16 Juni 2009

Pesan untuk Saudariku....

Saudariku,
Kala malam telah menjemput kita, Kulihat kau masih asyik dengan ponsel ditanganmu. Kau mainkan seluruh jari tanganmu Diatas tombol-tombol yang dapat membawa kabar dan beritamu Pada orang yang ada di seberang sana. Tanpa sadar azan Isya sudah berkumandang Sejak tiga jam yang lalu. Waktu terus saja bergulir namun kau tak sedikitpun beranjak dari peraduanmu kini, untuk menunaikan kewajibanmu sebagai seorang muslim dan hamba Allah atau sekedar menyentuh surat cinta-Nya yang hanya kau jadikan sebagai hiasan belaka. Menit sudah berganti jam dan matamu kini sudah tak dapat lagi dipaksa untuk menatap layar ponselmu. Kau putuskan untuk beralih pergi ke dunia lain dan berharap malam ini bisa menemukan mimpi-mimpi indah di duniamu itu. Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Isya??

Saudariku,
Kala fajar sudah memancarkan sinarnya, kulihat kau masih asyik berkelana di duniamu yang kau bilang indah. Kau tak lagi menghiraukan sang mentari pagi yang sudah hadir untuk kembali menyambut hari. Kau tak lagi menghiraukan pekerjaan rumah yang tengah menanti uluran tanganmu. Begitu sang mentari menggeser sedikit tubuhnya kearah barat, kau baru tersadar dari mimpi-mimpi indahmu. Setelah sebentar menatap sinar sang mentari, kau segera bergegas dari peraduanmu kini. Membersihkan diri, merapikan raga, menata jiwa, untuk kembali mendulang rizki di hari ini.
Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Shubuh??

Saudariku,
Kala mentari tengah berada di ujung angkasa, kau senantiasa menikmati santap siangmu dengan segala rizki yang kau miliki hari ini. Bersama teman, kawan, sahabat, kerabat. Kau menikmatinya tanpa pernah kau berpikir, ada siapa dibalik semua rizki yang kau miliki kini. Saat kau makan, kau mendengar seruan Tuhanmu tengah memanggilmu untuk bergegas menunaikan kewajiban. Tapi apa yang kau perbuat? Seusai makan siang, kau masih terus berbincang dengan sahabatmu tentang kehidupan yang tak bertujuan. Kau kembali melanjutkan aktivitasmu tanpa menghiraukan seruan Zat penciptamu.
Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Zuhur??

Saudariku,
Kala senja tengah menaungi langit kita, kau melangkah pulang mendulang banyak uang. Peluh disekujur tubuhmu segera hilang oleh usapan sabun wangi yang baru saja kau beli. Kau kembali membersihkan diri, merapikan raga, menata jiwa. Kau santap hidangan sore sambil menyaksikan tv kita. Kau habiskan kepunyaanmu saat itu, sampai senja kembali meredup di peraduannya. Dari tv kita terdengar lantang azan maghrib berkumandang. Kau beranjak dari tempatmu kini, untuk istirahat barang sejenak.
Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Ashar dan Maghrib??

saudariku,
Kala malam menjemput kita kembali, Kulihat kau masih asyik berceloteh ria di depan rumah kita dengan beberapa pria. Kau leburkan jiwa ragamu bersama angin malam, tanpa pernah tahu kemana angin itu akan bermuara. Kau terus saja menghabiskan waktu disana tanpa sadar bahwa hari sudah terlalu malam untuk kau berada dibawah naungan langit kelam. Ketika waktu semakin merambat naik, kau tepiskan rasa kantukmu dibawah hangatnya selimut mimpi.
Namun satu pertanyaanku, Sudahkah kau shalat Isya??

Saudariku,
Tak semestinya kau hidup seperti itu. Mengawali hari tanpa doa, dan menutup hari tanpa bekal. Apa kau bisa menjamin bahwa esok masih milikmu? Apa kau bisa menjamin bahwa esok kau masih disini? Hidup tak hanya di dunia. Ada masanya kau mempertanggung jawabkan perbuatanmu. Disana, di akhirat nanti. Kelak, kau kan menyesali atas apa yang kau lewati dalam mengisi hari-hari. Kau selalu melupakan kewajibanmu, tapi kau selalu menuntut hakmu pada sang pemberi hidup. Kau selalu mengeluh pada-Nya tatkala sulit, namun kau selalu terlupa untuk bersyukur kala bahagia tengah menyambangi hidupmu. Kau selalu tak mau mengingat bahwa kehidupan ini ada akhirnya.

Lalu banyak pertanyaanku untukmu,
Sudahkah kau mengingat Sang Maha Pemberi Hidup??
Sudahkah kau mempunyai bekal untuk menghadap-Nya??
Sudahkah kau bersyukur pada-Nya??
Tak sadarkah kau bahwa nikmat yang kau rasakan selama ini itu datangnya dari zat pencipta Kau dan Aku??
Lantas mengapa kau lupakan Dia dengan kesibukan-kesibukan duniamu??
Tak sadarkah kau bahwa hidup ini akan bermuara pada dua tempat yang rasanya sangat kontras??
Tempat mana yang akan kau pilih saudariku??
Surga yang nikmatnya tiada terkira??
Atau neraka yang panasnya 7000X panas dunia??

Saudariku,
Tak dapatkah aku berharap agar kelak kita bisa memasuki surga-Nya secara beriringan??

Jakarta,
Kamis, Juli 2008, 00:26

(Untuk saudariku yang saat ini entah berada dimana)
Semoga Allah selalu melindungmu. Amin...

NZ (Sarah)

Tidak ada komentar: