. Mengingat
gudang ini sudah lama dibiarkan kosong, gelap, dan berbau. Membuat hatinya semakin
menciut kala ketakutan akan sesosok hantu menyergap pikirannya.
“Iya.
Tuan Rasyid dan Nyonya Mona sudah memperbolehkan kita untuk tidur di kamar
ini..”
“Gudang,
Mas, bukan kamar.” Sergah Sri tidak setuju dengan perkataan suaminya tadi.
“Iya..iya,
gudang. Tapi kan sebentar lagi gudang ini akan menjadi kamar kita. Kita akan
mulai kehidupan baru di sini. Kita harus ekstra kerja keras untuk mengubah
gudang ini menjadi kamar yang nyaman untuk kita tinggali.”
Sri
tak menggubris perkataan Abdul, suaminya. Matanya masih terus menjamah seluruh
isi ruangan. Tangannya tidak bisa berhenti menghalau sarang laba-laba di setiap
sudut yang ada. Hidungnya mencium aroma bau yang tak sedap. Ia tidak yakin
apakah keputusan suaminya untuk menerima pekerjaan dari Tuan Rasyid dan tinggal
di sini adalah suatu keputusan yang benar.
* * *
Rupanya
tinggal di sebuah kamar yang dulunya pernah dipakai sebagai gudang, bukanlah
sebuah perkara yang mudah. Paling tidak bagi Sri. Berkali-kali ia harus terus
menatap ke sekeliling saat hendak tidur, kalau-kalau ada tikus ataupun binatang
lain yang menghampirinya secara tiba-tiba. Apalagi semenjak Abdul diterima
bekerja sebagai supir di rumah ini, Tuan Rasyid sering sekali menyuruhnya pergi
ke kota untuk menjual sayur mayur hasil perkebunannya. Dan hal itu tak jarang
membuat Sri semakin takut.
Dan
di suatu malam, saat Sri sudah benar-benar lelah menyelesaikan semua pekerjaan
rumah, tiba-tiba saja ia tertidur pulas di kamarnya tanpa mengunci pintu kamar
terlebih dahulu. Kebetulan malam ini Abdul tidak pulang karena Tuan Rasyid
menyuruhnya untuk membeli sebuah barang yang letaknya sangat jauh dari
perkebunan. Ia terpaksa menginap di salah satu rumah kerabat Tuan Rasyid.
Pintu
kamar Sri tiba-tiba terbuka. Perlahan, hingga akhirnya sesosok tinggi tegap itu
mendapati Sri tengah tertidur pulas di kamarnya. Sosok itu tiba-tiba mengunci
pintu kamar Sri dari dalam dan melakukan hal yang tidak pernah Sri bayangkan.
* * *
“Abdul,
nanti tolong bawa beberapa sayuran ke kota ya? Sayurannya sudah disiapkan Mang
Samsul di tempat biasa." Ucap Tuan Rasyid kala Abdul tengah mencuci mobil
di halaman belakang.
“Baik,
Tuan.” Jawab Abdul sigap. Sri mengintip dari balik jendela dapur, lalu kemudian
menghilang saat tiba-tiba Abdul mengalihkan pandangan padanya.
Tak lama setelahnya Abdul pamit pada Sri. "Kamu baik-baik
di rumah, ya?" Ucapnya pada Sri.
Kali ini Sri tak menjawab. Ia hanya terdiam sambil membantu Abdul memakai jaketnya.
"Entah kenapa, akhir-akhir ini Tuan Rasyid sering sekali menyuruhku untuk
pergi ke kota..." Lanjut Abdul, berharap Sri mau menanggapi ucapannya. Namun
sayang, Sri tak menggubrisnya.
“Kamu kenapa, Sri?” Tanya abdul penuh
selidik. Matanya menerawang jauh ke dalam bola mata Sri. Hatinya tiba-tiba
dirasuki berjuta pertanyaan.
“Hati-hati di jalan, ya?” Ucap Sri
tiba-tiba sambil memberikan syal dan topi pada suaminya. Abdul hanya mengangguk
saat ia dapati tak ada senyum yang merekah di wajah Sri ketika ia melepas
suaminya pergi ke kota.
Sri hanya dapat menatap mobil yang
dikendarai suaminya dari kejauhan, yang semakin lama semakin menghilang. Dan seketika
saja hatinya kembali meronta saat dari belakang, sebuah tangan menyentuh
bahunya. Ia menoleh.
“Ayo, Sri!” Ajak sesosok laki-laki
bertubuh tinggi tegap itu dengan tatapan penuh kejahatan.
“Nyonya tidak ada di rumah karena sedang
arisan dengan teman-temannya.” Lanjut sosok itu dengan senyum liciknya. Sri tak
bisa berbuat apa-apa saat Tuan Rasyid mengajaknya ke kamar dan menutup
pintunya. Yang ia ingat hanya satu, perkataan Tuan Rasyid pada malam saat Abdul
tak pulang.
“Kalau kamu sampai berani bilang pada Abdul ataupun
Nyonya, saya tidak segan-segan membuat kamu tidak dapat bertemu lagi dengan
suamimu. Ingat itu!”
Dan dosa ini, adalah dosa yang ke
sekian kalinya mereka lakukan sejak enam bulan terakhir Sri dan Abdul menempati
gudang tua ini.
2 komentar:
seru ceritanya
ijin menyimak artikel nya
Posting Komentar