12 Juni 2017

Rasa Takut

Setiap orang, pasti memiliki rasa takut dalam hal apapun. Takut pada Allah, takut pada kegelapan, takut pada orang tua, takut dimarahi, takut menyakiti, dan lain sebagainya. Kecemasan dalam menghadapi sesuatu yang belum terjadi pun juga bisa disebut sebagai rasa takut. Kita sepakat, bahwa semua orang pasti memiliki rasa takut dalam dirinya terkait hal apapun.

Namun nyatanya, tidak semua orang mampu untuk mengendalikan dan mengelola rasa takutnya, sebagai bagian dari pengalaman dan proses yang pada akhirnya akan berlalu dan menjadi sebuah kenangan. Tidak semua orang mampu menghadapi rasa takut, sekalipun itu hanya sekedar pergi ke kamar mandi sendirian. Banyak bayangan-bayangan aneh yang menghantui diri kita hingga membuat kita kalah dengan rasa takut yang kita ciptakan sendiri.

Sebagai manusia, sebagai makhluk yang berakal, sebagai makhluk yang paling sempurna yang Allah ciptakan dibanding makhluk Allah lainnya, kita sudah sepatutnya mampu mengendalikan dan mengelola rasa takut yang kita miliki. Misalnya saja saat kita takut untuk tidur sendirian dalam keadaan lampu yang padam, karena berbagai bayang kemungkinan sudah berkelebat memenuhi pikiran kita, maka dengan akal yang sudah Allah karuniakan, kelolalah rasa takut itu dengan bijak. Kita bisa berdialog dengan diri kita sendiri, bahwa kegelapan bukanlah tempat di mana setan bersemayam untuk mengganggu istirahat malam kita. Kegelapan justru bagus untuk kesehatan kita, demikian yang saya pahami dari ajaran Rasulullah. Jika tidak percaya, bisa digoogling hadits terkait hal ini.

Dalam hal lainnya lagi, contoh kecilnya saja saat saya masih kuliah dan harus menyelesaikan tugas akhir. Di beberapa kesempatan saya harus bertemu dengan dosen pada waktu yang sebenarnya tidak saya inginkan: ya, pada saat dosen mengajar di kelas! Oh, jujur hal itu membuat saya takut. Saya tak pernah berani untuk masuk ke kelas menemui dosen di mana beliau sedang mengajar puluhan mahasiswa/i. Saya tidak percaya diri! Dan rasa itulah yang membuat saya menciptakan rasa takut dalam hati saya. Namun saya berpikir, kalau saya tidak bertemu dengan dosen ini, maka saya yang akan rugi karena tujuan saya bertemu beliau adalah untuk membantu saya menyelesaikan tugas akhir. Kalau saya terus-terusan sibuk dengan rasa takut saya, maka saya akan selamanya menjadi orang yang pengecut dan tak pernah berani mengambil keputusan di luar apa yang saya takuti. Saya terus menciptakan pikiran-pikiran positif untuk membunuh rasa takut saya. Hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk memberanikan diri bertemu dosen saat beliau mengajar. Meski dengan hati berdebar, meski timbul rasa tidak percaya diri yang memuncak, namun saya tetap melangkah maju. Dalam hati saya hanya satu: bertemu dosen hanya beberapa menit namun akan mampu mengubah hidup saya menjadi lebih baik. Daripada saya mengikuti rasa takut saya dan memilih untuk tidak bertemu dengan dosen, maka saya pun harus siap menanggung perihnya kehilangan ilmu yang harusnya bisa saya dapatkan dalam waktu beberapa menit saja.

Dan, well done! I'm do it!
Saya mengalahkan rasa takut saya hanya dalam waktu beberapa menit saja! Setelah itu saya keluar kelas dengan penuh rasa bangga. Bukan hanya Karena ilmu yang saya dapatkan, tapi juga karena saya telah mampu mengelola rasa takut saya menjadi sebuah keberanian yang melahirkan sesuatu yang lebih baik untuk saya.

Dan lagi-lagi, saat saya memiliki masalah kesehatan di fase kehidupan saya, saya tidak mau memberitahukan hal ini pada siapapun. Kecuali dengan orang atau teman-teman yang berkompeten di bidangnya. Meski saya takut, meski saya tak pernah berani bagaimana menghadapi hari esok jika saya benar-benar sakit, tapi saya tidak mau kalah dulu dengan rasa takut yang saya ciptakan sendiri. Saya paling muak memanjakan rasa takut! Saya paling enggan berlama-lama bercengkrama dengannya! Maka dari itu, meski harus sendiri saya melewatinya, tidak ada yang menemani saat harus check up ke dokter, saya tetap teguh dengan pendirian saya. Saya harus berani! Saya ke dokter sendiri, periksa darah sendiri, rontgen sendiri, semuanya sendiri! Saya kalahkan rasa takut saya, di saat orang lain masih sibuk dengan ketakutannya dan harus ditemani oleh sahabat atau kerabatnya meski hanya sekedar periksa kandungan. Saya mengalahkan rasa takut saya, dan keberanian saya itu membuat saya lega karena dokter menyatakan bahwa saya baik-baik saja.

Ya, pada akhirnya, kita semua pasti memiliki rasa takut dalam hal apapun. Namun ternyata tidak semua orang mampu mengendalikan dan mengelola rasa takutnya secara bijak. Hanya orang-orang yang beranilah yang akan mampu mendapatkan sesuatu yang lebih baik saat mereka mau selangkah saja mengalahkan rasa takutnya. Tentunya ketakutan dalam hal yang bersifat personal demi mencari kebaikanlah, dan bukan memilih berani pada Allah, orang tua, dan suami hingga merasa betul saat harus menghilangkan rasa takut pada mereka.

Wallahu'alam.

Tidak ada komentar: