31 Juli 2009

Biarlah.....

Mungkin aku tak setegar batu karang di lautan
Yang tetap tegar berdiri tegak di bibir pantai
Meskipun ombaknya selalu menghempasnya tanpa usai
Namun biarlah aku menjadi batu kerikil,
Yang walaupun kecil keberadaannya
Namun bisa sangat bermanfaat untuk membantu
Menopang fondasi bangunan keimananmu

Mungkin aku tak secerah sang mentari pagi
Yang selalu memberikan sinar hangatnya
Pada semua makhluk yang ada di dunia
Namun biarlah aku menjadi sebatang lilin
Yang dapat menerangi sebuah ruang disana
Kala gelap kegamangan tengah melanda hatimu

Mungkin aku tak sehalus kain sutera
Yang keindahannya bisa memukau
Siapa saja yang melihatnya
Namun biarlah aku menjadi selembut katun
Yang meskipun tak sehalus sutera
Namun keberadaannya dapat meneduhkan jiwamu

Mungkin aku tak sebening embun pagi
Yang kehadirannya bisa memberikan
Bau basah yang khas
Pada setiap daun-daun tanaman hias
Namun biarlah aku menjadi sejernih air
Yang dapat menyejukkan mata batinmu
Kala gundah tengah melanda dirimu

Mungkin aku tak seharum kasturi
Yang wanginya takkan pernah hilang
Sampai kapanpun
Namun biarlah aku menjadi setangkai bunga melati
Di taman hatimu
Yang akan selalu tumbuh dan mengharumkan
Setiap sudut kehidupanmu

NZ (sarah)

Bukan Hanya Milikku

Pagi ini, bukan hanya milikku
Masih banyak orang yang menikmati
hangatnya sinar sang mentari
bersama dengan niat dan semangat
yang tulus dan suci

Siang ini, bukan hanya milikku
Masih banyak kehidupan yang menyusuri lorong waktu ini
bersama dengan segenap cita dan harapan
yang akan diraih

Sore ini, bukan hanya milikku
Masih banyak perkasa-perkasa lain
yang akan menaruh harapannya pada senja
yang akan terus mengukir asa

Malam ini, bukan hanya milikku
Masih banyak jiwa yang turut serta
menyandarkan lelahnya pada kelam
yang tak pernah henti menyapa

Dan waktu ini, bukan hanya kepunyaanku
Dibelahan bumi Allah yang lain
masih banyak hamba-Nya
yang senantiasa melewati waktu dan menyusuri hari
dengan cara dan jalan hidup yang telah Allah garisi

NZ (Sarah)

23 Juli 2009

Puisi Tak Berharga


Malam..
Bersama semilir angin
ingin rasanya kutitipkan salam ini padanya
agar ia tahu betapa aku sangat merindukannya

Tak dapat lagi kubendung kegundahan ini
yang semakin hari semakin menjadi

Malam..
Adakah ia masih mengingatku?
Ingin sekali rasanya aku melihatnya lagi
setelah sekian lama mata ini
tak menatap lagi wajahnya

Malam..
Dibawah langit kelammu
Ingin rasanya kubermunajat pada Sang Kuasa
agar Ia berkenan mempertemukan aku dengannya

Kalaupun itu masih belum bisa juga
akan kutuliskan semua perasaanku selama ini
Tentang cinta yang selalu kuharapkan
Tentang kasih yang selalu aku impikan
Tentang kerinduan yang selama ini terpendam
bahwa selama hampir seperempat abad ini
aku hidup tanpa belaiannya

Malam..
Tak dapatkah angin dinginmu
menyampaikan puisi tak berharga ini untuknya?
Untuk seorang ayah yang selama ini
tak pernah kuketahui keberadaannya

Malam..
Aku hanya ingin bertemu dengannya
walau dalam mimpi saja..
Aku sangat merindukannya..
Sangat....

NZ (Sarah)
230709
04.04

21 Juli 2009

Mengharapkan Kekasih dari Sang Maha Pengasih


Rabb..
Tak pantas rasanya jika aku mengharapkan hamba-Mu yang shalih
Untuk kujadikan pendamping hidupku
Jika selama ini aku masih jauh dari-Mu

Rabb..
Tak layak sepertinya jika aku mengharapkan hamba-Mu yang rajin beribadah
Jika selama ini ibadahku hanya sekedar menggugurkan kewajibanku sebagai hamba-Mu
Tanpa esensi apapun

Rabb..
Tak pantas rasanya jika aku menginginkan hamba-Mu yang begitu taat kepada orang tuanya
Jika selama ini aku banyak mendurhakai orang tuaku

Rabb..
Tak layak sepertinya jika aku mengharapkan hamba-Mu
yang selalu menyisihkan sepertiga malamnya untuk bisa berdua saja dengan-Mu
Jika selama ini aku hanya bangun disepertiga malamku
Untuk sekedar menghilangkan haus dahagaku
dan sekali atau dua kali saja aku bertemu dengan-Mu
dan itupun kalau kantuk tak mengalahkan azzamku untuk bisa bermunajat pada-Mu


Rabb...
Tak patut rasanya jika aku mengharapkan hamba-Mu
yang senantiasa berdzikir dalam setiap waktunya
Jika selama ini aku hanya meluangkan waktuku untuk berdzikir dikala aku ingat
dan selebihnya hanya kuhabiskan waktuku
dalam kesia-siaan kata

Rabb..
Tak pantas sepertinya jika aku mengharapkan hamba-Mu
yang selalu meluangkan waktunya untuk membaca ayat-ayat cinta-Mu
dengan hatinya yang bergetar
Jika selama ini aku hanya membaca kitab suci-Mu tanpa perasaan apapun

Rabb..
Tak enak rasanya jika aku mengharapkan hamba-Mu
yang selalu menjaga pandangannya
Jika selama ini aku masih belum bisa menjaga pandanganku
dari sesuatu hal yang bukan hakku

Rabb..
Tak layak sepertinya jika aku menginginkan hamba-Mu
yang dengan sungguh-sungguh menyerahkan jiwa dan raganya untuk Engkau dan da'wah
Jika selama ini kontribusiku dalam da'wah masih setengah hati

Rabb..
Tak pantas rasanya jika aku mengharapkan hamba-Mu
yang selalu sabar dalam menyikapi masalah hidupnya
Jika selama ini aku masih belum bisa bersabar atau sekedar menahan nafsu amarahku

Rabb..
Layakkah diriku mengharapkan seorang dari hamba-Mu
untuk menjadi partner dalam hidupku
dengan segala keshalihan dan kemuliaan dirinya
Jika aku mungkin masih hanya sepersekian persen
dari keshalihan dan kemuliaan seorang wanita?

Rabb..
Pantaskah aku menginginkan salah seorang dari hamba-Mu
untuk kujadikan imam bagi makmum hidupku
dengan segala kesempurnaan dia dalam mencintai-Mu
Jika aku belum bisa mencintai-Mu secara penuh?

Rabb..
Pantaskah aku mengharapkannya?
Berkenankah Engkau menghadirkan ia untukku dengan segala kekurangan yang kumiliki?

Namun Rabb..
Sebelum aku meminta-Mu untuk memperkenankan semua harap dan inginku
Bantulah aku memperbaiki diriku menjadi wanita yang sempurna keshalihannya
Menjadi wanita yang mulia akhlaqnya dan menjadi wanita
yang tak hanya bisa berharap pada hamba-Mu yang shalih
namun bisa menjadi harapan bagi hamba-Mu yang selalu bertasbih

Rabb..
Hadirkanlah ia untukku
Disaat aku telah siap dengan hadirnya ia dalam hidupku

Rabb..
Ajarkan aku untuk bisa lebih sabar dalam menanti dirinya
Sebab aku tak tahu kapan Engkau akan menghadirkan ia untukku

Rabb..
Sucikan dan jagalah hatiku dari debu-debu kehidupan ini
yang bisa membuat kotor permukaannya
sehingga ketika telah tiba masanya
hanya dialah orang pertama yang menghampiri hatiku

Rabb..
Jagalah ia
Lindungi dirinya
dan buatlah rasa ini indah pada waktunya

Rabb..
Kabulkanlah....
Amin.

NZ (Sarah)
170709
22:43

17 Juli 2009

Hidup adalah Pilihan


Itu memang judul dari blog ini. Awalnya saya hanya ingin mempublish moto hidup saya "Hidup adalah pilihan dan yang terbaiklah yang akan menjadi pilihan". Mungkin banyak orang yang mempertanyakan, mengapa "Hidup adalah pilihan?" Bukankah hidup itu adalah ketentuan dan azimah (ketetapan)? Memang iya, hidup adalah ketentuan dan ketetapan dari Allah. Namun maksud saya mengatakan hidup adalah pilihan, bahwa hidup ini memang sejatinya harus memilih. Bukan memilih untuk hidup atau tidak, namun ketika Allah sudah memilih kita untuk hidup di dunia ini sebagai khalifah fil ardh, maka sudah barang tentu di dalam kehidupan kita pasti menemukan banyak pilihan hidup.

Banyak pilihan yang menghadang langkah kita. Ada pilihan A ada pilihan B, ada pilihan yang baik ada juga pilihan yang buruk. Mustahil ketika kita melangkah, tak ada pilihan yang menyertai langkah kita itu. Ketika misalnya kita ingin pergi ke suatu acara, maka kita akan dihadapkan dengan berbagai macam pilhan pakaian yang nantinya akan kita pakai untuk menghadiri acara tsb. Dan pastinya pakaian yang menurut kita terbaiklah yang akan kita pakai.

Atau contoh lain, misalkan kita ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pastinya kita akan memilih universitas / sekolah yang menurut kita baik untuk masa depan kita. Ya, itulah hal-hal kecil yang mungkin menurut kebanyakan orang, hanya segelintir dari peristiwa-peristiwa yang pernah mereka alami dalam kehidupan, namun tidak bagi saya. Hal-hal tersebut memberikan pelajaran yang sangat berarti bagi saya.

Ketika pertama kali hidayah ini menyambangi diri saya, sebisa mungkin saya berusaha menjalankan kewajiban-kewajiban saya sebagai seorang muslimah yang mentaati Allah dan Rasul-Nya. Saya berusaha untuk melakukan apa yang menurut saya baik untuk diri saya, keluarga saya, sahabat saya, dan juga agama saya. Dari semua pilihan yang senantiasa hadir dan pergi silih berganti, saya selalu menyeleksi semua pilihan tersebut dan pilihan terbaiklah yang akan saya pilih. Dan itu sudah menjadi prinsip hidup saya.

Allah menciptakan banyak pilihan untuk para hamba-Nya agar kita sebagai hamba-Nya bisa senantiasa berusaha dan bekerja keras. Maka dari itu, saya mengatakan bahwa hidup adalah pilihan, karena hidup sejatinya adalah memilih yang terbaik untuk masa depan kita, yaitu di akhirat sana. Karena hidup sejatinya adalah tempat kita untuk mengumpulkan pundi-pundi pahala yang kelak dapat kita tukarkan dengan rahmat Allah, sehingga kita bisa mendapatkan kunci surga itu dan dapat memasukinya dengan perasaan terbaik yang kita punya.

Memilih, memilih, dan memilih.
Hal tersebut akan terus berlangsung sampai kehidupan di dunia ini berakhir. Satu contoh yang karena contoh ini, membuat saya mempunyai moto "Hidup adalah pilihan dan yang terbaiklah yang akan menjadi pilihan". Saya pernah mempunyai pemikiran, kelak ketika saya mempunyai anak perempuan di suatu hari nanti (doakan ya? :)), saya akan memilihkan yang terbaik untuknya. Dalam membesarkan dirinya, sudah barang tentu pasti akan banyak sekali pilihan-pilihan yang saya temui. Entah dalam hal makanan, pakaian, sekolah, ataupun hal lainnya. Semua itu pasti membutuhkan pemikiran yang cermat dan matang untuk dapat memastikan bahwa pilihan yang kelak akan saya putuskan adalah pilihan yang terbaik untuknya.

Misal dalam hal berpakaian. Banyak sekali pilihan pakaian untuknya yang pastinya akan membingungkan saya. Namun satu kuncinya, saya akan memilihkan yang terbaik untuknya, untuk masa depannya. Ketika pakaian yang berlengan panjang lebih baik untuknya, maka saya akan memilih pakaian itu untuknya karena dengan pakaian itu, akan bisa membuat ia terbiasa dengan berpakaian yang sopan dan islami.

Seperti itulah contoh sederhananya. Dan saya rasa, andapun juga sudah mulai memikirkan mana yang terbaik untuk diri anda, masa depan anda, dan keluarga anda tentunya...

Selamat memilih....

NZ (sarah)

15 Juli 2009

Izinkan Aku Mencintai-Mu Semampuku


Ya Allah,
Mungkin aku belum bisa mencintai-Mu
Layaknya Abu Bakar bin Abu Quhafah
yang sangat menjaga kehormatan dirinya
yang rela memberikan hartanya di jalan-Mu
Namun, izinkan aku mencintai-Mu semampuku
dengan seribu dua ribu rupiah infaq rutinku
dengan selantunan doa yang kupersembahkan
untuk mereka yang tengah kesusahan

Ya Allah,
Mungkin aku belum bisa mencintai-Mu
Umpamanya Umar bin Khatahab
yang setiap malam rela berkeliling
karena khawatir masih ada umatnya
yang belum terpenuhi kebutuhannya
Namun, izinkan aku mencintai-Mu sebisaku
dengan terus mengabdi kepada umat-Mu
dengan terus mencoba berbagi pada yang tak mampu
dengan sedikit ilmu yang kuajarkan pada murid-muridku

Ya Allah,
Mungkin aku belum bisa mencintai-Mu
Layaknya Ali bin Abi Thalib
yang rela menggantikan posisi Rasul-Mu di tempat tidur saat beliau hijrah
atau layaknya Ubaidah bin Jarrah
yang rela kehilangan giginya
demi mencabut besi tajam yang menempel
pada kedua rahang Rasul-Mu
Namun, izinkan aku mencintai-Mu semampuku
dengan berani melakukan sesuatu yang benar
dengan terus berbakti pada orang tuaku
dengan senantiasa membuat mereka bangga terhadapku

Ya Allah,
Mungkin aku belum bisa mencintai-Mu
Umpamanya Bilal bin Rabah
yang rela ditindih batu besar demi mempertahankan keimanannya
Namun, izinkan aku mencintai-Mu sebisaku
dengan puasa sunnah senin kamis ku
dengan selembar dua lembar tilawah kitab Qur'anku
dengan semalam dua malam bangunku dalam shalat lailku
dan juga dhuha yang menjadi hiasan hidupku

Ya Allah,
Mungkin aku belum bisa mengisi masa mudaku
Layaknya Rasul-Mu Muhammad Saw
yang menjadi penggembala di usia 8 tahunan
yang menjadi asisten niaga jujur di usia 12 tahun
atau menjadi manajer unit niaga internasional di usia 20 tahunan
atau layaknya Anas bin Malik
yang selalu memperhatikan setiap tindak tanduk nabinya
yang selalu setia dalam menghafal wasiat-wasiatnya
atau umpamanya Ibnu 'Abbas
yang belajar menghadapi hidup dalam lapangan keilmuan yang terbentang luas
Namun, izinkan aku mengisi masa mudaku
dengan berani melangkah di jalan dakwah ini
dengan terus berkontribusi bersama teman-teman
dengan berusaha rajin untuk datang ke ta'lim pekanan
dengan lantunan seayat dua ayat hafalan harian

Ilahi Rabbi,
Mungkin aku tak semulia Khadijah ra
yang begitu sempurna didalam menjaga
Tak setaqwa Aisyah ra
Tak setabah Fatimah ra
Dan tak sesabar Siti Hajar
yang begitu setia dalam sengsara
Namun, izinkan aku mencintai-Mu semampuku dan sebenar-benar cinta yang kupunya
Aku hanya wanita akhir zaman
yang mempunyai cita-cita
untuk menjadi hamba-Mu yang bertaqwa
Amin...

NZ (Sarah)

Manusia dan Logika

Proses manusia dalam pencarian jati dirinya terkadang menemukan kebuntuan. Hal-hal kecil yang menjadi batu sandungan tak jarang membuat manusia itu sulit untuk bangkit kembali dari keterpurukannya. Manusia dengan akal dan logikanya terkadang memandang dunia ini amatlah penting. Bahkan lebih penting dari satu hal yang tidak ia sadari. Baik yang tampak ataupun abstrak.

Sulitkah manusia untuk lebih memilih sesuatu yang lebih baik ketimbang sesuatu yang tak memberikan manfaat untuknya? Mengapa sesuatu yang benar terkadang dibuat semu bahkan hilang dan lenyap dari hadapan, dan menggantinya dengan sesuatu yang tak layak dianggap benar dimata Tuhannya?

Manusia yang seperti itu tak ubahnya seekor hewan yang mencari makan diantara kerasnya arus kehidupan. Hanya untuk sekedar bertahan hidup tanpa pernah tahu apa tujuan dia hidup di dunia ini dan bekal apa yang telah ia kumpulkan semasa hidupnya.

Jati diri yang selama ini dicari dan diidam-idamkan pun seolah hanya menjadi sebuah isapan jempol belaka pada akhirnya. Sebab waktu telah menjemputnya sementara ia tak pernah sadar bahwa semakin hari, usianya semakin menggerogotinya. Tak ada bekal yang ia dapat kecuali apa yang dia usahakan selama di dunia.

Ketika waktu telah siap untuk menjemputnya, pada saat itulah hati dan jiwanya tersadar, bahwa ada yang lebih penting dan lebih berharga di dunia ini, yaitu iman. Sesuatu yang selama ini banyak manusia singkirkan dari kehidupannya dan menjualnya dengan sesuatu yang disebut dunia.

Manusia, dengan segala akal dan pikirannya, terkadang begitu sombong, untuk mengakui, bahwa Allah adalah diatas segala-galanya.

NZ (Sarah)

13 Juli 2009

Kado Terakhir Untuk Bapak

Pulang kerja yang cukup melelahkan, sampai dirumah jam lima sore lewat beberapa menit. Untuk melepaskan lelah karena telah seharian bekerja, saya hidupkan televise dan mencari channel yang enak untuk ditonton (yang pasti bukan sinetron, infotainment, atau acara-acara musik karena memang saya kurang suka itu). Mata saya tertuju pada sebuah tayangan menarik di Trans TV. Acara itu berjudul “Kado Istimewa”. Dan sub judul acara itu adalah “Kado Terakhir Untuk Bapak”. Pikiran saya mulai menerawang jauh, wah sub judulnya menarik juga nih. Sayapun mulai menikmati tayangan tersebut.

Acara ini mengisahkan seorang bocah perempuan yang saya perkirakan usianya berkisar antara 9 / 10 tahun (saya lupa karena saya tidak terlalu mengingatnya). Bocah perempuan ini bernama Dina (saya lupa nama panjangnya. Hehehe…). Dia anak ke 14 dari 16 bersaudara. Dina masih mempunyai orang tua, namun bapaknya pada saat itu tengah tergeletak sakit akibat komplikasi gula dan ginjal yang sudah di deritanya selama 1 tahun. Dina mempunyai 1 keinginan yang belum bisa terwujud yaitu membelikan baju koko baru untuk sang bapak. Selama masa sehatnya, bapak Dina itu begitu rajin shalat berjamaah di mushala, maka dari itu Dina ingin membelikan baju koko baru untuk bapaknya dan berharap bapaknya bisa cepat sembuh dan bisa shalat bersama-sama dengan keluarganya di mushala dengan menggunakan baju koko itu.

Dina mencoba mencari akal untuk bisa mengumpulkan uang agar bisa mewujudkan keinginannya itu. Walhasil, dia bersama temannya, Novi, berjualan es blewah. Namun uang yang dikumpulkannya belumlah cukup untuk membeli baju koko. Akhirnya keempat kakaknya mencoba membantu Dina. 1 kakaknya mengamen di lampu merah, 1 kakaknya lagi menjadi kuli panggul di pasar, dan 2 kakaknya menjadi buruh cuci dirumah bu RT.
Hasil jerih payah mereka disatukan dan barulah baju koko itu bisa terbeli. Dina memberikan baju koko itu dengan air mata yang berlinang. Berharap agar bapaknya bisa segera memakai baju koko yang dibelikan anak-anaknya untuk bapak. Namun takdir berkata lain. Sesuai dengan sub judulnya, baju koko itu menjadi kado terakhir untuk bapak. Ya, 4 hari setelah Dina memberikan baju koko itu, bapaknya berpulang ke rahmatullah.

Selesai menyaksikan tayangan itu, air mata saya belum berhenti. Teringat akan orang tua saya, kakek saya yang sedang sakit, dan juga nenek. Saya mulai berpikir, kira-kira apa yang bisa saya perbuat agar mereka bisa bahagia dan bangga mempunyai anak seperti saya?

Dan satu pelajaran yang bisa saya ambil dari tayangan itu adalah, selama orang yang kita sayangi dan kita cintai masih ada disamping kita, berusahalah berbuat yang terbaik untuk mereka sebab kematian itu tidak ada yang tahu datangnya. Jangan sampai kita menyesal seumur hidup, karena kita belum bisa membuat orang tua dan keluarga kita bangga dan bahagia sementara ajal telah menjemput mereka.
Azan maghrib menyadarkan saya. Dengan bergegas saya menyejukkan tubuh dan jiwa ini dengan air wudhu dan menunaikan kewajiban shalat maghrib.

Saat melihatnya ada dan dirasa ia baik-baik saja
Maka keberadaannya adalah wajar adanya
Berharga bersamanya akan sangat terasa
Ketika ia telah tiada
Ketika ia tak lagi membuka matanya

(Renungkanlah)
NZ (Sarah)
Jum'at, 100709

3 Juli 2009

:: Kebesaran-Mu Tuhan ::


Rabb,,
Melihat hamparan bumi ciptaan-Mu
Dari gedung berlantai sembilan ini
Sungguh,
Membuat aku merasa kecil dihadapan-Mu

Mungkin aku tak ada seciduk
Dari luasnya laut yang Kau ciptakan
Mungkin aku tak ada segenggam
Dari banyaknya pasir yang Kau tebarkan
Mungkin aku hanya manusia bodoh
Yang masih berusaha
Untuk menjadi apa yang Kau perintahkan

Semakin aku resapi kebesaran-Mu
Semakin pula aku mengerti
Bahwa hidup ini
Sesungguhnya hanyalah atas kuasa-Mu

Tak berhak aku meminta lebih
Atau bahkan mencaci apa yang Kau beri
Aku sungguh tak tahu diri
Ketika diri ini masih belum bisa mensyukuri

Rabb,,
Bimbing aku meniti jalan lurus-Mu
Tuntun langkahku menuju rumah surga-Mu
Bantu diriku saat aku terjatuh
Atau bahkan terinjak karena jiwaku yang rapuh

Rabb,,
Sesungguhnya kemuliaan ini
Hanya Kau saja yang berhak menerimanya
Kuusahakan ‘tuk berbenah diri
Demi sebuah kehormatan yang hakiki

030709
Lt 9 Gd. D Deptan
NZ (Sarah)

2 Juli 2009

:: Nasyid-Nasyid Cinta ::

Malam ini, tak aku dengar lagi suara tv yang menyiarkan berita terkini
Tak aku dengar lagi suara orang yang memberi opini
Tak aku dengar lagi suara aktivitas duniawi
Yang aku dengar hanya desahan nafas suci yang berhembus dari setiap jiwa-jiwa yang tengah terlelap dalam tidur nyenyaknya.

Baru saja kuselesaikan bacaanku atas novel nasyid-nasyid cinta. Diakhir ceritanya begitu mengharukan. Ketegaran hati seorang Azka dalam melawan penyakitnya, sehingga ia dapat meninggal dalam keadaan sudah menjadi seorang istri. Meskipun ia belum sempat menjadi seorang istri yang sesungguhnya sebab ijab qabul atas dirinya, telah mengiringi kepergian dirinya untuk selamanya.

Jakarta, 010709
didalam kamar, 23.30
NZ (Sarah)

1 Juli 2009

: : Warna Langka : :


Hidup ini penuh dengan warna. Banyak orang yang memilih warna yang sama. Namun tak sedikit pula orang yang memilih warna yang beda dengan orang lain. Warna yang langka. Tak banyak memang yang menyadari, bahwa warna yang langka itu justru membawa banyak keberkahan dan kebaikan. Mungkin karena warna yang langka itu kurang menarik. Namun itulah titik keberhargaannya. Warna yang langka itu sangat mahal. Hanya orang-orang yang memiliki niat yang tulus, yang bisa membelinya. Maka dari itu, tidak semua orang dapat memilikinya. Walaupun harganya mahal, namun jika sudah memilikinya, semua itu takkan terasa mahal.

Untuk bisa memiliki warna langka tersebut, harus ada yang namanya perjuangan dan pengorbanan. Itulah yang aku alami. Namun saat ini, aku tak pernah menganggap bahwa warna langka itu mahal. Karena saat ini, aku sudah memilikinya. Dia seperti intan berlian yang diletakkan didalam tabung berlapis emas dan perak, yang dimasukkan kedalam karung lusuh dan diikat dengan sekuat-kuatnya. Yang tak sembarang orang dapat membuka, melihat, dan menyentuhnya. Aku merasa bangga dapat memilikinya.

Memiliki sebuah "intan berlian yang diletakkan didalam tabung berlapis emas dan perak", yang apabila dilukiskan, hanya orang-orang yang berakal yang dapat melihat dan memprediksikan, apa yang dimaksud dengan "intan berlian yang diletakkan didalam tabung berlapis emas dan perak, yang dimasukkan kedalam karung lusuh dan diikat dengan sekuat-kuatnya".

Renungkanlah....

By Nurlaila Zahra (Sarah)