28 Maret 2014

Cinta Islam Sejak Kecil

Dulu, dulu sekali. Saat usia saya masih terbilang anak-anak, orang tua saya memasukkan saya ke sebuah Taman Pendidikan Al Qur’an. Kala itu, ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore, saya begitu semangat untuk pergi mengaji. Namun terkadang, ada saatnya titik kejenuhan itu menghampiri perjalanan masa kanak-kanak saya dalam menapaki perjalanan usia. Bila kejenuhan itu tiba, terkadang saya pura-pura tidur agar ibu tidak menyuruh saya untuk pergi mengaji, karena pikiran saya kala itu, belajar mengaji setiap hari sangat membosankan. Lebih enak bermain, ataupun menonton televisi. 



Namun sekarang saya baru menyadari mengapa Ibu saya dulu selalu memarahi saya ketika saya malas untuk mengaji. Ya, karena mengaji adalah salah satu kewajiban bagi setiap muslim. Mengaji bukan hanya tentang bisa atau tidaknya seseorang dalam membaca Al Qur’an, namun ilmu tajwid, tartil, serta pemahaman akan isi Al Qur’an itu sendiripun juga wajib dipelajari. Karena kini saya sadar, mengaji bisa membawa saya pada ketenteraman dan kedamaian. Dan karena memang Al Qur’an itu pun adalah petunjuk bagi kehidupan saya dan juga semua manusia di muka bumi ini. Selain itu, belakangan saya ketahui kalau ternyata tilawah Qur'an juga bisa mendatangkan rahmat Allah SWT dan kesembuhan dari-Nya atas segala penyakit.




Di TPA itu pun juga diajarkan tata cara shalat yang baik dan benar. Awalnya saya merasa letih ketika harus berhadapan dengan guru yang mengajarkan saya shalat. Namun kini saya menyadari, kalau saja kala itu saya tidak sungguh-sungguh belajar shalat dari kecil, maka bisa jadi saat ini saya tidak bisa shalat. Kalaupun bisa, kemungkinan shalatnya itu tanpa esensi apapun. Hanya sekedar menggugurkan kewajiban, dan mungkin sikap keji dan munkar itu masih terus melekat pada diri saya – meskipun belum ada jaminan juga apa saat ini saya sudah terlepas dari perbuatan keji dan munkar itu – (paling tidak diminimalisirkan). Tapi Alhamdulillah Allah memberikan saya kesempatan untuk belajar shalat sedari kecil dan hal itu memberikan banyak sekali manfaat untuk saya sampai saat ini.

QS. Al Ankabut: 45


Waktu kecil, setiap kali lebaran tiba, saya masih ingat betul Ibu saya selalu membelikan baju baru untuk saya dengan berbagai macam modelnya. Tapi yang selalu saya ingat, Ibu tak pernah membelikan saya baju yang mengumbar aurat. Semuanya itu terlihat sopan. Sebagai anak kecil, jelas saya juga ingin memakai baju yang sama seperti anak kecil lain pada umumnya. Namun Ibu saya tak menuruti keinginan saya dan pada akhirnya saya hanya bisa “ngambek”. 

Namun kini saya sadar, semua itu Ibu lakukan, karena ia hanya ingin menimbulkan rasa malu sebagai perhiasan pribadi saya. Begitu juga busana muslim. Ibu saya juga menyuruh saya mengenakan kerudung setiap kali pergi mengaji. Tapi terkadang saya melepas kerudung itu ketika kegiatan mengaji usai dan menyampirkannya di bahu saya. Namun kini saya sadar, dengan seringnya Ibu menyuruh saya berkerudung, itu membuat saya menjadi lebih terjaga saat ini. Dengan berpakaian muslimah, saya merasa lebih aman dan lebih dihargai oleh orang lain. Dan itulah maksud Ibu saya menyuruh semua hal kebaikan itu.



Saya yakin alasan mengapa dulu Ibu menyekolahkan saya bukanlah agar ketika besar nanti, saya bisa membalas semua jasa yang telah beliau berikan pada saya. Namun karena memang Ibu hanya ingin melihat saya berpendidikan serta tidak tertinggal oleh perkembangan zaman dan era globalisasi. Dan dari semua hal itu, membuat saya menjadi lebih bersemangat dalam mencari berbagai ilmu yang bermanfaat, lalu membaginya pada orang lain.

“Tuntutlah ilmu,sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.” (HR. Ar-Rabii’)
Ibu juga tak pernah membantu saya melakukan segala hal yang baru, sebelum saya melakukan usaha itu sendiri. Ketika dirasanya saya butuh bantuan, barulah ia membantu saya dengan penuh ketulusan. Awalnya saya sempat kesal ketika Ibu saya hanya diam melihat saya kesulitan dalam melakukan satu hal baru, namun dari semua hal yang Ibu saya lakukan, jelas telah mengajarkan saya bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu haruslah dengan kerja keras dan tidak dengan cara yang instan. Dan saat ini, pelajaran itu sangatlah berguna untuk saya. Pantang menyerah, penuh kerja keras, dan menjauhi segala cara yang tidak benar, demi mendapatkan sesuatu yang saya inginkan.

Dari Rifa’ah Ibnu Rafi’ r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang bersih”. (HR Al-Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakim)
Ibu saya juga mengajarkan saya untuk mempertahankan kejujuran. Karena dengan kejujuran itu bisa membawa kepercayaan orang lain terhadap saya, serta bisa membuat saya lebih tenteram dan bahagia.

Masih banyak lagi yang Ibu ajarkan tentang agama yang sudah saya anut sejak kecil ini. Tentang kebaikan, kesabaran, keikhlasan, kedermawanan, yang semuanya itu membuat saya semakin lebih dewasa dan lebih mengerti akan arti kehidupan yang hanya sesaat ini. Dan semakin bertambahnya usia, saya semakin menyadari bahwa tak ada yang sia-sia dari apa yang telah Ibu ajarkan pada saya.

Inilah kebaikan yang sudah dimulai sejak kecil. Sebuah kebaikan kecil yang berdampak amat besar untuk saya. Dan semakin kesini, saya jadi semakin cinta dengan agama yang selama ini saya anut. Bukan karena agama ini turunan nenek moyang saya, tapi karena saya semakin paham bahwa hanya Islam-lah yang mengajarkan segala aspek kehidupan sampai ke lini terkecil pun. Jika penjelasan dalam Al Qur'an tidak begitu membuat kita mengerti, kita dapat kita mencarinya dalam riwayat Hadits Rasulullah.

Subhanallah, betapa agama ini adalah agama rahmatan lil 'alamin. Agama rahmat bagi alam semesta. Hadirnya selalu menjadikan setiap jiwa menjadi indah dan damai. Tak pernah menyesal dan ragu jika saya harus mati dalam keadaan berislam. Inilah komitmen saya dalam agama ini. Hidup mulia dan mati syahid, bersama agama Islam yang saya cintai. Bismillah...

“Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway I Love Islam


5 komentar:

Monika Yulando Putri mengatakan...

Alhamdulillah.... membaca tulisan mb Sarah ini membuat sy bersyukur ibu sy dulu memasukkan sy ke TPA dr umur 4 tahun... Masya Allah, terasa sekali efeknya jika sejak kecil sudah dibiasakan dg Al Qur'an

ketty husnia mengatakan...

koq sama ya mba..setiap ortu selalu memotivasi anak beribadah dg imimng2 hadiah hehehe dan saya suka..eh hepi ngontes ya mba :)

puteriamirillis mengatakan...

Ajaran ortu sejak kecil bermanfaat di masa sekarang ya Sarah.

Lidya Fitrian mengatakan...

justru dari kecil ya harus dibiasakan cinta islam

Ninda mengatakan...

salam kenal ya mbak
love ur post :D