11 September 2013

Cermin : Gudang Nestapa

“Kamu yakin, Mas, kita akan tinggal di gudang tua ini?” Tanya Sri sambil sesekali tangannya menghalau sarang laba-laba yang mengenai wajahnya. Raut wajahnya sangat cemas. Mengingat gudang ini sudah lama dibiarkan kosong, gelap, dan berbau. Membuat hatinya semakin menciut kala ketakutan akan sesosok hantu menyergap pikirannya.

“Iya. Tuan Rasyid dan Nyonya Mona sudah memperbolehkan kita untuk tidur di kamar ini..”

“Gudang, Mas, bukan kamar.” Sergah Sri tidak setuju dengan perkataan suaminya tadi.

“Iya..iya, gudang. Tapi kan sebentar lagi gudang ini akan menjadi kamar kita. Kita akan mulai kehidupan baru di sini. Kita harus ekstra kerja keras untuk mengubah gudang ini menjadi kamar yang nyaman untuk kita tinggali.”


Sri tak menggubris perkataan Abdul, suaminya. Matanya masih terus menjamah seluruh isi ruangan. Tangannya tidak bisa berhenti menghalau sarang laba-laba di setiap sudut yang ada. Hidungnya mencium aroma bau yang tak sedap. Ia tidak yakin apakah keputusan suaminya untuk menerima pekerjaan dari Tuan Rasyid dan tinggal di sini adalah suatu keputusan yang benar.

* * *
Rupanya tinggal di sebuah kamar yang dulunya pernah dipakai sebagai gudang, bukanlah sebuah perkara yang mudah. Paling tidak bagi Sri. Berkali-kali ia harus terus menatap ke sekeliling saat hendak tidur, kalau-kalau ada tikus ataupun binatang lain yang menghampirinya secara tiba-tiba. Apalagi semenjak Abdul diterima bekerja sebagai supir di rumah ini, Tuan Rasyid sering sekali menyuruhnya pergi ke kota untuk menjual sayur mayur hasil perkebunannya. Dan hal itu tak jarang membuat Sri semakin takut.

Dan di suatu malam, saat Sri sudah benar-benar lelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah, tiba-tiba saja ia tertidur pulas di kamarnya tanpa mengunci pintu kamar terlebih dahulu. Kebetulan malam ini Abdul tidak pulang karena Tuan Rasyid menyuruhnya untuk membeli sebuah barang yang letaknya sangat jauh dari perkebunan. Ia terpaksa menginap di salah satu rumah kerabat Tuan Rasyid.


Pintu kamar Sri tiba-tiba terbuka. Perlahan, hingga akhirnya sesosok tinggi tegap itu mendapati Sri tengah tertidur pulas di kamarnya. Sosok itu tiba-tiba mengunci pintu kamar Sri dari dalam dan melakukan hal yang tidak pernah Sri bayangkan.

* * *
“Abdul, nanti tolong bawa beberapa sayuran ke kota ya? Sayurannya sudah disiapkan Mang Samsul di tempat biasa." Ucap Tuan Rasyid kala Abdul tengah mencuci mobil di halaman belakang.

“Baik, Tuan.” Jawab Abdul sigap. Sri mengintip dari balik jendela dapur, lalu kemudian menghilang saat tiba-tiba Abdul mengalihkan pandangan padanya.

Tak lama setelahnya Abdul pamit pada Sri. "Kamu baik-baik di rumah, ya?" Ucapnya pada Sri.

Kali ini Sri tak menjawab. Ia hanya terdiam sambil membantu Abdul memakai jaketnya.


"Entah kenapa, akhir-akhir ini Tuan Rasyid sering sekali menyuruhku untuk pergi ke kota..." Lanjut Abdul, berharap Sri mau menanggapi ucapannya. Namun sayang, Sri tak menggubrisnya.


“Kamu kenapa, Sri?” Tanya abdul penuh selidik. Matanya menerawang jauh ke dalam bola mata Sri. Hatinya tiba-tiba dirasuki berjuta pertanyaan.

“Hati-hati di jalan, ya?” Ucap Sri tiba-tiba sambil memberikan syal dan topi pada suaminya. Abdul hanya mengangguk saat ia dapati tak ada senyum yang merekah di wajah Sri ketika ia melepas suaminya pergi ke kota.

Sri hanya dapat menatap mobil yang dikendarai suaminya dari kejauhan, yang semakin lama semakin menghilang. Dan seketika saja hatinya kembali meronta saat dari belakang, sebuah tangan menyentuh bahunya. Ia menoleh.

“Ayo, Sri!” Ajak sesosok laki-laki bertubuh tinggi tegap itu dengan tatapan penuh kejahatan.

“Nyonya tidak ada di rumah karena sedang arisan dengan teman-temannya.” Lanjut sosok itu dengan senyum liciknya. Sri tak bisa berbuat apa-apa saat Tuan Rasyid mengajaknya ke kamar dan menutup pintunya. Yang ia ingat hanya satu, perkataan Tuan Rasyid pada malam saat Abdul tak pulang.

“Kalau kamu sampai berani bilang pada Abdul ataupun Nyonya, saya tidak segan-segan membuat kamu tidak dapat bertemu lagi dengan suamimu. Ingat itu!”

Dan dosa ini, adalah dosa yang ke sekian kalinya mereka lakukan sejak enam bulan terakhir Sri dan Abdul menempati gudang tua ini. 

2 komentar:

cara mengobati kelenjar tiroid mengatakan...

seru ceritanya

obat gondok mengatakan...

ijin menyimak artikel nya