Seorang anak merupakan anugerah terindah dan terbesar yang diberikan oleh Allah Swt. Kehadirannya mampu membuat hati menjadi sejuk serta menyempurnakan kehidupan berumah tangga. Seorang anak sudah pasti menjadikan orang tuanya sebagai tempat menuntut ilmu yang paling utama sebelum sekolah ataupun lembaga pendidikan lainnya. Maka dari itu, sebagai orang tua atau yang sebentar lagi akan menjadi orang tua, memahami arti kehidupan itu sangatlah penting. Bagaimana kita menerapkan hal-hal baik kepada anak dengan cara yang baik dan benar, namun tidak serta merta membuat mereka merasa digurui, atau bahkan tertekan dengan pemahaman yang kita berikan dengan cara yang salah.
Di rumah, saya mengajarkan pemahaman hidup kepada Riski dengan cara yang pelan-pelan namun pasti masuk ke dalam pikirannya. Saat ia salah, saya tidak mengatakan tidak apa-apa kepadanya, namun saya ajarkan ia untuk meminta maaf pada orang yang ia sakiti. Atau saat ia menginginkan sesuatu namun saya belum bisa memberikannya saat itu juga, saya berikan ia pemahaman bahwa hidup itu tidak melulu harus selalu seperti apa yang kita inginkan. Ada saat di mana kita harus merasa kecewa dan menyikapinya dengan sabar. Sabar dan sabar, hal itu yang selalu saya tanamkan kepadanya. Meski awalnya ia menangis karena tidak mampu sabar, namun saya tetap pada pendirian saya bahwa mengajarkan konsep sabar pada anak memang tidak mudah, kalau tidak ia yang menurut, mungkin saja saya yang jadi tidak sabar padanya. Tapi alhamdulillah semua proses saya jalani dengan nikmat, agar beban dalam hidup saya tidak terlalu berat.
Selain hal di atas, kebiasaan memberikan hukuman pada Riski juga terkadang saya terapkan. Misalnya saja saat ia berkata atau berbuat yang tidak semestinya, saya ajak ia ke dalam kamar lalu saya nasehati ia secara perlahan. Saya katakan kalau setiap perbuatan salah pasti ada hukumannya, tapi setiap ia salah saya selalu menyerahkan hukumannya padanya, terserah hukuman apa yang ia inginkan, agar ia juga belajar untuk mengintrospeksi dirinya sendiri. Kesalahan-kesalahan kecilnyapun tak luput dari hukuman, hanya saja porsinya tidak berat, bahkan cenderung ringaaan sekali, paling tidak hal itu bisa mengajarkannya tentang pentingnya mengakui kesalahan dan introspeksi diri.
Alhamdulillah komunikasi yang lancar antara saya dan Riski, mampu membuatnya memiliki kemajuan dalam mengakui setiap kesalahan kecil yang ia lakukan. Sudah beberapa kali ini ia berani mengakui kesalahan yang ia lakukan, pada saya. Saat saya pulang kerja ia segera meminta maaf karena hari itu ia sempat berbuat sesuatu yang tidak semestinya pada saudari sepupunya. Padahal kalau ia mau tidak jujur, bisa saja ia tidak ceritakan kesalahan kecil tersebut, namun ia lebih memilih untuk segera meminta maaf atas apa yang sudah ia perbuat. Juga saat hari ini saya bekerja, tiba-tiba ia menelepon saya dari rumah kalau di sekolah tadi ia sempat berkata yang tidak semestinya, bukan, bukan kata-kata kotor atau kasar, hanya kata-kata yang antara kami - saya dan Riski - sudah sepakat untuk tidak boleh diucapkan, namun tiba-tiba saja terlontar dari mulutnya. Ia segera meminta maaf pada saya lewat ponsel dengan suara yang terdengar sangat menyesal. Saya pahami hal itu, dan sayapun memaafkannya. Dan saya katakan untuk tidak lagi mengulangi hal itu, dan ia pun berjanji.
Alahmdulillah, seperti itulah konsep pendidikan akhlak dan moral yang saya ajarkan pada Riski. Semoga saja para orang tua di luar sana juga bisa lebih bisa belajar dari hal-hal kecil dalam keseharian kita, dan mengajarkannya kembali pada buah hati kita. Agar kelak anak-anak kita tumbuh, tidak hanya pintar dalam hal intelektualnya saja, namun juga diimbangi dengan kemuliaan akhlak dan moralnya. Aamiin :)
1 komentar:
memang sangat penting akhlak itu
Posting Komentar