"Tante, apa kabar? Rasanya tak pernah ada kata bosan untukku menanyakan kabarmu di sana. Meski kini kita sudah berbeda tempat, ruang, waktu, bahkan dunia, tapi aku yakin Tante akan selalu melihatku dan anak-anakmu di sini. Dan kau pun harus yakin kalau kau akan selamanya ada di hati kami. Waktu delapan bulan tidaklah cukup untuk membuat kami lupa akan hadirmu dalam kehidupan kami, meskipun itu sangat singkat. Bahkan kurasa, seumur hidup pun, apabila aku kembali mengingat kebersamaan kita dulu, air mata ini akan selalu mengalir bagai anak sungai.
"Tante, jalanan itu menjadi saksi bisu betapa rindunya aku padamu. Setiap melalui tikungan itu, aku selalu berharap bisa dapat melihatmu membawa termos es dengan perutmu yang buncit mengandung Zaenab. Setiap kali melihat mesin jahit itu, aku selalu berharap bisa melihatmu duduk di sana sambil menjahit beberapa potong pakaian. Setiap kali melihat dapur itu, aku selalu berharap kau masih mau membuatkan nasi goreng telezat untuk anak-anakmu.
"Tapi…. sayangnya Allah sudah tidak bisa lagi memberikan aku kesempatan untuk melihatmu lagi, walau hanya sedetik saja. Andai saja Ia berkenan memberikanku satu permintaan, aku pasti akan memintamu untuk dapat kembali lagi bersama aku dan anak-anakmu di sini. Tapi sayangnya, Allah sudah menutup buku kehidupanmu Tan. Meski demikian, kau ‘kan selalu ada di hati kami. Selalu Tan, selamanya.
"Tante, rasanya aku tak pernah jemu bila harus mengingat dan mengenang segala tentangmu. Tentang semua perjuangan dan pengorbananmu untuk keluargamu, terutama dalam mengurus dan menyekolahkan anak-anakmu. Maafkan aku Tan, pada saat Allah masih memberikanmu kesempatan untuk menorehkan catatan harianmu dalam buku kehidupanmu bab demi bab, aku terlalu menutup mata akan keadaan keluargamu. Kubiarkan kau berjuang sendirian demi anak-anakmu, berpacu dengan waktu dalam menyelesaikan jahitan demi untuk membeli seliter beras, atau berlari ke sana ke mari menjual es krim buatan suamimu, demi untuk menyambung hidup keluargamu, padahal aku tahu bahwa lelah itu selalu menderamu. Sering kau gadaikan rasa malumu untuk meminjam uang pada keluarga atau tetangga, aku tahu semua itu kau lakukan, semata-mata demi perjuanganmu untuk keluargamu. Jika boleh aku mengungkapkan, rasanya tak ada diantara keluarga kita yang lebih ikhlas dalam menjalani kehidupan ini, selain dirimu. Dan mungkin, karena Allah terlalu sayang padamu, sehingga ia memutuskan untuk mengambilmu dari kami karena Ia tak ingin kau lebih lelah lagi dalam menapaki hidup ini. Sekali lagi maafkan aku Tan, aku menyesal……….
"Dan kini, saat kau telah tiada, aku baru merasa kalau aku begitu menyayangimu. Aku begitu membutuhkanmu untuk mengurus anak-anakmu. Tapi sekuat apapun aku memohon pada-Nya, waktu tetap tak akan kembali dan Ia tidak akan mungkin mengembalikanmu lagi dalam kehidupan kami. Perjuanganmu sudah cukup Tan. Pengorbanan dan baktimu pada kami sudah melebihi sekedar kata mulia. Sungguh besar jasamu pada kami, dan aku tak akan pernah melupakan hal itu.
"Selepas kepergianmu, kini neneklah yang mengurus anak-anakmu yang masih kecil. Aku hanya bisa berdoa dan berharap pada Allah agar Ia selalu berkenan memberikan kesehatan padanya. Dan kau, maukah kau menyampaikan hal ini pada Allah Tan? Aku harap kau bisa menyampaikan hal ini padaNya. Tahukah kau Tante? Tak jarang kekhawatiranku menjamahi seluruh urat syarafku, apakah nenek masih sanggup bertahan sampai lima atau bahkan sepuluh tahun mendatang? Sedangkan aku, tak banyak waktu yang bisa aku luangkan untuk mengurus kelima anakmu. Neneklah yang berjuang kini Tan. Aku hanya berharap satu hal. Semoga kelak, Allah pun berkenan memberikan sedikit ruang di Surga-Nya atas semua perjuangan dan pengorbanan nenek yang tulus untukku dan kelima anakmu.
"Tante, ada satu hal yang rasanya sulit untuk aku ungkapkan secara jelas. Aku merasakan itu di sini Tan, di dalam hatiku. Tanpamu kini, aku akan berusaha untuk membantu nenek mengurus anak-anakmu. Mungkin inilah yang dinamakan jalan hidup Tan. Dan aku memang benar-benar tak punya pilihan lain selain harus membantu merawat anak-anakmu bersama nenek. Saat Allah menggunakan hak prerogatifNya untuk mengambilmu, saat itu pulalah aku merasa hanya ada satu jalan yang harus aku tempuh. Yaitu menebus rasa bersalahku untuk tetap merawat dan menyayangi anak-anakmu, dengan caraku sendiri.
"Doakan aku ya Tan, agar aku bisa tegar menghadapi semua kenyataan ini. Doa untukmu pun selalu mengalir deras di setiap waktu dan hembusan nafasku. Semoga kelak, kita dapat bertemu lagi di Surga nanti, meski mungkin waktu itu masih sangat lama dan panjang. Baik-baiklah kau di sana Tan. Salam sayang dan rindu kami yang terdalam untukmu, Kakek, dan dede Zaenab……"
Dan video ini, aku buat khusus untuk mengenang kebersamaan kita dulu...
“Postingan ini diikutsertakan dalam Kontes Dear Pahlawanku yang diselenggarakan oleh Lozz, Iyha dan Puteri”
Sponsored by :
Blogcamp|LittleOstore|Tuptoday|Lozzcorner|Rumahtramoiey
note:
* gambar tikungan adalah milik pribadi. dulu semasa Tante masih ada, kami sering berpapasan di tikungan itu saat saya hendak berangkat kerja dan ia baru saja pulang mengantar anaknya sekolah sambil berjualan es krim milik suaminya.
* gambar mesin jahit dan dapur diambil dari internet. maklum, mesin jahitnya sekarang sudah dijual, sedangkan dapur asli milik tante, sekarang kelihatan berantakan karena sudah jarang ada aktivitas memasak semenjak Tante pergi
* sebagian gambar background yang ada di video diambil dari oom Google dengan keyword hujan dan rindu
* gambar mesin jahit dan dapur diambil dari internet. maklum, mesin jahitnya sekarang sudah dijual, sedangkan dapur asli milik tante, sekarang kelihatan berantakan karena sudah jarang ada aktivitas memasak semenjak Tante pergi
* sebagian gambar background yang ada di video diambil dari oom Google dengan keyword hujan dan rindu
29 komentar:
Terharu T___T
Tantemu pasti baik-baik saja di sana~
Wah rajin banget mbak udah nulis ini. Aku bellum punya ide :((
wah ada kontes lagi?
aku ketinggalan nih
Sitti Rasuna Wibawa : amiin. ini udah dibuat draft sejak beberapa hari lalu mbak, tinggal posting aja :)
Elsa : ayo mbak ikutan, bikin surat buat Kak Noni juga boleh :)
Saya ingin ikut, tapi belum mulai menulis satu hurufpun.
Semoga sukses di kontes, Mbak. Insya Allah..
Terima kasih untuk partisipasinya..
Artikel sudah kami catat sebagai peserta Kontes Dear Pahlawanku
Salam merdeka..!
semoga sukses ngontesnya y mb...
Semoga Almarhum bahagia berada di raudatul jannahNya, Insya ALLAH.. aamiin
Subhanallah,
terpaksa nahan air mata ni, malu sama temen-temen sekantor.
Kantong air mata saya emang terlalu besar sih, salurannya..
Insya Alloh almarhumah ada di Tangan Yang Maha Baik, amin ^_^
Selamat hari pahlawan.
sukses bwt kontesnya mba...
Menyentuh... jadi pengen ikutan juga...
sepertinya ini bakal masuk nominasi....bagus
bisa dibayangkan betapa kamu sgt mengasihi tantemu ya...berasa dari tulisannya.
@All : yg udah mendoakan, terimakasih ya. bagi ygblum ikut, hayu atuh silahkan :)
@Sang Cerpenis Bercerita : beliau sudah seperti ibu buatku mbak, sangat sabar dan ikhlas dlm menjalani hidup ini. sayangnya rasa cinta itu baru terasa setelah Ia telah tiada :)
membacanya hampir mentikkan air mata ups, gak jadi secara sy kan laki2 malu dunk kalau sampai nangis,,inspiratip banget mbak tantenya
jadi pahlawanmu itu Tante ya..
semoga Dia tenang disana^^
Semoga tante tenag di alam sana :(
Semoga dengan kenangan ini menjadikan beliaunya di sana bangga. Bahwa ternyata masih ada yang mendoakannya.
Sungguh, suratnya benar2 membuatku terharu... Semoga tante bahagia di sana ya..?
Semoga sukses kontesnya ya... :)
makasih ya nurlaila sudah ikutan dear pahlawanku. tante yg tangguh, semoga beliau tenang di alam sana.
wah..jadi terharu membaca surat untuk tante, seorang pahlawan bagi keluarganya...
sukses untuk kontesnya yah mba..
dan semoga seluruh amal kebaikan tante diterima di sisi-Nya...
amiin...
Doa yang tulus, saya rasa itu obat yang paling mujarab untuk menghilangkan sedikit kerinduan anda pada Tante..
matur nuwun mbak Zahra sudah berpartisipasi ya
indah sekali, semoga membuat tante semakin tenang di sana ya dengan doanya nurlaila.
So sweet.... :-)
menyentuh banged surat nya..
ikut mendoakan semoga tante bahagia disana dan nenek pun diberi kesehatan selalu :)
gudlak yah buat kontesnya ;)
senengnya tantenya sarah karena punya keponakan seperti mba sarah ini, :)
semoga menang kontesnya ya sarah
sedih :'(
koq sedih bangeet..sabar yah.
smoga tante diberikan tempat yg mulia di sisi Allah.
smoga nenek juga selalu sehat, dan kamu juga tetap smangat
ehiyah smoga menang
tante pasti tersenyum dari Sorga membaca suratmu.
saya sedih, sekaligus menikmati setiap rangkaian huruf dalam catatan ini..
saya suka catatan yang datang dari hati seperti ini..
pada akhirnya saya ikut mendoakan, semoga apa yang didoakan oleh Sarah diijabah oleh Allah SWT. Aamiin :'-(
Posting Komentar