1 Agustus 2011

Review : Novel Galaksi Kinanthi

Misteri Bintang yang Hilang

“Galaksi Kinanthi...”

Dua kata di atas adalah sebuah judul novel garapan seorang laki-laki asal Gunung Kidul yang bagiku tidak terlalu tua jika kunilai dari parasnya, Tasaro GK. Mengisahkan tentang dua orang anak manusia bernama ‘Ajuj dan Kinanthi’. Tampaknya sulit jika aku harus menjabarkan isi dari novel tersebut, tapi intisari yang aku tangkap setelah melahap habis novel ini dalam waktu 13 hari, adalah sebuah perjuangan hidup dan cinta yang dilakukan Kinanthi dan Ajuj, demi meraih apa yang mereka harapkan.

Membaca karya Tasaro GK, seolah mengingatkan aku pada sebuah “bintang” yang telah lama hilang dari galaksi peredarannya. Meski mungkin lama yang aku rasakan tak selama apa yang dirasakan Kinanthi kala menanti Ajuj, tapi membaca buku ini sungguh membuatku kembali ke masa lalu yang rasanya ingin sekali aku lupakan. Selain karena kesamaan antara aku dan Kinanthi yang telah kehilangan “bintang” kami, gaya bahasa yang digunakan Tasaro GK pun juga sesekali mengingatkan aku pada “bintang” itu. Bintang, yang telah lama tak kujumpai keberadaannya.

Mengingat hal itu sebenarnya telah menghambat jalanku untuk terus melangkah maju. Sayang dia bukan Ajuj dan aku bukan Kinanthi, yang meskipun jarak dan waktu telah memisahkan mereka sebegitu lamanya - hampir dua puluh tahun - tapi hati mereka tetap terpaut satu sama lain. Bintangku senyatanya tak memiliki rasi yang jelas untuk mencapai ke arahku. Ia justru malah berbelok meninggalkan aku bersama segala rasa dan tanya yang masih utuh membekas di hatiku, hingga saat ini.

Membaca halaman awal dari novel ini rasanya tak cukup sekali saja, setelah itu lanjut ke halaman berikutnya. Meresapi apa yang dituliskan Tasaro GK di bagian itu merupakan kesenangan tersendiri bagiku kala membaca buku ini. Mungkin di situlah letak kenikmatan yang kebanyakan orang akan mengatakan, “Ini baru yang namanya sebuah Mahakarya.”

Selesai membaca novel ini, seolah membuatku tersadar bahwa aku harus kembali lagi ke kehidupan nyataku. Kembali dengan segala aktivitasku disini, dan melupakan semua yang pernah terlewati antara aku dan bintangku di masa itu. Masa lalu.

Aku tak pernah menyebut ini cinta. Bagiku, asal melihat ia ada, itu sudah membuat aku tenang dan aku merasa nyaman karenanya. Asal melihat ia baik-baik saja, aku percaya bahwa Tuhan tengah menjaga dirinya. Apakah ini layak disebut cinta? Aku memang sangat ingin bersamanya, tapi.....bukankah tak selamanya cinta harus memiliki? Bukankah cinta memiliki kekuatannya sendiri untuk bisa bertahan? Bukankah, dengan tetap menyimpan perasaan ini dalam diam, maka seharusnya aku bisa kuat meski tanpa ia disampingku? Bukankah aku masih memiliki cinta Tuhanku yang Maha Besar dibanding perasaanku terhadapnya?

Perjalanan cinta Ajuj dan Kinanthi kembali mengingatkan aku pada sepenggal episode kehidupan yang pernah aku alami. Jika seluruh dunia tidak rela Ajuj dan Kinanthi bersatu – bukan karena cinta mereka yang salah – melainkan karena orangtua, kemiskinan, nasib buruk, dan garis takdir, lalu.......apakah bagiku, mencintainya adalah suatu hal yang salah? Apakah aku memang benar-benar tak memiliki hati yang pantas untuk ia cintai?

Ah sudahlah. Toh sekali lagi, ia bukan Ajuj dan aku pun juga bukan Kinanthi. Ajuj dan Kinanthi memiliki jalan mereka masing-masing untuk mencapai tujuan akhir kehidupan mereka. Meskipun tidak bisa bersama, namun hati mereka akan selamanya bersatu di galaksi cinta. Aku pun juga demikian. Aku dan bintangku sama-sama memiliki jalan hidup masing-masing. Namun bedanya, jika Ajuj dan Kinanthi melangkah bersama menuju galaksi cinta mereka dengan jalan yang tidak bersamaan, aku dan bintangku benar-benar berbeda jalan dan tujuan. Kami memang tak pernah bersama, baik jiwa maupun raga.

Bintangku telah hilang, meski sebelumnya aku tak pernah merasa memilikinya. Biarlah begini adanya, karena takdir hidup telah menggariskannya seperti ini. Bertemu, bukan untuk bersatu. Berbincang, hanya untuk sekedarnya. Dan berpisah, hanya karena telah bertemu. Bertemu, merasakan, kehilangan. Hanya itu, dan tak lebih.

Aku enggan untuk kembali ke masa lalu. Kalaupun ingin, mungkin hanya untuk sekedar menghapus jejakku di sana. Bukan karena aku membencinya, tapi karena aku terlalu mencintainya.

Biarlah kepergian “bintang” itu menjadi sebuah misteri tersendiri buatku. Tak perlu ditanya mengapa, karena aku sendiri tak tahu mengapa.

Pojok Kamar, 23.10

* * *

Dorrr!!!!

Hehehe.....cerita diatas merupakan sebuah kisah yang terinspirasi setelah membaca Novel Galaksi Kinanthi yang diberikan oleh Mbak Fanny pada saat saya memenangkan lomba ini. Tak perlu berpanjang kata, langsung aja ya saya review ceritanya.

Novel ini mengisahkan tentang dua orang anak manusia, Ajuj dan Kinanthi. Semasa kecilnya, mereka adalah sepasang insan yang saling bersahabat. Ajuj merupakan anak dari seorang tokoh agama di dusunnya, sedangkan Kinanthi adalah anak perempuan dari seorang penjudi. Diketahui bahwa warga dusun memandang keluarga Kinanthi sebagai keluarga pembawa sial. Hal itu karena lantaran simboknya Kinanthi yang sudah empat kali berganti pasangan dan tiga dari suaminya itu meninggal dunia. Karena hal itu pula, akhirnya semua anak-anak di dusun enggan berteman dengan Kinanthi. Seorang bocah perempuan yang belum mengerti mengapa para warga sangat membenci keluarganya termasuk ayahnya Ajuj, tapi tidak dengan Ajuj nya.

Di tengah sikap para warga yang begitu membenci Kinanthi dan keluarganya, Ajuj malah justru hadir layaknya malaikat bagi Kinanthi. Hanya Ajuj lah yang mau berteman dan berbagi kisah dengannya. Bersama Ajuj, Kinanthi melewati hari-harinya dengan penuh ceria. Meskipun ia tak memiliki teman selain Ajuj, namun asal bersama Ajuj, ia seolah tak membutuhkan teman yang lain lagi. Ajuj selalu menemani dan melindungi Kinanthi, juga seorang bocah kecil bernama Hasto yang sering Kinanthi bawa-bawa dalam kebersamaannya bersama Ajuj. Kala warga tengah memperbincangkan kedekatan mereka, ada seorang nenek tua bernama Mbah Gogoh yang selalu membela dan memberikan mereka perlindungan saat mereka tengah terhimpit oleh keadaan.

Pada suatu malam, Ajuj pernah menunjukkan sebuah rasi bintang yang ada di langit, dan mengatakan pada Kinanthi bahwa di atas langit nun jauh di sana, ada sebuah galaksi yang tak pernah bisa dilihat dengan mata telanjang. Galaksi itu bernama galaksi cinta. Ajuj menamainya dengan nama itu. Galaksi itu hanya Ajuj dan Kinanthi yang tahu.

Seiring berjalannya waktu, pada saat Kinanthi lulus SD, orang tuanya dengan tega menjualnya dengan sepasang suami istri yang tinggal di Bandung. Mereka menukar dirinya hanya dengan 50 kg beras, dengan alasan kalau Kinanthi ikut dan tinggal bersama sepasang suami istri itu, maka kehidupannya akan lebih baik. Dalam janjinya, Kinanthi akan di sekolahkan di sana.

Awalnya Kinanthi menolak hal itu. Ia merasa dibuang oleh orangtua nya sendiri. Ia pun mencari perlindungan ke rumah Mbah Gogoh dan juga Ajuj. Disana ia meminta Ajuj untuk menolongnya agar ia tidak sampai dijual oleh orangtuanya sendiri. Namun Ajuj sendiri juga bingung apa yang bisa ia perbuat? Sedangkan ia juga anak-anak yang perkataannya mungkin tidak akan di dengar oleh orangtua Kinanthi. Sampai pada akhirnya, bapaknya Kinanthi membawa paksa anaknya itu untuk mau ikut bersama sepasang suami istri yang sudah “resmi” membelinya.

Kinanthi dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil. Pada saat yang bersamaan, datanglah Ajuj sambil terengah-engah menghampiri rumah Kinanthi, namun sayang, mobil yang membawa Kinanthi, sudah hendak menjauh dari tempatnya berdiri. Sekuat tenaga ia berlari mengejar mobil itu namun sayang, laju mobil itu terlalu cepat untuk dikejarnya. Sebelum mobil itu menghilang. Ajuj dan Kinanthi sempat beradu pandang dan saling melambaikan tangan, bermaksud agar siapapun orangnya, mereka berharap jangan pernah memisahkan mereka. Mereka juga saling berteriak memanggil nama masing-masing. Namun takdir berkata lain. Pagi itu, adalah pagi terakhir Ajuj melihat Kinanthi, begitu pun sebaliknya, sebelum hampir dua puluh tahun kemudian, takdir kembali mempertemukan mereka dalam suasana yang berbeda.

Kisah Ajuj berhenti sejenak di situ. Sementara nasib hidup Kinanthi, terus berlanjut bak roda yang sengaja diputar di atas pecahan-pecahan beling yang mematikan. Selama bertahun-tahun sejak orangtuanya “menjualnya”, hidup Kinanthi tak pernah sebaik yang diharapkan orang tuanya. Awal “perjalanannya”, ia bermukim di Bandung bersama dengan sepasang suami istri yang tempo hari “membelinya”. Ia sempat disekolahkan disana dan sebagai gantinya, ia harus menjadi pembantu rumah tangga di rumah itu. Dalam waktu yang tak singkat itu, Kinanthi terus saja mengirimi Ajuj surat namun satu pun tak ada yang dibalasnya. Dua tahun berlalu hampir tiga tahun, hanya karena sebuah perkara yang tak pernah dilakukannya, Kinanthi akhirnya memulai hidupnya yang sangat “pahit”.

Ia harus mengalami siksaan demi siksaan yang dilakukan oleh majikannya. Ia pun tak sempat menyelesaikan SMP nya. Majikannya membawanya pergi ke Jakarta untuk disalurkan menjadi TKW di Arab Saudi. Di situlah kepahitan itu bermula. Sampai di Arab, Kinanthi selalu menemukan majikan yang ringan tangan. Memukulnya adalah sebuah hal yang sangat kecil yang dilakukan majikan-majikannya pada dirinya. Ia jadi terbiasa di cakar, di tempeleng, di caci maki, bahkan majikan laki-lakinya hampir semuanya pernah memperkosa dirinya. Ia sempat hamil namun keguguran. Pengembaraannya sudah menempuh Riyadh, Kuwait, dan terakhir adalah Amerika. Tempat yang mengubah dirinya 360 derajat.

Siksaan Kinanthi belum selesai sampai di situ. Awalnya, pada saat ia keluar masuk KBRI lantaran para majikan yang ringan tangan, tiba-tiba ada seorang majikan asal Arab yang hendak bermukim di Amerika dan mencari seorang pembantu. Pihak penampungan di KBRI menawarkan hal itu pada Kinanthi, ia pun langsung menyetujuinya. Meskipun hal itu sama artinya dengan membuat dirinya semakin jauh dengan laki-laki masa kecilnya, Ajuj.

Di Amerika, Kinanthi kembali memulai segalanya. Apa yang diharapkannya ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Keluarga yang ia ikuti sampai ke Amerika ternyata masih kerabat dari majikannya yang dulu pernah ia pukul kepalanya. Ia kembali mendapat siksaan lebih berat. Sampai akhirnya ia bisa kabur dari rumah majikannya dan bertemu dengan keluarga Arab yang tinggal di Amerika. Bersama keluarga itu, Kinanthi memulai hidup barunya. Kehidupannya mulai dicarikan keadilan. Sampai akhirnya ia menemukan titik terang dari perjalanan hidupnya yang selama bertahun-tahun terombang ambing itu. Pengadilan Amerika memutuskan untuk memberinya beasiswa untuk menuntut ilmu di sana, memberinya jaminan kesehatan seumur hidup, dan diberikan hak untuk tinggal dan bermukim disana.

Tiga belas tahun berlalu sejak saat itu. Meskipun kini ia telah benar-benar menemukan kebaikan dalam hidupnya, bayangan akan sosok Ajuj tak pernah lekang dari ingatannya. Meskipun kini ia telah berhasil menjadi profesor dan seorang penulis terkenal di New York, namun ingatan masa kecilnya selalu ia bawa kemanapun, khususnya Ajuj. Yang telah bersemayam dalam hatinya selama hampir dua puluh tahun.

Kisah hidupnya ia tulis dalam sebuah novel yang ia beri judul “Galaksi Cinta”. Tak lupa ia menyelipikan sosok Ajuj yang ia ubah namanya menjadi Jati dalam novelnya itu. Selama hampir dua puluh tahun meninggalkan Indonesia, keinginannya untuk bertemu dengan Ajuj mendorongnya untuk pulang ke Tanah Air. Ia ingin menyelesaikan kisahnya bersama Ajuj. Ia masih belum tahu apakah kisahnya itu akan berakhir pada suatu yang indah atau tidak.

Suatu hari ia pulang ke tanah air, tepatnya Gunung Kidul. Setelah perjalanan yang panjang, ia temui orangtuanya yang sudah sangat sepuh, adiknya yang sudah besar, para warga dusun yang dulu selalu mengejeknya dan kini terkagum-kagum melihat keadaan Kinanthi bak ratu sejagad, juga....Ajuj.

Pertemuan mereka pada saat itu bisa dikatakan sangat singkat. Ajuj yang menyampaikan wasiat Mbah Gogoh untuk Kinanthi sebelum ia meninggal, penuturan Hasto tentang Ajuj pada Kinanthi yang selalu mengajarkannya banyak hal, tentang kesalahpahaman Kinanthi terhadap Ajuj soal surat-surat yang dikirim olehnya selama puluhan tahun yang tak pernah dibalas oleh Ajuj, dan tak lupa tentang Galaksi Cinta itu.

Sampai puncaknya, saat Kinanthi hendak menutup kisahnya itu bersama Ajuj, dan balik lagi ke New York, sebuah gempa menghantam Yogyakarta. Semua kawasan rusak parah. Ajuj yang pada saat itu tengah berada di Gunung Gamping pun menjadi salah satu korban. Ia mengalami luka yang cukup parah menurut dokter. Pada waktu yang bersamaan, entah mengapa seolah Kinanthi tak ingin ia kehilangan Ajuj untuk yang kedua kalinya. Ia sangat ingin melihat Ajuj tetap hidup dan mengurungkan niatnya pulang ke New York.

Berbulan-bulan Ajuj koma. Semua biaya rumah sakit, Kinanthi yang menanggung. Sampai pada akhirnya ia memutuskan, untuk kembali ke New York karena ia tak mungkin terus-terusan menunggui Ajuj yang entah sampai kapan akan seperti itu. Namun semua pengobatan masih terus di usahakan olehnya.

Setahun sudah berlalu, namun Ajuj masih tetap koma. Tadinya orang tua Ajuj sudah pasrah dan menyuruh pihak rumah sakit untuk mencabut semua alat yang menempel ditubuh Ajuj. Mereka dan warga dusun juga menganggapnya sudah mati. Namun Hasto dan Kinanthi tetap kukuh bahwa Ajuj masih hidup dan masih harus tetap dirawat. Kinanthi berjanji akan secepatnya pulang ke Yogya jika launching novel Galaksi Cinta nya sudah selesai di New York.

Pada suatu malam, pada saat launching novel itu berlangsung, pada saat yang bersamaan pula seorang laki-laki asal Tibet yang sudah hampir lima tahun menjadi partner Kinanthi dalam bekerja, menyodorkan sebuah cincin padanya. Maksud hal itu adalah, agar Kinanthi mau menerima kenyataan bahwa mengharapkan Ajuj untuk kembali seperti sedia kala itu sangat tidak mungkin, dan agar ia mau mengganti sosok Ajuj dengan dirinya. Namun Kinanthi masih belum bisa menjawab apapun, sampai akhirnya ia mendapat kabar dari Hasto kalau Ajuj sadar dari komanya dan yang pertama dicari adalah dirinya, Kinanthi Hope, nama Amerikanya.

Seketika tubuhnya lunglai dan ia sudah tak dapat berkata-kata lagi. Ia langsung mencari sebuah rasi bintang di langit dan mencari dimana galaksi itu. Galaksi cintanya bersama Ajuj. Ia tersenyum, karena ia dapati Ajuj berada di sana. Wajah Ajuj benar-benar ada di galaksi cinta itu.

* * *
to be continue........

18 komentar:

Unknown mengatakan...

waduh lengkap amat reviewnya. Saya seneng kamu bisa membaca novel ini dan mereviewnya dg baik. Tidak salah kalo kamu berhasil mendapatkannya. Tuhan sepertinya tahu, siapa orang yang sangat ingin membaca buku ini, sehingga akhirnya namamu muncul saat diundi.

achoey el haris mengatakan...

Berharap kapan2 novelku diapresiasi :)

Met Ramadhan
Mohon maaf lahir & bathin

kira mengatakan...

kayaknya keren ya...
met puasa. moga puasa kita diterima oleh ALlah

Anonim mengatakan...

reviewnya komplit.. aku suka bacanya. ^^ -keep writing mbak- ^^

Anonim mengatakan...

wah..penasaraan pengen baca novelnya..

Amy mengatakan...

novel Hadiah ya? ijin follow yah

Sarah mengatakan...

@Sang Cerpenis bercerita : syukurlah mbak, aku seneng bgt bs baca novel spt ini. mksh ya :)

@achoey el haris : maaf lahir bathin juga, jd penasaran pengen baca novelnya :)

@kira : siapa yg keren? aku? hehe amiin, slamat menjalankan ibadah ramadhan

@Chilfia Karunianty : mksh ya :)

@fitrimelinda : sok atuh mbak, pasti seru deh, hehe

@Ami : ok silahkan mbak, mksh ya dah BW

saryadi nilan mengatakan...

hadoh panjangnya,tapi oke banget,salam love,peace and gaul.

Riu is me mengatakan...

Beneran jadi pengen baca novelnya nih... Tasoro emang jago bikin novel ya...
Salut. :)

Cikal ananda mengatakan...

Aku enggan untuk kembali ke masa lalu. Kalaupun ingin, mungkin hanya untuk sekedar menghapus jejakku di sana. Bukan karena aku membencinya, tapi karena aku terlalu mencintainya.

Kalimat indah tuk bisa di renungi,,.

Gaphe mengatakan...

wohohoo.. spoilernya banyak bener.. ngga usah baca bukunya aja udah dapetpoko ceritanya dari review kamu nih.

cuman, masih nggakk ngebayangin aja karena terinsppirasi dari kisah nyata, masa ada orang tua yang tega nuker anaknya dengan sekarung beras... kayak ortunya kinanthi gitu.

hemm, sebuah kisah cinta yang dikemas dengan tidak biasa

putiL mengatakan...

bintangnya hilang kemana ya... :)

dey mengatakan...

boleh pinjam novelnya ? hehehe ...
sempat liat di toko buku, tapi gak dilirik, karena baca postingan ini, jadi pengen beli ..

Sarah mengatakan...

@saryadinilan : makasih, salam kenal

@Arif Zunaidi Riu_aj : iya, emang keren gaya bahasa yg digunain Tasaro

@Cikal ananda : hehehe thanks

@Gaphe : iya mas, temanya biasa, tp packaging nya keren abis

@pri crimbun : kemana aja boleh :D

@dey : hehe karena ketebalan bukunya yg membuat org enggan mbacanya mbak, tp setelah membaca beberapa halaman, rasanya enggan utk berpaling :D

Bunda Kanaya mengatakan...

jadi inget waktu baca novel ini, nangis sesenggukan di pojok kamar....

lufitasari mengatakan...

aslinya aku baca itu novel sampai nangis2

jurnalistik pencari berita mengatakan...

aku suka banget sama novel ini, cuman satu malam aku habis membacanya, pokoknya semalaman menagis dikamar kos,,,,
heheheheheh top..top..top....

Unknown mengatakan...

aku udah baca novelnya, uhh kerenn banget, tasaro emang jago bikin novel. aku bener2 jatuh cinta ketika membacanya