“Belum cukup, Dik.” Seru Firman sambil
memasukkan tumpukan rupiah ke dalam tasnya. Matanya sayu seperti tak
punya harapan lagi. Sementara Aini hanya terdiam sambil
mengelus rambut si kecil yang sudah tertidur.
Hari ini mereka baru saja melangsungkan
pesta untuk merayakan khitanan Fajar. Semua tetangga, bahkan orang penting di
daerahnyapun diundang. Padahal banyak yang tidak tahu, bahwa untuk makan saja
mereka harus mengirit. Bahkan lampu yang menyala di rumahnya hanya yang ada di teras dan kamar. Tetangga
tidak boleh tahu kalau mereka kekurangan, dan hal itu dilakukannya demi
kehormatan keluarga besarnya.
Tak perlu orang tahu kalau Firman hanya bekerja
sebagai office boy, yang penting berangkat pagi menggunakan jas, dan pulang dengan masih
menggunakan jas rapi. Orang lain hanya tahu, keluarganya adalah orang yang
berada dan tinggal di rumah mewah, padahal rumah itu hanyalah peninggalan turun
temurun keluarganya. Hanya rumah itulah yang menjadi tabir untuk menutupi
keadaan mereka yang sebenarnya.
Mata Aini berembun.
Beberapa hari kemudian…
“Ada surat, Bang.” Ujar Aini sambil
menyodorkan sebuah amplop pada Firman.
“Darimana?” Aini hanya mengangkat bahu,
kemudian berlalu.
Firman penasaran. Pasalnya, sudah sejak
lama sejak perusahaan tempatnya bekerja mengirimkan surat panggilan untuknya,
tak pernah ada lagi surat yang mampir ke rumah mewahnya. Dan kini, ia begitu
dikejutkan oleh selembar kertas yang ada di hadapannya.
“Dik!! Lihat ini!!” Seru Fiman dengan
mata berkaca-kaca. Aini segera menghampiri, “Ada apa, Bang?”
“Lihat ini!!” Firman menyodorkan kertas
tadi padanya. Ia segera bersujud sambil menangis. “Kau benar-benar memenangkan
undian, Bang?” Tanya Aini hampir tidak percaya. Firman mengangguk. Ternyata sebelumnya ia pernah
mengirimkan sebuah undian. Ia sempat lupa bahkan sudah tidak berharap kelak
akan menang.
Firman mengangguk lagi. Tampaknya Tuhan
telah menjawab doanya. Sertifikat rumah yang sempat digadaikannya demi pesta khitanan Fajar, akhirnya bisa ia tebus kembali.
=================================================================================
- 297 kata -
=================================================================================
- 297 kata -
4 komentar:
pemilihan katanya cantik banget :D
Pas sekali...
salam motivasi
inspirasi mba
Berbagi Kata Kata Motivasi
Jangan Pernah Menghitung Kerugian Karena Akan Membuat Kita Malas Untuk Membangun Kembali Usaha Yang Rugi Tersebut. Kerugian Cukup Sebagai Bahan Instropeksi Diri Agar Kita Tidak Jatuh Pada Lubang Yang Sama.moga bermanfaat salam kenal.
Posting Komentar