Seiring dengan berjalannya waktu, aku jadi tersadar bahwa hanya Allah lah yang harusnya menjadi andalan dan tumpuan tempat mengadu rasa. Bahwa seharusnya aku bisa lebih berharap pada diriku sendiri kalau suatu saat nanti aku pasti bisa menghidupi keluargaku dengan jerih payahku sendiri. Aku pasti mampu ‘berdiri’ di atas kakiku sendiri tanpa harus ‘mengemis’ kasih pada orang lain.
Perjuangan ini belum selesai. Perjuangan ini baru saja dimulai. Aku masih harus terus melangkah maju merajut asa dan harapan di tengah kerasnya hidup yang harus aku lalui, sampai ajal menjemput. Aku masih punya banyak mimpi, asa, cita-cita, dan harapan. Ingin rasanya aku merajut kesemuanya itu saat ini, meski harus kurajut di tengah ilalang kehidupan.
* * *
“Nak, ikut bunda beli pampers yuk?” Ajakku lembut pada Rizky malam ini. Ia langsung mengangguk dan segera mencari sandal kodoknya. Alhamdulillah masih ada selembar uang lima ribuan di tasku. Uang sisa ongkosku hari ini. Aku berjalan perlahan ke sebuah warung sambil menuntun tangan Rizky. Sembari ditemani cahaya sinar sang rembulan, aku dan Rizky terus melangkah menuju tempat yang kami tuju. Pikiranku masih terus saja melayang-layang di angkasa. Tentang masa depanku, masa depan Rizky, masa depan kami berdua.
Di langit tampak bulan tersenyum indah sekali. Rizky mendaulatku untuk menyanyikan lagu kesenangannya, lagu kami berdua. Kami terus melangkah merajut asa kami sambil melantunkan lagu itu.
Ambilkan bulan bu...
Ambilkan bulan bu...
Yang slalu bersinar di langit, di langit
Bulan benderang...
Cahyanya sampai ke bintang
Ambilkan bulan bu...
Untuk menerangi...
Tidurku yang lelap, di malam gelap
”Rizky, malaikat kecilku, bunda janji, suatu saat nanti, bunda pasti bisa menjadi bulan untukmu. Bulan yang akan selalu menemanimu, tak hanya dalam malam yang gelap, tapi di setiap saat waktumu. Nak, kau adalah anugerah terindah ibumu dari Tuhan untukku. Baik-baik ya sayang.”
Pojok kamar, Pasar Minggu
14 Juli 2011, 22.06 WIB
nb: artikel ini merupakan penggalan dari cerpenku dengan judul yg sama...
18 komentar:
wah mbak Nur pandai mengolah kata,..suka bikin cerpen ya??
kirim kemana mbak??
ajarin doonk mbak..pliiisss...:)
oia,..ni kisah nyata ato fiksi ya??
wah selamat ya menang di giveawaynya mbak fanny lhoo:)
adeuh si neng pinter bikin cerpen jg ya hebattt kasih dua jempol ah
huaa..tersentuh baca cerpennya.. :)
Lamulikuum,,,
pertama nie di t4 ini,,
salam kenal ya..
ijin follow jg,,
link nya pun udah tersimpan rapi di t4 saya,,
makasi ya,..
nice story..alamatmu sudah saya catat. rencananya, after lunch hadiah saya kirim ya.
@kenia huwada : mksh mbak. alhamdulillah dari dulu aku emang suka karya sastra khususnya novel n cerpen. beberapa novel mini dan cerpenku ada di blog khususku di www.nurlailazahra.wordpress.com. kalo untuk saat ini masih ikut2an lomba bikin cerpen n novel aja, msh blum pede dikirim ke penerbit, hehehe
@Corat - Coret [Ria Nugroho] : hehehe biasa aja mbak, cuma menyalurkan hobi. mksh ya
@fitrimelinda : hehehe mksh ya. kalo mau yg lebih lengkap, baca aja di www.nurlailazahra.wordpress.com
@Cikal Ananda : Wa'alaykumussalam. salam kenal juga, ok nti insya Allah saya blogwalking balik
@Sang Cerpenis bercerita : hehehe mksh banyak mbak atas hadiahnya. jd ga enak di koment ama cerpenis kayak mbak :D
oot : hai, saya baru aja kirim hadiahnya. btw, kamu coba mampir ke nulisbuku.com. Di sana ada ketentuannya menerbitkan buku sendiri dg bantuan mereka.
pasar minggunya mana? jln padang kah?!?!
@Sang Cerpenis bercerita : mksh banyak2 ya mbak. atas hadiah dan juga infonya. nice infoh :D
@Belajar Photoshop : ya di pasar minggu, jalan rumahnya tepat di dpn pasar nya
Tulisannya bagus, aku suka yang paragraf terakhir B)
Menghela nafas sejenak...kurenungi bait demi bait...teringat ummi ku di kampung...
dengan alunan lagu ebiet g ade "aku ingin Pulang"
Jadi terharu mmbaca nya
sehat sll sekeluarga yah bu...
@SHUDAI AJLANI (dot) COM : makasih ya.......
@Dhymalk dhykTa : sama2, semoga sehat selalu juga, salam kenal....
kukira cerita nyata, pandai kau bawa kami hanyut :) salam kenal :)
Cerpen yang bagus mbak, kayaknya mabak punya bakat jadi penulis fiksi, terharu melihat perjuangan ibu untuk kehidupannya & anak2nya
seorang anak adalah anugerah terindah.. saya setuju itu :)
Posting Komentar