Tahun-tahun berlalu, berhasil menyisakan sebuah rasa
yang agak sulit utk dijelaskan. Jika dulu, aku menganggap bahwa setiap fase
kehidupan adalah wajar adanya, kini semua itu kurasakan sendiri. Tanpa terasa
usia sudah hendak memasuki seperempat abad. Seperti berlari ke masa lalu, saat
pertama kali membuat sebuah karangan tentang liburan di pantai semasa SD dulu,
dan nyatanya kini sudah bertahun-tahun lalu hal itu kurasakan. Seperti
merangkak membuka pintu lorong waktu, saat setiap malam selalu asyik menikmati
tayangan sinetron bidadari dengan bintang utamanya Marshanda, dan nyatanya kini
telah bertahun-tahun lalu pula sejak kuhafal soundtrack lagunya, dan Marshanda
kecil itu kini telah menjadi seorang ibu muda. Seperti mengungkap tabir masa
lalu saat pertama kali kaki ini memijakkan sekolah menengah pertamaku, bertemu
teman-teman, bersenda gurau, setahun, dua tahun, dan tanpa terasa tiga tahun
berlalu hingga akhirnya aku harus berpisah dengan mereka.
Menjejak kembali pada ranah yang lain, dan
harapku kembali membumbung tinggi. Saat harus memasuki dunia SMK, kembali bertemu
teman-teman baru, sampai akhirnya aku memutuskan untuk berhijab. Di sana,
setahun, dua tahun, hingga akhirnya waktu tiga tahun terlampaui juga. Kembali
harus kumulai langkahku sebagai wanita sesungguhnya.
Cobaan demi cobaan menghadang. Undangan demi
undangan berdatangan. Setahun, dua tahun, hingga tanpa terasa tujuh tahun sudah
kususuri lorong waktu sejak pertama kali aku resmi menjadi alumni di SMK ku dulu.
Begitu banyak yang kualami, begitu banyak yang kulewati. Ujian pekerjaan,
perasaan, sampai kehidupan silih berganti hingga akhirnya menempaku menjadi aku
yang sekarang ini. Melihat beberapa teman yang sudah menikah bahkan sudah
memiliki buah hati, namun ada pula yang membuat gerimis di hati karena
kepergian mereka dari dunia yang teramat singkat. Semua silih berganti datang dan
pergi.
Kepergian kakek yang membuat hujan di hatiku,
kemudian tante yang menyusul pergi setahun setelahnya semakin membuat banjir di
hatiku, membuat seluruh jiwa dan raga seakan meluruh bagai lilin yang mencair.
Sungguh tak bisa kutebak rencanaNya. Mengamanahi lima piatu padaku dan nenek,
sungguh bukan suatu hal yang pernah kubayangkan sebelumnya.
Dan kini, rasanya baru kemarin aku melempar
tasku di kamar karena kelelahan sepulang sekolah dan segera mengganti seragam
putih biruku dengan pakaian rumah, tapi kini nyatanya aku telah semakin tua.
Begitu banyak hal yang harus kupikirkan. Begitu banyak hal yang harus kucarikan
jalan keluarnya. Pekerjaan, mengajar, kuliah, skripsi, anak-anak, kesehatan
nenek. Dan kerikil-kerikil kehidupan lainnya yang semakin membuatku terkadang
merasa lelah dalam ketegaran, tapi kadang benar-benar tegar dalam kelelahan.
Kadang benar-benar harus tertawa di dlm tangis, namun tak jarang waktu
memaksaku untuk menangis dalam tawa.
Dan kini, ini hanyalah bahan renungan untukku.
Betapa waktu memang takkan pernah bisa membohongi usia. Dan usia memang takkan bisa
dimanipulasi oleh keadaan. Usia tetap usia. Sementara kedewasaan harus selalu
diperbaharui. Aamiin
7 komentar:
Uhuuy, saya juga hampir seperempat abad, Mba. Emm, tapi ya masih suka banting tas di kamar. Hohohoho
Tenang saja, Mba. Terpenting kita tetap berpikiran positif dan semangaaat. :)
semangat mbk hehhe....
itu jilbab elzatta mbk zahra sendiri yg jualan ta??q pingin mbk,cari2...
@Idah Ceris: semangat yaaa
@Hanna : silahkan, iya itu saya yang jualan :D
seperempat abadku sudah lewat 10 thn lalu :)
Pas selesai baca jadi merenung mb, banyak teman-teman seangkatan yang sudah mendahului
masih seperempat abad...
masih mudaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa banget!!!!!!
hiks, aku jauuuuuuuuuuuuh lebih tua
Aduuuh...masih muda sekali dik sarah ini hehehehe. Iya Sarah, usia mah cuma deretan angka doang, kedewasaan mah harus dipelajari dan diupayakan
Posting Komentar