23 Juli 2014

Menyikapi Sebuah Prasangka

Teman-teman blogger yang baik hatinya,
Pernahkah dari kalian semua mengalami, seolah merasa ditipu atau bahkan ditipu oleh seseorang? Saya yakin kita semua pasti pernah merasakan hal yang demikian. Sebuah perasaan memang tidak layak untuk segera dibenarkan jika memang tidak ada bukti nyata tentang perasaan yang kita alami tersebut. Terkadang karena kita baru hanya merasa, lantas kita sudah menyimpulkan kalau kita sudah kena tipu oleh seseorang.

Sebenarnya bukan berarti hal itu salah atau tidak baik, tapi alangkah lebih baiknya kalau kita mencari tahu lebih lanjut tentang prasangka dan perasaan kita tersebut. Bisa dari orang terdekat, menghubungi langsung, atau mendatangi langsung rumah orang tersebut. Karena sebagai seorang muslim, kita dianjurkan untuk tetap berkhusnudzon dengan saudara sesama muslim kita. Tapi positif thinking yang seperti apa?

Sebaiknya kita mencari tahu terlebih dahulu latar belakang kehidupan seseorang itu. Apakah ia orang yang baik secara tulus, atau cuma kedok belaka? Kita juga jangan mudah percaya saat tiba-tiba saja dia datang kepada kita untuk meminta bantuan, apalagi jika bantuan tersebut menyangkut soal uang. Jelas hal itu adalah sesuatu yang sensitif dan sedikit riskan jika kita tidak tahu lebih awal tentang track record orang tersebut.

Lalu kemudian, jika kita adalah termasuk orang-orang yang tidak tega dengan keadaan seseorang, alangkah lebih baiknya jika kita belajar untuk mengendalikan diri untuk menghadapi kondisi dan situasi seperti ini. Apalagi jika saat kita hendak membantu dia tiba-tiba saja terlintas sedikit keraguan di benak kita, maka lebih baik kita memikirkan dulu tentang keraguan tersebut, meskipun sebenarnya kita yakin dia adalah orang baik dan tidak akan menipu kita, dan meskipun niat kita adalah tulus karena ingin membantu dia, tapi tak ada salahnya jika kita menanyakan tentang keraguan kita itu pada Zat pemilik segala apapun, Allah SWT. Kita tanyakan tentang haq dan bathilnya urusan tersebut kepadaNya. Karena biasanya saat kita memutuskan suatu hal itu selalu didominasi oleh satu keadaan yang kita tidak tahu apakah itu baik atau tidak untuk kita.

Jika ternyata keraguan itu sudah teramat sangat menyelimuti hati kita, lebih baik kita tidak melanjutkan niat tersebut, karena sesungguhnya keraguan itu adalah syubhat, dan syubhat itu datangnya dari syaithan. Meksipun dari awal niat kita sudah baik karena ingin membantu saudara seiman kita, namun kita tidak tahu niat apa yang ada dalam hati mereka sehingga menimbulkan keraguan yang teramat sangat di hati kita. Bukan berarti berbalik jadi suudzon padanya, tapi kita harus lebih waspada terhadap keraguan yang menyelimuti kita.

Semoga kita semua terhindar dari segala macam keraguan, kecemasan, yang pada akhirnya hanya membuat diri kita lemah dan rapuh. Bersandarlah hanya kepada Allah, karena Ia adalah sebaik-baiknya tempat untuk bersandar dan memohon petunjuk. Aamin...

Tidak ada komentar: