12 November 2013

Catatan Perjalanan

Tahun-tahun berlalu, berhasil menyisakan sebuah rasa yang agak sulit utk dijelaskan. Jika dulu, aku menganggap bahwa setiap fase kehidupan adalah wajar adanya, kini semua itu kurasakan sendiri. Tanpa terasa usia sudah hendak memasuki seperempat abad. Seperti berlari ke masa lalu, saat pertama kali membuat sebuah karangan tentang liburan di pantai semasa SD dulu, dan nyatanya kini sudah bertahun-tahun lalu hal itu kurasakan. Seperti merangkak membuka pintu lorong waktu, saat setiap malam selalu asyik menikmati tayangan sinetron bidadari dengan bintang utamanya Marshanda, dan nyatanya kini telah bertahun-tahun lalu pula sejak kuhafal soundtrack lagunya, dan Marshanda kecil itu kini telah menjadi seorang ibu muda. Seperti mengungkap tabir masa lalu saat pertama kali kaki ini memijakkan sekolah menengah pertamaku, bertemu teman-teman, bersenda gurau, setahun, dua tahun, dan tanpa terasa tiga tahun berlalu hingga akhirnya aku harus berpisah dengan mereka.

Menjejak kembali pada ranah yang lain, dan harapku kembali membumbung tinggi. Saat harus memasuki dunia SMK, kembali bertemu teman-teman baru, sampai akhirnya aku memutuskan untuk berhijab. Di sana, setahun, dua tahun, hingga akhirnya waktu tiga tahun terlampaui juga. Kembali harus kumulai langkahku sebagai wanita sesungguhnya.

Cobaan demi cobaan menghadang. Undangan demi undangan berdatangan. Setahun, dua tahun, hingga tanpa terasa tujuh tahun sudah kususuri lorong waktu sejak pertama kali aku resmi menjadi alumni di SMK ku dulu. Begitu banyak yang kualami, begitu banyak yang kulewati. Ujian pekerjaan, perasaan, sampai kehidupan silih berganti hingga akhirnya menempaku menjadi aku yang sekarang ini. Melihat beberapa teman yang sudah menikah bahkan sudah memiliki buah hati, namun ada pula yang membuat gerimis di hati karena kepergian mereka dari dunia yang teramat singkat. Semua silih berganti datang dan pergi.

Kepergian kakek yang membuat hujan di hatiku, kemudian tante yang menyusul pergi setahun setelahnya semakin membuat banjir di hatiku, membuat seluruh jiwa dan raga seakan meluruh bagai lilin yang mencair. Sungguh tak bisa kutebak rencanaNya. Mengamanahi lima piatu padaku dan nenek, sungguh bukan suatu hal yang pernah kubayangkan sebelumnya.

Dan kini, rasanya baru kemarin aku melempar tasku di kamar karena kelelahan sepulang sekolah dan segera mengganti seragam putih biruku dengan pakaian rumah, tapi kini nyatanya aku telah semakin tua. Begitu banyak hal yang harus kupikirkan. Begitu banyak hal yang harus kucarikan jalan keluarnya. Pekerjaan, mengajar, kuliah, skripsi, anak-anak, kesehatan nenek. Dan kerikil-kerikil kehidupan lainnya yang semakin membuatku terkadang merasa lelah dalam ketegaran, tapi kadang benar-benar tegar dalam kelelahan. Kadang benar-benar harus tertawa di dlm tangis, namun tak jarang waktu memaksaku untuk menangis dalam tawa.

Dan kini, ini hanyalah bahan renungan untukku. Betapa waktu memang takkan pernah bisa membohongi usia. Dan usia memang takkan bisa dimanipulasi oleh keadaan. Usia tetap usia. Sementara kedewasaan harus selalu diperbaharui. Aamiin

7 komentar:

Idah Ceris mengatakan...

Uhuuy, saya juga hampir seperempat abad, Mba. Emm, tapi ya masih suka banting tas di kamar. Hohohoho

Tenang saja, Mba. Terpenting kita tetap berpikiran positif dan semangaaat. :)

HM Zwan mengatakan...

semangat mbk hehhe....
itu jilbab elzatta mbk zahra sendiri yg jualan ta??q pingin mbk,cari2...

Sarah mengatakan...

@Idah Ceris: semangat yaaa

@Hanna : silahkan, iya itu saya yang jualan :D

Lidya Fitrian mengatakan...

seperempat abadku sudah lewat 10 thn lalu :)

nathalia cornelis mengatakan...

Pas selesai baca jadi merenung mb, banyak teman-teman seangkatan yang sudah mendahului

Elsa mengatakan...

masih seperempat abad...
masih mudaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa banget!!!!!!

hiks, aku jauuuuuuuuuuuuh lebih tua

Orin mengatakan...

Aduuuh...masih muda sekali dik sarah ini hehehehe. Iya Sarah, usia mah cuma deretan angka doang, kedewasaan mah harus dipelajari dan diupayakan