Awal mula diberikan pinjaman usia oleh Sang Maha Pemberi segalanya, aku tak pernah mengerti apa tujuan hidup yang semestinya aku jalani. Aku hanya mengikuti kemana waktu dan keadaan membawaku di kolong langit ini. Seiring berjalannya waktu, akupun tumbuh menjadi sosok seorang wanita yang tak lagi kecil. Namun dewasa, tak juga bisa aku mengatakannya. Sedang tua, sudah pasti, sebab usiaku kini tak lagi kanak-kanak. Melainkan sudah ada angka 2 (dua) yang mewakili usiaku saat ini. Meskipun angka kedua setelahnya masih sangat belia untuk diucapkan. Itu menurutku. :-D
Waktu terus bergulir, dan terus membawaku kedalam samudera kehidupan yang tak mudah untuk kuarungi. Banyak hambatan-hambatan yang tak besar, namun tak juga kecil, yang sekarang-sekarang ini aku hadapi. Dari mulai perananku dalam lingkungan, sampai tanggung jawab (amanah) yang kini lebih banyak aku emban.
Dulu, sebelum aku seperti sekarang ini. Lebih tepatnya lagi ketika aku masih duduk di bangku SMK, perananku sebagai seorang makhluk masihlah sangat minim. Tak banyak yang mau mendengar pendapatku kala itu. Mungkin karena kebanyakan mereka memandangku masih terlalu kecil untuk ikut berkecimpung dalam masalah yang mereka hadapi, dan tak layak untuk memberikan pendapat apapun. Setidaknya itu menurutku pribadi. Namun kini lain. Setelah aku lulus SMK, dan terlebih lagi sudah bekerja, ada sebuah pertanyaan yang memang membuatku sedikit tersenyum terkait dengan perananku saat ini. “Begini ya rasanya menjadi “besar”?”
Ya, dulu aku tak pernah membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang dewasa. Tapi sekarang aku merasakannya sendiri. Aku merasa orang lain ataupun keluargaku sendiri, lebih menghargaiku. Ketika mereka tengah dalam masalah, sebagian dari mereka menghampiriku. Alhamdulillah, meskipun tidak banyak yang dapat aku berikan, namun ada sekian persen yang dapat aku lakukan untuk membantu mengurangi masalah dan kesulitan sebagian mereka. Tentunya semua itu tak lepas dari izin dan campur tangan Sang Maha Besar juga, Allah swt.
Ketika dulu aku selalu ikut kemana saja orangtuaku pergi ke undangan pernikahan anak teman mereka, kini ceritanya lain. Malah aku yang kini di undang oleh mereka yang notabene nya adalah sahabatku sendiri ketika SMK. Sekali lagi aku hanya bisa menyunggingkan senyuman kala sebuah undangan pernikahan temanku bertengger dirumahku dan disana ada namaku yang tertera sebagai undangan. Ternyata aku sudah besar. Itulah yang aku pikirkan kala itu, dan sampai saat ini.
Peralihan tanggung jawab yang kini aku emban pun juga tak kalah pentingnya dalam kehidupanku. Bisa dikatakan, jika dulu aku tak punya banyak tanggung jawab ketika masih sekolah, hanya belajar, belajar, dan belajar, mungkin kini masih bisa dikatakan sama, namun berbeda. Kenapa? Ya, dikatakan sama, karena sampai akhir hayatku, selalu aku tekankan pada diriku sendiri bahwa belajar adalah sebuah kewajiban yang memang harus selalu aku laksanakan. Namun juga berbeda, karena saat ini tanggung jawab dan amanahku lebih banyak dibanding ketika aku masih sekolah dulu.
Dari urusan pribadi, keluarga, sampai umat!! :-). Ya, itulah kenyataannya. Dan lagi-lagi, untuk semua amanah itu, aku harus kembali memutar otak. Bagaimana aku harus menyelesaikan semuanya tanpa hambatan-hambatan yang berarti. Dari segi waktu, tenaga, pikiran, dan juga financial, juga harus aku perhitungkan. Tak boleh asal. Sebab semua itu menentukan langkah hidupku kedepannya.
Dari semua yang telah terjadi, dari semua yang telah aku alami, bahkan sampai detik ini, aku selalu harus menghembuskan nafas panjang. Betapa beratnya…. Namun kembali aku tersadar. Tak ada yang lebih besar dari Allah swt. Dia lah Sang Maha Besar. Sehingga bila aku ingat akan hal itu, maka masalah-masalah dan amanah yang menurutku semakin sulit dan besar, akan menjadi kecil pada akhirnya. Karena ada Allah Sang Maha Besar yang selalu membuat masalah-masalahku menjadi kecil. Tentunya dengan ikhtiarku juga. :-)
Kini, kuakui aku harus kembali memutar otak agar hidupku bisa menjadi hidup yang terbaik. Dari segi manapun pastinya. Aku tak ingin hidup yang sekali-kalinya ini terlewati dengan begitu saja dan tanpa ada manfaat sedikitpun untuk aku, dan juga mereka yang pernah ada dalam kehidupanku.
Aku harus merubah paradigmaku dari yang sebelumnya. Apa paradigmanya? Biar aku saja yang tahu. :-) Yang pasti aku hanya inginkan yang terbaik dari semuanya. Kehidupan terbaik, ilmu terbaik, pekerjaan terbaik, pendidikan terbaik, sampai jodoh pun juga harus yang terbaik. :-) Dan untuk itu semua, sekali lagi aku tekankan pada diriku sendiri, untuk terus memperbaiki segala aspek yang ada pada diriku.
Tak jadi masalah jika masalah ini kurasa semakin besar, karena aku tahu bahwa Allah Sang Maha Besar selalu ada untukku, di setiap keadaan dan kondisi. Nyatanya saat ini aku masih bisa tersenyum, meskipun kuakui bahwa masalah yang kuhadapi saat ini sesungguhnya tak bisa dikatakan kecil. Tapi akan terasa kecil karena Sang Maha Besar selalu membesarkan dan melapangkan hatiku. :-) Semoga saja. Amin…..
By Nurlaila Zahra (Sarah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar