“Bu
Abu baru pulang haji.”
Begitu
perbincangan orang-orang siang ini. Pesta meriah dan arak-arakan dilakukan para
tetangga untuk menyambut Bu Hj. Abu yang baru pulang dari tanah Mekkah. Seorang
nenek dalam balutan kebaya menatapnya dengan air mata berlinang, “Seandainya
aku bisa menunaikan ibadah haji juga….” Dialah enek. Setidaknya begitulah para
tetangga memanggilnya. Singkatan dari kata nenek.
Enek
baru saja pulang dari rumah Bu Hj. Abu. Air matanya sedikit meleleh saat
menerima bingkisan sambil mendoakan semoga Bu Hj. Abu menjadi haji yang mabrur.
Langkahnya semakin gontai saat mengingat Rafli, anak bungsunya yang sudah
menabung dari hasil mengojeknya bertahun-tahun demi untuk memenuhi keinginan Enek
pergi haji, namun harus kandas di tengah jalan lantaran uangnya terpakai untuk
beberapa keperluan hidup yang semakin mendesak.
“Nek!
Mampir dulu!” Seru Aisyah, seorang muslimah muda yang membuka warung kopi di
samping rumahnya. Enek tersenyum lalu menghampiri.
“Dari
rumah Bu Hj. Abu ya, Nek?” Tanya Asiyah sambil mempersilahkan enek duduk. Enek
hanya mengangguk pelan. “Enek kenapa?” Tanya Aisyah kemudian.
Raut
wajah Enek tampak berubah. Ia sadar bahwa kesedihannya telah membuat Aisyah
bertanya-tanya. “Enek nggak kenapa-napa,
Neng.”
“Enek
nggak perlu bohong sama Aisyah.” Ucap
Aisyah tiba-tiba seperti tahu isi hati Enek. “Bang Rafli sudah cerita semua
pada Aisyah, kemarin...”
“Cerita
ape, Neng?”
“Nek,
pergi haji itu wajib bagi yang mampu. Jika kita belum mampu, tidak diwajibkan, kok. Allah lebih tahu isi hati setiap
kita, Nek. Meskipun Enek belum pergi haji seperti kebanyakan orang, tapi insya
Allah pahala Enek sama besarnya seperti haji mabrur, karena Enek telah ikhlas
merawat kelima cucu Enek yang yatim piatu itu. Insya Allah kalau ada rejeki,
Enek pasti bisa pergi haji.”
Seperti diketahui para
tetangga, Enek memang seorang diri merawat kelima cucu yatim piatunya dengan
ikhlas. Bukan perkara mudah baginya, tapi ketulusan hati Enek telah membuat
semua ujian hidupnya terasa mudah di mata orang lain.
=================================================================================
inspired by a true story - 300 kata
=================================================================================
inspired by a true story - 300 kata
6 komentar:
Insya Allah kita juga bisa pergi haji ya
cerita yang singkat
tapi bagus dan dalam penyampaiaannya
jadi gampang dimengerti sama yang baca
thx ya
Ya Allah, berilah hamba kemampuan untuk bersilaturahim ke Mekkah dan Madinah, bersujud di depan Kabah, berlari kecil antara Syafa dan Marwah serta bersimpuh di Arafah. Amin.....
based on true story? menyentuh sekali..
Aduh Nek, moga kelak bisa nyusul Bu Abu, ya.. :')
Semoga kita bisa berangkat ke Baitulloh bersama nek ya.....
Posting Komentar