27 Juli 2011

Karena Aku Begitu Menyayangimu

Tadi pagi sebelum berangkat kerja, aku sempatkan diri mengantar adikku untuk melaksanakan Orientasi Akademik di kampusnya, yang juga kampus tempatku menuntut ilmu sejak dua setengah tahun lalu (adikku baru akan memasuki semester 1 sedangkan aku hendak memasuki semester 6). Pagi sekitar pukul tujuh lewat beberapa menit kami sudah jalan. Menaiki sebuah angkot yang isinya tak lebih dari tiga orang manusia. Pak supir, aku, dan adikku.

Mungkin karena masih pagi, jadi jalanan masih tampak lengang dari lalu lalang laju kendaraan. Tapi itu jalanan yang menuju ke arah Bogor, lain halnya dengan jalan yang menuju ke arah Kota. Disana bebanding terbalik, alias amat sangat macet. Kuabaikan hal itu. Aku kembali mengisi waktu di dalam angkot dengan membaca Novel Galaksi Kinanthi yang belum tamat-tamat juga membacanya. (untuk hal ini, akan aku review isinya setelah aku selesai membacanya).

Tepat di daerah Lenteng Agung, tepatnya di Gardu - banyak orang menyebutnya dengan sebutan itu - dua orang pemuda berpakaian hitam putih menaiki angkot yang juga kami naiki. Makin menuju ke arah Depok, angkot semakin penuh. Dua orang pemuda tadi tampaknya juga hendak mengikuti Orientasi Akademik, sama dengan adikku. Aku tak menghiraukannya, namun entah dengan adikku. Mungkin ia sudah mengincar dua orang itu untuk ia ajak kenalan. Entahlah, aku kembali asyik dengan Galaksi Kinanthi-ku.

Sampai di kampus, kusodorkan uang lima ribuan pada pak supir sambil berkata, “Dua ya pak.” Lalu aku langsung berlalu dari hadapnya tanpa menunggu ia menyahuti perkataanku tadi. Aku berjalan menyusuri trotoar kampus diikuti dengan langkah adikku. Novel Galaksi Kinanthi sesaat aku masukkan dulu dalam tas. Aku lebih memilih mengamati beberapa calon mahasiswa di berbagai penjuru kampus dengan pakaiannya yang serba hitam putih. Tiba-tiba memoriku berlari ke belakang, menembus ruang dan waktu ke dua setengah tahun silam. Dulu waktu jamannya aku, Orientasi Akademik tidak dilakukan di kampus, melainkan di Tennis Indoor Senayan.

Tak lama pikiranku berkelana, aku segera menyuruhnya kembali ke masa kini. Aku menoleh ke belakang, tapi tak tahunya apa yang aku perkirakan di angkot tadi ternyata benar. Adikku berkenalan dengan dua orang pemuda tadi. Kulihat ia agak berbincang-bincang dengan salah satunya. Kudekatkan wajahku ke arahnya dan kuberbisik, “Gue pulang ya?” Dia menyahut, “Ya udah, gih dah.”.

Siip! Alhamdulillah ia sudah bisa mulai mandiri. Tak sampai aku mengantarkannya ke dalam kampus, aku sudah melepasnya bersama dua orang teman barunya. Dalam langkahku yang semakin jauh darinya, tanpa sepengetahuannya aku memperhatikan langkahnya yang semakin jauh dariku. Dua orang calon mahasiswi yang ada di dekatku tampak memperhatikanku dengan amat seksama. Aku tak memperdulikannya. Kulihat adikku berjalan mengikuti langkah kedua temannya ke arah kantin. Semakin lama, lama, dan hilang diantara calon-calon mahasiswa yang lain.

Aku kembai dengan langkahku yang semakin gontai. Bukan karena takut pulang sendiri, tapi hanya sedikit khawatir dengan adikku. Kupikir ini wajar, bila seorang kakak mengkhawatirkan adiknya yang baru saja memulai langkah hidupnya menjadi seorang calon mahasiswa. Ada ketakutan tersendiri saat aku menyadari bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang mahasiswa dan memiliki teman-teman yang mungkin lebih ”bebas” ketimbang teman-temannya semasa SMA. Mengingat ada salah satu kakak sepupuku yang kuliah di kampus yang sama juga denganku dan adikku namun beda cabang, yang belum lama ini sempat mengalami kekerasan fisik dari rekan-rekan satu kelasnya di kampus sampai ia harus mengalami operasi. Akibat dari hal itu, selain biayanya yang sampai menghabiskan uang hingga 40 juta rupiah, ia juga jadi cacat karena harus kehilangan limpanya karena menurut keterangan dari dokter yang menanganinya, limpa nya itu hancur. Astaghfirullah!!

Mungkin karena hal itu juga yang menyebabkan aku menjadi agak protected pada adikku. Sembari melangkahkan kaki untuk segera pergi kerja, aku langsung mengiriminya sms. Selain memberi tahu dimana ruang ia harus melaksanakan Orientasi Akademik, aku juga sangat mewanti-wanti dirinya untuk tidak merokok. Aku agak cemas ia menjadi terbawa ke arus pergaulan dan memilih teman yang salah. Namun lagi-lagi aku tersadar, kalau ia terlalu aku kekang untuk tidak melakukan ini dan itu dengan alasan demi kebaikan dirinya, aku juga khawatir ia akan melunjak.

Seiring dengan berjalannya waktu, aku akan berusaha untuk melepasnya ke dunianya yang baru meski aku masih harus memantaunya. Ia akan bertemu dengan orang-orang baru, hal-hal baru yang belum pernah ia temui sebelumnya, merasakan kehidupan luar yang mungkin akan lebih menempa kedewasaan dan kepekaannya dalam bersikap. Semoga saja ia tak salah pilih jalan. Aku akan selalu mendoakannya.

(Jalanan ini adalah jalanan yang sering aku lalui tiap pulang dari kampus. Baru kali ini aku melaluinya di pagi hari, biasanya kan malam hari. Ternyata jalanan ini lebih indah kuamati di pagi hari dibanding malam hari. Jika kau pandai menebak, pasti kau tahu dimana aku dan adikku kuliah :D)

6 komentar:

Putri Omsima mengatakan...

Hahaha..aku tidak tau sob,,tp ke sebelah kirinya itu jalan tol, bukan? ah, sok teu pula aku...yang aku tau kampusku di puncak bukit di Padang..heeee

Riu is me mengatakan...

Wah, senengnya bisa mengenang masa lalu. hehe

cikal ananda mengatakan...

Alhamdulillah,,
rasa sayang yang ikhlas tuk sang adik,,..
ku salut dengan itu..
sukses selalu buat kalian,,.
makasi,,.

nuranuraniku.blogspot.com mengatakan...

ass
sip banget,bisa dicontoh sahabat lainnya
kasih sayang yg tulus.
trims visitnya dan salam kenal.

Unknown mengatakan...

kakak yg baik sekali.btw, kalo dah baca direview dong novelnya .heheee

Sarah mengatakan...

@Putri Omsima : hga pa2 sok tau, biar nambah pengalaman (apa coba? :D)

@Arif Zunaidi Riu_aj : iya, banyak pelajaran yg bs diambil disana

@cikal ananda : sama2 mksh banyak ya

@NURA : mksh juga mbak, btw, udah ga di Arab ya?

@Sang Cerpenis bercerita : ooo itu udah pasti mbak. aku lg mau menamatkan bacanya, kata2 utk mereview jg sdg dipersiapkan, tunggu saja, hehehe