Proses manusia dalam pencarian jati dirinya terkadang menemukan kebuntuan. Hal-hal kecil yang menjadi batu sandungan tak jarang membuat manusia itu sulit untuk bangkit kembali dari keterpurukannya. Manusia dengan akal dan logikanya terkadang memandang dunia ini amatlah penting. Bahkan lebih penting dari satu hal yang tidak ia sadari. Baik yang tampak ataupun abstrak.
Sulitkah manusia untuk lebih memilih sesuatu yang lebih baik ketimbang sesuatu yang tak memberikan manfaat untuknya? Mengapa sesuatu yang benar terkadang dibuat semu bahkan hilang dan lenyap dari hadapan, dan menggantinya dengan sesuatu yang tak layak dianggap benar dimata Tuhannya?
Manusia yang seperti itu tak ubahnya seekor hewan yang mencari makan diantara kerasnya arus kehidupan. Hanya untuk sekedar bertahan hidup tanpa pernah tahu apa tujuan dia hidup di dunia ini dan bekal apa yang telah ia kumpulkan semasa hidupnya.
Jati diri yang selama ini dicari dan diidam-idamkan pun seolah hanya menjadi sebuah isapan jempol belaka pada akhirnya. Sebab waktu telah menjemputnya sementara ia tak pernah sadar bahwa semakin hari, usianya semakin menggerogotinya. Tak ada bekal yang ia dapat kecuali apa yang dia usahakan selama di dunia.
Ketika waktu telah siap untuk menjemputnya, pada saat itulah hati dan jiwanya tersadar, bahwa ada yang lebih penting dan lebih berharga di dunia ini, yaitu iman. Sesuatu yang selama ini banyak manusia singkirkan dari kehidupannya dan menjualnya dengan sesuatu yang disebut dunia.
Manusia, dengan segala akal dan pikirannya, terkadang begitu sombong, untuk mengakui, bahwa Allah adalah diatas segala-galanya.
NZ (Sarah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar