13 Juli 2009

Kado Terakhir Untuk Bapak

Pulang kerja yang cukup melelahkan, sampai dirumah jam lima sore lewat beberapa menit. Untuk melepaskan lelah karena telah seharian bekerja, saya hidupkan televise dan mencari channel yang enak untuk ditonton (yang pasti bukan sinetron, infotainment, atau acara-acara musik karena memang saya kurang suka itu). Mata saya tertuju pada sebuah tayangan menarik di Trans TV. Acara itu berjudul “Kado Istimewa”. Dan sub judul acara itu adalah “Kado Terakhir Untuk Bapak”. Pikiran saya mulai menerawang jauh, wah sub judulnya menarik juga nih. Sayapun mulai menikmati tayangan tersebut.

Acara ini mengisahkan seorang bocah perempuan yang saya perkirakan usianya berkisar antara 9 / 10 tahun (saya lupa karena saya tidak terlalu mengingatnya). Bocah perempuan ini bernama Dina (saya lupa nama panjangnya. Hehehe…). Dia anak ke 14 dari 16 bersaudara. Dina masih mempunyai orang tua, namun bapaknya pada saat itu tengah tergeletak sakit akibat komplikasi gula dan ginjal yang sudah di deritanya selama 1 tahun. Dina mempunyai 1 keinginan yang belum bisa terwujud yaitu membelikan baju koko baru untuk sang bapak. Selama masa sehatnya, bapak Dina itu begitu rajin shalat berjamaah di mushala, maka dari itu Dina ingin membelikan baju koko baru untuk bapaknya dan berharap bapaknya bisa cepat sembuh dan bisa shalat bersama-sama dengan keluarganya di mushala dengan menggunakan baju koko itu.

Dina mencoba mencari akal untuk bisa mengumpulkan uang agar bisa mewujudkan keinginannya itu. Walhasil, dia bersama temannya, Novi, berjualan es blewah. Namun uang yang dikumpulkannya belumlah cukup untuk membeli baju koko. Akhirnya keempat kakaknya mencoba membantu Dina. 1 kakaknya mengamen di lampu merah, 1 kakaknya lagi menjadi kuli panggul di pasar, dan 2 kakaknya menjadi buruh cuci dirumah bu RT.
Hasil jerih payah mereka disatukan dan barulah baju koko itu bisa terbeli. Dina memberikan baju koko itu dengan air mata yang berlinang. Berharap agar bapaknya bisa segera memakai baju koko yang dibelikan anak-anaknya untuk bapak. Namun takdir berkata lain. Sesuai dengan sub judulnya, baju koko itu menjadi kado terakhir untuk bapak. Ya, 4 hari setelah Dina memberikan baju koko itu, bapaknya berpulang ke rahmatullah.

Selesai menyaksikan tayangan itu, air mata saya belum berhenti. Teringat akan orang tua saya, kakek saya yang sedang sakit, dan juga nenek. Saya mulai berpikir, kira-kira apa yang bisa saya perbuat agar mereka bisa bahagia dan bangga mempunyai anak seperti saya?

Dan satu pelajaran yang bisa saya ambil dari tayangan itu adalah, selama orang yang kita sayangi dan kita cintai masih ada disamping kita, berusahalah berbuat yang terbaik untuk mereka sebab kematian itu tidak ada yang tahu datangnya. Jangan sampai kita menyesal seumur hidup, karena kita belum bisa membuat orang tua dan keluarga kita bangga dan bahagia sementara ajal telah menjemput mereka.
Azan maghrib menyadarkan saya. Dengan bergegas saya menyejukkan tubuh dan jiwa ini dengan air wudhu dan menunaikan kewajiban shalat maghrib.

Saat melihatnya ada dan dirasa ia baik-baik saja
Maka keberadaannya adalah wajar adanya
Berharga bersamanya akan sangat terasa
Ketika ia telah tiada
Ketika ia tak lagi membuka matanya

(Renungkanlah)
NZ (Sarah)
Jum'at, 100709

Tidak ada komentar: