13 Juni 2011

Kalimat Mutiara For GiveAway

Saat ini kembali hadir dengan tampilan yang sama sih, tapi kali ini mau ikutan kontes or lomba yang diadakan oleh Mbak Dey, cuma sekedar ngeramein aja sih, kalo menang Alhamdulillah, tapi kalo nggak ya Ga pa2 juga, namanya juga usaha. Tapi ngarep banget bisa dapetin kain batik Garutan seperti apa yg dijanjiin Mbak Dey, coz lg butuh bgt kain batik nih, hehehe. Ini nih kalimat bijak favorit saya yang saya kutip sendiri dari tiap pengalaman yg saya lewati. Silahkan baca aja ya, moga2 bermanfaat :)

"Menjadi anak-anak adalah sebuah fase kehidupan, menjadi tua adalah sebuah kepastian. Tapi menjadi dewasa adalah sebuah pilihan dan keberanian"

Lupa dari mana dapat kalimat diatas, namun yang saya ingat hanya potongan-potongan dari kalimat diatas yang saya rangkai menjadi satu kalimat, yang menjadi kutipan yang paling saya suka dan saya pajang di blog. Ya, kalimat diatas sebenarnya hanya sekedar mengingatkan diri sendiri, bahwa menjadi anak-anak merupakan fase dalam kehidupan dan memang karena semua orang pasti pernah merasakan masa kanak-kanak. Sedangkan tua itu bukan hanya perkara usia, tapi yang dikatakan tua adalah proses bertambahnya usia dari hari ke hari yang membuat kita menjadi lebih tua dari fase hidup yang sebelumnya. Sementara dewasa, mengapa saya katakan sebuah pilihan dan keberanian? Sebab berani hidup harus berani dewasa. Hidup ini memang tidak mudah. Namun lebih tidak mudah lagi jika hidup tanpa berani menjadi dewasa. Bahwa fase demi fase adalah kepastian. Setiap usia punya jenjangnya, ada situasinya, sulit dan mudahnya. Tapi keberanian menjadi dewasa adalah sebuah keniscayaan yang dengannya kita lalui segala fase itu, kita kejar cita-cita akhir kita, di puncak keridhoan Allah swt. Wallahu ‘alam.


"Menguatkan disaat yang lain rapuh, itulah gunanya sahabat"

Sebenarnya kalimat diatas juga merupakan kutipan dari pengalaman pribadi. Ketika saya rapuh, banyak teman-teman yang berkata pada saya, “yang sabar ya?”. Mungkin bagi yang tidak mengalami kerapuhan, mereka bisa saja mengucapkan hal itu dengan santai dan berharap kata-katanya itu dapat berpengaruh besar pada saya agar bisa lebih sabar dalam menghadapi cobaan. Tapi terkadang saya berpikir, mereka tidak merasakan apa yang saya rasakan ketika saya rapuh. Mereka menyuruh saya untuk sabar, karena mungkin hanya kata-kata itu yang bisa mereka ucapkan pada orang-orang yang berada disekitar mereka saat orang-orang itu tengah rapuh. Namun sekali lagi saya berpikir, toh saya pun juga akan melakukan hal yang sama jika saya berada di posisi mereka. Dari itu saya menarik sebuah kesimpulan dari arti sebuah persahabatan, bahwa adanya sahabat adalah untuk menguatkan kita disaat kita rapuh, begitupun sebaliknya, meski hanya ucapan “sabar ya” yang terlontar dari bibir, namun itulah bentuk perhatian mereka terhadap saya.

"Rubahlah kebutuhan menjadi hal-hal yang diinginkan"

kalau kutipan diatas, lagi-lagi saya buat untuk diri saya sendiri saat saya tengah mengalami kebingungan dalam mendidik sepupu-sepupu kecil dirumah. Awalnya pingin banget mengajak adik-adik kecil jalan-jalan keluar, entah ke mall, ke kebun binatang, atau hanya sekedar makan di restoran. Tapi saya langsung berpikir, sejak ibu mereka meninggal, biaya untuk memenuhi kebutuhan mereka mulai membengkak. Dari beli susu untuk sepupu yang paling kecil, sampai harus memikirkan kebutuhan-kebutuhan sekolah mereka (meskipun hal itu bukan sepenuhnya kewajiban saya). Maka berangkat dari pemikiran itu, saya langsung mengambil keputusan, bahwa anak-anak tidak harus melulu saya kenalkan pada sifat konsumtif. Saya rasa lebih bijak jika harus memenuhi kebutuhan mereka dulu ketimbang hal-hal yang mereka inginkan namun hanya bersifat semu. Dan tampaknya bukan suatu hal yang mustahil, jika saya tengah berusaha membangun prinsip “merubah kebutuhan mereka menjadi hal-hal yang mereka inginkan” agar mereka lebih terbiasa hemat dan disiplin dengan segala keterbatasan yang keluarganya miliki.

"Dengan mengajarkan, kita akan banyak belajar"

Kalau kutipan ini saya ambil, ketika saya tengah menjalani profesi saya sebagai seorang pengajar (guru privat). Sudah lebih dari empat tahun saya menjalani pekerjaan ini. Selain ngantor dan kuliah, saya juga mengambil side job sebagai guru privat. Awalnya hal ini hanya menjadi batu loncatan saja waktu saya belum mendapat pekerjaan yang tetap, namun saat saya sudah mendapat pekerjaan, profesi ini tak lantas saya tinggalkan. Selain hal ini dapat memberikan penghasilan tambahan, ternyata seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa dengan mengajarkan, kita akan banyak belajar. Sebab saat kita hendak mengajarkan sebuah materi pada anak, maka sebelumnya kita harus kembali mempelajari materi tersebut agar kita bisa lebih memahami apa yang kita sampaikan. Sebab kita mempunyai tanggung jawab juga dalam hal ini atas kemajuan ilmu sang anak. Dan hal itulah yang akan membuat kita semakin banyak belajar. Bukan hanya belajar ilmu akademik dan ilmu-ilmu pelajaran lainnya, namun juga ilmu sabar, ikhlas, dan tata cara mendidik yang baik.

"Tahu, dari apa yang diberitahu, tapi jangan mencari tahu"

Mungkin kutipan diatas akan terlihat atau terdengar aneh jika diucapkan dengan kesepenuh hatian. Namun disini saya hanya ingin menegaskan, bahwa kutipan diatas mungkin akan lebih berguna jika kita berada pada situasi “terhimpit”. Maksudnya begini, saya sering mendengar banyak orang yang menumpahkan masalah rumah tangganya pada keluarga, kerabat, atau orang lain. Sebab saya pun sering mengalami menjadi “orang” yang menjadi tempat aduan. Sang istri mengatakan kalau suaminya begini-begitu-begini-begitu yang menyebabkan hubungan rumah tangga mereka tak seharmonis dulu. Kalau sudah begini keadaannya, yang saya bisa lakukan hanya mendengarkan keluh sang istri tanpa banyak berkomentar. Sebab saya ingin belajar untuk tidak mengetahui dan mencampuri urusan dan aib rumah tangga orang lain, termasuk kerabat sendiri. Jadi saya hanya cukup tahu dari apa yang diberitahu oleh si “pencurhat” namun saya lebih memilih untuk diam dan tidak mencari tahu lebih banyak lagi tentang keretakan rumah tangga mereka. Saya hanya takut jika saya memulai perbincangan itu, saya khawatir kelak ketika saya sudah berumah tangga dan saya memiliki masalah dengan suami, maka kebiasaan ini akan menulari saya. Nauzubilla himindzalik.

"Bukan karena pintar, melainkan yakin"

Orang yang bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik, bukanlah orang yang pintar menyelesaikan masalah. Tetapi ia yang yakin bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya, lalu keyakinan itu akan menjadi sebuah motivator terbesar dalam dirinya, sehingga semangatnya untuk berusaha terus berkobar dan sanggup membuat dirinya mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik tanpa mengeluh. Dan pastinya, usahanya itu selalu diiringi dengan doa dan tawakal kepada Allah swt. Dan tercerminlah dalam dirinya bahwa ia sosok pribadi yang pintar menyelesaikan masalah. Padahal kalau mau disadari, semuanya berawal dari keyakinannya, yang membuat dirinya mampu keluar dari masalah yang mungkin menurut sebagian orang sangat sulit, tapi tidak bagi dia yang merasa yakin bahwa masalah itu akan bisa ia selesaikan.

5 komentar:

dey mengatakan...

Makasih udah ikutan acara saya, mudah2an dapet kain batiknya ...

Unknown mengatakan...

wah kata mutiaranya bagus deh mba....

aku suka yang ini "Bukan karena pintar, melainkan yakin"

Semoga menang yaaaaaaah....

Sarah mengatakan...

@dey : amiin, makasih ya bu....
@Nadia Meutuah : hehehe, amiin, sama2 mbak. Moga menang juga yahh...

Honey mengatakan...

yang terakhir oke banget...

suka-suka-suka!

Gaphe mengatakan...

bener banget, jadi inget iklan rokok sebenernya. memang dewwasa itu bukan ditentukan dari umurnya sebenernya.