11 Februari 2013

[BeraniCerita#2] Enam Tiga Puluh


Sudah pukul enam lewat tiga puluh menit tapi Ryan belum juga memberi kabar. Telepon tidak diangkat, sms pun tidak dibalas. Ryan benar-benar membuatku bingung bin panik. Pasalnya hari ini adalah hari pernikahan kami. Dan selama pacaran, Ryan jarang sekali tidak disiplin seperti ini. Namun kali ini ia benar-benar membuatku kesal.

“Tari, apa kamu sudah menghubungi Ryan? Dia harus sudah sampai sebelum pak penghulu tiba.” Suara Ibu mengejutkanku dari luar kamar. Sementara aku yang tengah dirias di depan cermin, masih sibuk menekan-nekan tombol ponsel demi mencari keberadaan Ryan saat ini.

Menit semakin berlari menuju hitungan jam. Aku sudah rapi dengan abaya putih lengkap dengan dandanan super natural yang disukai Ryan. Tapi entah sudah berapa banyak tisu yang kuhabiskan untuk membasuh peluh yang membasahi dahiku.

“Tari, mana Ryan dan keluarganya? Sudah jam delapan lewat ini.” Lagi-lagi suara Ibu membuatku semakin bingung dan cemas. Aku tak bisa menjawab apa-apa karena memang tak ada jawaban yang bisa kuberikan. Lama kelamaan aku jadi semakin dibuat kesal oleh Ryan. Kalau ini hanya sebuah kejutan darinya untukku, ini sungguh-sungguh tidak lucu. Bagaimana mungkin dia masih bisa berpikiran untuk bercanda sementara calon istrinya di sini sudah hampir mati karena menunggunya.

“Awas saja Ryan, akan kuikat kamu di tiang tempat tidur saat malam pertama nanti.” Gumamku pelan sambil meremas ponsel yang sedari tadi dalam genggamanku. Namun tiba-tiba saja ponselku berbunyi, membuatku sangat terkejut dan hampir saja melemparnya.

“Halo, Ryan…” Tembakku sesegera mungkin pada orang di seberang sana. Ocehan selanjutnya adalah kata-kata yang aku sendiri tidak menyadari apa yang aku katakan sebenarnya. Sampai akhirnya….

“Ryan kecelakaan, Tari.” Begitulah suara yang kudengar dari kakak ipar Ryan. “Mobil yang ditumpanginya bersama Mama dan Papa oleng dan menabrak pembatas jalan. Saat ini mereka berada di rumah sakit dalam keadaan kritis.”

Aku syok. Benar-benar syok. Menit berikutnya adalah menit-menit tersuram dalam hidupku. Di mana aku harus menyaksikan Ryan terbaring lemah dengan luka-luka di sekujur tubuhnya. Dan yang lebih membuat hatiku teriris, ia masih mengenakan baju pengantin kami. Baju putih itu kini sudah penuh dengan warna merah. Noda darah. Aku menangis sejadi-jadinya. Lemas selemas-lemasnya, sampai akhirnya pingsan. Semuanya menjadi gelap di penglihatanku. Sayup-sayup kudengar Ibu dan Ayahku memanggil-manggil namaku. Wajah mereka samar kulihat. Menggoncang-goncangkan tubuhku, sampai akhirnya aku menyadari kalau ini……

“Tari, bangun Tari!!!” Suara Ibu lagi-lagi membuatku terbangun kaget. “Sudah pukul enam tiga puluh. Apa kamu lupa kalau hari ini kamu akan menikah? Ayo cepat bangun!!!”

Aku menghentikan nafasku sejenak. Alhamdulillah, ternyata semua hanya mimpi. Aku terdiam sesaat memandang wajah Ibu. “Ryan?”

“Ryan dan keluarganya sudah di perjalanan. Barusan dia menelepon. Ayo cepat bangun. Bagaimana kamu ini, sudah mau menjadi istripun masih saja seperti ini. Sudah cepat mandi sana!”

Ibu meluyur meninggalkan kamarku. Di luar tampak orang-orang sudah sibuk dengan urusan mereka masing-masing, sementara aku?

“Arggghhhh!!!!” Aku berlonjak dari tempat tidur. Pukul enam tiga puluh sudah berubah tempatnya menjadi tujuh nol nol. Satu jam lagi insya Allah Ryan sampai. Begitulah SMS nya padaku sebelum aku mengambil handuk dan bergegas untuk mandi. Malu rasanya, ternyata aku yang telat dalam pernikahan kami.

“Tunggu aku ya, Cinta……….”

=====================================================
500 kata

 "Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma."

14 komentar:

Lidya Fitrian mengatakan...

Allhamdulillah cuma mimpi ya :)

Rio Pratomo mengatakan...

ternyata dan ternyata mimpi tohh... :D

Orin mengatakan...

aduh..aduuuh...mau nikah malah blom mandi ya jam 7 hihihihi.

Gudlak Sarah ;)

Orin mengatakan...

aduh..aduuuh...mau nikah malah blom mandi ya jam 7 hihihihi.

Gudlak Sarah ;)

Elsa mengatakan...

mendinga telat daripada gak datang sama sekali kan?
ehehhe

semoga menang

Nathalia Diana Pitaloka mengatakan...

waduh.. blum mandi blum dandan :D

Nathalia Diana Pitaloka mengatakan...

waduh.. blum mandi blum dandan :D

Ila Rizky mengatakan...

ga kebayang kalo mau nikah telat bangun, hehe :D

Unknown mengatakan...

kunjungan malam dan kunjungan perdana...izin follow dan komentar...d tunggu juga lho, kunjungan dan komentar baliknya d

http://jagadkawula.blogspot.com/

^_^

OH YA, SUNGGUH SAYA NAKSIR SAMA BUNGANYA ...HEHE

Unknown mengatakan...

itu bunganya cantik ya

catatan kecilku mengatakan...

Untung aja cuma mimpi.. padahal terlanjur mules aku baca ceritanya tadi hehehe...

BTW, goodluck utk kontesnya ya?

the others mengatakan...

Aduh itu pengantin.. kok malah bangun kesiangan sih? Bukannya malah gelisah gak bisa tidur karena kepikiran terus mau menikah? hehehe... *ngaca pada pengalamanku dulu*

obat jantung koroner mengatakan...

kunjungan siang, ikut menyimak ceritanya..

http://oldsunday.blogspot.com

jelita mengatakan...

bunga yang sangat iindah